Semua Bab Sayembara Cinta Sang Pangeran: Bab 41 - Bab 50
53 Bab
Menemanimu Hingga Pagi Merekah
"Lindungi Pangeran!" seru Jenderal Raymond Summerset ketika melihat para pemberontak mengeroyok calon raja Wisteria dengan pedang tajam.Tentu saja luka tak terelakkan di tubuh Pangeran William Lancester, dia mendapat serangan bertubi-tubi dari segala arah. Sementara dia bertarung di tengah sepuluh musuh yang garang sendirian dengan pedang.Ketika Lady Arleena Eberdeen melihat keponakannya kepayahan bersimbah darah, dia tertawa bahagia dengan suara menyeramkan. "Hahaha ... teruskan serangan kalian. Habisi dia, jangan sampai dia selamat!" ujarnya kejam.Namun, pasukan militer Wisteria dengan segera membantu mengamankan Pangeran William dengan berdiri sembari bertarung di sekelilingnya. Nyawa sang pangeran pun aman sekalipun lukanya berdarah-darah. Akhirnya Jenderal Sebastian Dalio dan Letnan Dapal tiba di kamar peristirahatan baginda raja. Mereka melihat pertempuran sengit di sana, tetapi Jenderal Raymond Summerset mencegah kedua perwira kepercayaannya untuk ikut dalam kemelut itu. "K
Baca selengkapnya
Ketika Ingatan Pangeran Ares Kembali
Sore itu Pangeran Ares yang telah pulih mengajak Queenta Larson berkuda tandem bersamanya ke dataran rendah di bawah Camelia Summit. Sinar hangat matahari senja menyentuh kulit mereka berdua memang lokasi tempat Queenta tinggal bersama keluarga Larson terletak di sisi barat mata angin."Kak Ares sepertinya sudah sehat sekali. Aku turut senang!" ujar Queenta yang duduk di depan sang pangeran yang memegang tali kekang kuda."Berkat perawatanmu juga, Gadis Kecil. Aku berutang budi kepadamu," sahut Pangeran Ares dengan tulus.Namun, ketika dia melayangkan pandangannya ke lereng perbukitan Camelia Summit mendadak kepalanya pening seolah berputar-putar. Kudanya pun ikut gelisah merasakan penunggangnya tidak stabil di atas punggungnya."Ehh—Kak Ares, ada apa?!" seru Queenta panik dan segera mengambil alih tali kekang kuda agar makhluk sensitif itu tenang kembali. Dia menarik tali kekang untuk menghentikan langkah kudanya."Aarrgghh! Queenta, kepalaku mendadak pusing sekali seperti dipukul de
Baca selengkapnya
Sepasang Kekasih Di Siang yang Sejuk
Ketika fajar menyingsing di Wisteria Kingdom, Pangeran Ares yang telah beristirahat semalam di kamar tamu kediaman Larson pun mulai menemukan kepingan-kepingan memorinya dan merangkainya menjadi pikiran yang sebagian utuh. Dia berbicara kepada Queenta dan orang tuanya ketika sarapan pagi bersama keluarga besar Larson."Terima kasih atas kebaikan kalian semua yang telah menampungku di rumah ini. Kini tiba waktunya bagiku kembali ke tempatku yang seharusnya yaitu di Istana Drakenville. Hadiah ucapan terima kasihku akan dikirimkan ke mari oleh pegawai istana secepatnya," tutur Pangeran Ares Kincaid dengan penuh wibawa selayaknya seorang pangeran mahkota.Ayah Queenta yaitu Robert Larson pun menjawab sang pangeran, "Ohh ... itu tidak perlu, Pangeran Ares. Kami tulus memberikan tumpangan hingga Anda pulih. Wisteria dan Drakenville telah lama bersahabat, kami sebagai warga negara yang baik tentunya harus menolong Anda.""Tuan Robert sangat mulia hatinya. Namun, itu adalah rasa terima kasih
Baca selengkapnya
Rencana Pangeran Ares
Di Istana Drakenville, Pangeran Ares yang telah kembali sejak menghilang pasca mengikuti turnamen ketangkasan 5 tahunan babak ketiga lalu harus menghadapi kemarahan adik perempuannya, Puteri Alea Brigitta Kincaid."Kakak, kau harus segera melamar puteri perdana menteri Wisteria itu. Aku tak ingin menerima alasan apa pun!" desak puteri manja itu sembari bersedekap dengan wajah masam.Pangeran Ares yang duduk di kursi kebesarannya di Pavilliun Naga Api pun memijit pelipisnya. Suara bernada tinggi adik perempuannya membuat kepalanya pening dengan telinga berdenging. Dia sudah kehilangan rasa tertariknya kepada Lady Amelia Stormside. Gadis itu berbeda dengan Queenta Larson dalam memperlakukannya. Semakin dia membandingkan semakin dia yakin bahwa Lady Amelia tidak memiliki perasaan sama sekali selain terpaksa menerima perjodohan dengannya."Alea—dengar, aku sepertinya tak bisa memenuhi keinginanmu kali ini!" jawab Pangeran Ares jujur. Namun, jawabannya justru membuat Puteri Alea naik pit
Baca selengkapnya
Pertemuan Penting Dua Calon Raja
Pagi itu ketika fajar pagi merekah di langit Drakenville dan Wisteria, kedua pangeran yang memiliki kepentingan yang belum selesai terkait pernikahan mereka