Lahat ng Kabanata ng Mayat di Balik Plafon: Kabanata 51 - Kabanata 60
142 Kabanata
51. Mengadu
Adhisti berjalan ke arah ranjangnya dengan perasaan kalut yang masih sama menghantuinya. Perlahan ia membaringkan tubuh sambil melamun membenarkan posisi tidurnya. Tangan kanannya tampak meraih ponsel dan berulang kali memandangi nama Rafa dalam daftar kontak itu. Pikirannya kalut dan merasa hanya bisa memikirkan Rafa untuk menjadi tempatnya bercerita. [Bang, lo udah tidur belum? Kalau belum boleh ke kamar gue bentaran nggak?] tulis Adhisti dalam pesan singkat itu. Hanya pesan itu harapannya sekarang, ia tentu tak bisa menelepon Rafa karena khawatir Rio akan mendengar deringnya nanti. Baru saja Adhisti hendak memejamkan matanya, sebuah ketukan pintu kembali hadir dan membuat gadis itu sedikit bergidik ngeri. “Chaay, ini gue Rafa,” lirih suara di balik pintu. Mendengar suara sang kakak, Adhisti tampak segera melompat dari ranjang dan membuka pintu itu. Baru saja pintu itu terbuka dan menampakkan sosok Rafa, Adhisti kini malah tampak menyerbu kakaknya dan memeluknya erat. “Hei, lo
Magbasa pa
52. Pembalasan Berdarah
“Chaay, lo udah bangun, hmm?” Suara Rafa yang sedikit setengah sadar langsung membuat Adhisti menyembunyikan ponselnya dengan menggenggam kuat di balik punggungnya. “Udah, Bang! Lo masuk pagi atau gimana?” tanya Adhisti tanpa memindah posisinya. Rafa tambah bangkit dari posisi berbaringnya sambil menguap lebar dan sejenak mengedip-kedipkan matanya. “Gue masuk pagi, lo mandi dulu, gih! Habis itu gue yang pake,” ujar Rafa sambil memberi kode agar sang adik segera menjalankan titahnya. “Iya,” sahut Adhisti lalu segera berjalan ke arah lemari untuk mengambil handuknya sementara tangannya kini masih mencekal ponselnya. Suasana luar kamar Adhisti tampak sepi, ia tak menemukan keberadaan Rio di sana lalu dengan cepat ia berlari masuk ke dalam toilet dan mulai terdengar suara gemericik air dari dalam. Sementara Adhisti mandi, Rafa terlihat baru keluar dari kamar Adhisti sembari mengusap-usap rambutnya. Matanya langsung menajam saat melihat sosok Rio tengah bersandar di dinding dekat pin
Magbasa pa
53. Bukan Sekadar Ancaman
“Bajingan!” Rafa dengan gelap mata kini terus memukul rahang dan perut Rio secara bergantian hingga beberapa cairan kental merah keluar dari mulut kawannya itu. “Bang Rafa!” teriak Adhisti segera berlari dan menahan tangan kanan Rafa agar tak lagi memukul Rio. “Udah, Bang! Udah! Ayo pergi dari sini aja! Udah, cukup!” rintih Adhisti kini mendekat Rafa berharap pelukannya itu mampu meredam sedikit emosi Rafa termasuk menghentikan aksi brutalnya itu. “Lepas, Chaay! Gue gak bisa biarin binatang ini masih berkeliaran dengan otak busuknya itu!” sergah Rafa berusaha melepaskan dirinya dari Adhisti. “Udah, Bang! Gue mohon! Masalahnya gak bakalan selesai kalau gini! Lo yang malah akan kena masalah nantinya!” sergah Adhisti. Sementara Adhisti masih tampak menenangkan Rafa, Rio malah perlahan kembali mengumpulkan kesadarannya lalu sambil memegangi perut dan ujung bibirnya, ia bangkit dari ranjang. “Ahh, akhirnya lo masuk juga ke kamar gue, Chaaya Adhisti! Lo sendiri yang milih masuk kandan
Magbasa pa
54. Laporan untuk Pria Bengis
[“Tunggu! Adhisti?! Rio? Ba-bagaimana bisa?!”] sergah Abbiyya kini terdengar amat terkejut dalam teleponnya. “Bisakah anda kemari saja dulu? Saya akan jelaskan semuanya di sini. Saya tak bisa bisa pergi ke kantor polisi untuk membuat laporan karena Chaaya sedang ada di UGD. Tapi saya mau kasus ini segera ditindak! Bisakah?” papar Rafa terdengar sangat terburu. [“Rumah sakit?! Ehm, rumah sakit mana? Saya akan datang segera!”] pekik Abbiyya. “Medika Utama,” Lalu telepon itu terputus. Rafa tampak duduk di kursi tunggu sambil menenggelamkan kepalanya di antara kedua tangan yang ia tautkan. “Lihat aja lo, Ri! Lo nggak bakalan bisa tenang setelah ini!” Mata Rafa menajam menatap lurus ke depan. Rasanya semua hubungan yang dimiliki pria itu pada kawannya Rio serasa telah hilang entah ke mana. Semua dengan cepat terganti dengan amarah dan kebencian. Tiga puluh menit berlalu namun tak ada seorang pun yang keluar dari ruangan tempat Adhisti si bawa masuk tadi. Rafa mulai cemas, tangannya m
Magbasa pa
55. Direnggut dari Sang Pemilik
Pria itu kini malah mendekap tubuh sang gadis mendekat dan melekat padanya. Tak ada kelembutan sedikit pun, bahkan gadis itu seketika mengaduh saat pria itu tamoak mendekapnya kasar “Lepaskan aku Rio! Kau melampaui batasmu! Kau tak boleh melakukan ini!” sergah gadis itu tampak mulai panik dan menjauhkan berusaha menjauhkan dirinya dari Rio. “Kita memang telah melampaui batas, Sayang! Semestinya seorang wanita itu terjaga, tak sepertimu yang malah menerima tawaran pria sepertiku. Untuk apa lagi menjaga tubuhmu itu, hmm? Pasti sudah banyak pria yang menyentuhmu bukan?!” sergah Rio kini malah membelai wajah gadis itu sementara tangan lainnya masih menahan gadis itu dalam pelukannya. “Lepas!! Aku tak akan sudi melakukan apa yang kau inginkan!! Aku hanya setuju untuk menemanimu saja! Tidak untuk melakukan hal itu bersamamu!” sergah gadis itu. Tangan kembut gadis berpakaian hitam cekak itu tampak berusaha semaksimal mungkin untuk menjauhkan diri dari Rio. Namun sayang, semuanya sia-sia.
Magbasa pa
56. Keterangan Korban
Rafa tampak membaringkan kepalanya di sebelah tangan Adhisti sambil sedikit terantuk. Tiba-tiba tangan yang sedari tadi di cekal Rafa itu perlahan bergerak. “Bang,” lirih Adhisti dengan suaranya yang sedikit kering itu. Rafa yang mendengar rintihan kecik dari sang adik segera bangun dan menatap adiknya itu dengan perasaan yang lebih bahagia. “Chaay! Akhirnya lo sadar juga! Gue khawatir banget sama lo! Maafin gue udah dorong lo sampai lo harus kaya gini.” Rafa langsung mengelus rambut Adhisti halus. “Nggak papa, Bang! Gue tahu kok lo nggak sengaja lakuin ini. Lo cuma mau ngelindungi gue dari Rio aja. Tapi, Bang! Udah ya, jangan diterusin lagi masalah Rio,” lirih Adhisti. Rafa segera meraih botol air mineral yang ada di nakas sebelah brankar lalu memberikannya pada Adhisti agar meneguknya terlebih dahulu. “Gue udah laporin Rio ke kantor polisi atas kasus pelecehan lo. Biar merekq yang mengurus semuanya,” tutur Rafa. Mendengar apa yang Rafa katakan, mata Adhisti seketika menajam.
Magbasa pa
57. Pelanggan Setia
“Anda mengetahui semua itu dari Rio? Atau anda mengetahuinya sendiri?” tanya Abbiyya kini tampak fokus pada topik pembicaraan antara dirinya dengan Rafa itu. “Terkadang ia menceritakan beberapa tipe gadis yang ia jumpai. Namun terkadang ia juga tak mengatakan apa pun. Saya tahu dari ceritanya. Dari sana saya juga tahu bawah Rio memiliki hasrat yang besar namun saya pikir Rio akan bisa menahannya lada Chaaya meskipun hanya menciumnya. Namun saya salah, jika saja malam itu Rio hilang akal, sudah pasti Chaaya akan dirusak olehnya.” Rafa tampak menundukkan kepalanya dan menautkan kedua tangannya satu sama lain. Napas berat mulai terembus dari tubuhnya. “Apa anda tahu di mana Rio sering memesan para gadis untuk ia kencani? Saya pikir, jika Rio memiliki kepribadian yang anda terangkan, besar kemungkinannya jika ia akan menghabiskan emosinya pada salah satu gadis pesanannya itu,” papar Abbiyya dengan nada suara yang lebih teduh. “Ahh, iya! Kau benar, Pak Abbiyya! Rio pernah mengirimiku se
Magbasa pa
58. Madam dan Para Anteknya
Abbiyya kini berdiri di depan sebuah bangunan bertingkat yang lebih tampak seperti kumpulan kost satu kamar. Pria itu berusaha datang ke tempat itu dengan pakaian kasual agar tak mengundang keributan apalagi sampai Rio tahu jika ia memang tengah mencarinya. “Seumur hidup gue hidup setelah gue berusaha menjauhi muncikari akhirnya kasus kerjaan gue yang bawa gue kembali ke tempat semacam ini! Semoga kenangan buruk itu tak kembali muncul dan menghantui!” gumam Abbiyya sebelum akhirnya melangkahkan kakinya semakin mendekati pintu utama tempat itu. Baru saja Abbiyya memasukkan kaki kanannya menembus pembatas pintu, seorang yang tampak seperti bodyguard berpakaian hitam datang menghentikannya. “Mau cari apa? Pemesanan dilakukan via chating!” pekik si bodyguard itu. “Saya tak ingin memesan siapa pun lagi! Saya hanya ingin ganti rugi karena gadis yang saya pesan kemarin kabur sebelum memenuhi perjanjian pesanan yang kami buat! Di mana pimpinan kalian?! Dia harus mengembalikan uang saya!”
Magbasa pa
59. Kembali pada Dunia Hitam
“Madam, malam ini aku ada acara kencan dengan kekasihku. Kau akan izinkan aku pergi bukan?! Sweety duamu itu akan menggantikanku untuk melayanimu nanti malam. Boleh ‘kan, Madam?” bujuk pelayan wanita yang baru saja mengantar Abbiyya pergi itu. “Pria mana lagi yang kau kencani itu Nezi! Terserah kau saja!” ujar sang Madam lalu tampak meraih gagang telepon rumah yang ada di meja kerjanya. “Madam, bulan ini Rio telah memesan sebanyak tiga kali, lho Madam! Dia juga memesan satu gadis saja. Kau ingat Miley itu ‘kan? Itu adalah gadis kesayangan Rio. Rio selalu memilihnya! Kenapa kau berbohong pada polisi itu? Bagaimana jika ia tahu dan membubarkan usaha kita ini?” tanya Nezi sembari duduk di hadapan si Madam. Wanita paruh baya itu tampak meletakkan lagi teleponnya ke tempatnya lalu menatap Nezi dengan malas. “Nezi, Sayang! Itu tak akan terjadi! Lagi pula tak ada bedanya dengan data satu bulan lalu! Data itu sudah cukup untuk mereka membuktikan bahwa Rio adalah seorang pria bejat! Sudahl
Magbasa pa
60. Memulai Adegan
Abbiyya keluar ruangan dan kembali menemui Nezi dengan satu kancing kemejanya yang terbuka. Tak ada perubahan pada penampilannya kecuali hanya itu. Nezi yang melihatnya dengan penampikan yang masih tertutup langsung memoncongkan bibirnya dan bangkit dari posisi duduknya. “Kau tak mengganti pakaianmu, hmm?” deham Nezi sambil berjalan ke dekat Abbiyya. Pria itu tak bergerak dan hanya diam saja. Saat Nezi telah berada di hadapannya, wanita itu sedikit mendongakkan kepalanya melihat wajah Abbiyya yang menegang dan kaku. “Hey, kau ini sangat aneh! Kau memanggilku kemari tapi kau sangat tegang! Ada apa? Kau takut jika kekasihmu mengetahui hai ini? Atau kau takut jika pimpinanmu tahu perangai bejatmu ini?” tutur Nezi sambil mengusapkan tangannya ke wajah Abbiyya. “Kau ingin aku melakukannya sekarang?” celetuk Abbiyya. “Tentu! Ayo kita mulai! Aku menunggunya sejak tadi dan kau hanya diam saja!” rengek Nezi sambil menggelayutkan kedua tangannya pada leher Abbiyya meskipun ia mesti sediki
Magbasa pa
PREV
1
...
45678
...
15
DMCA.com Protection Status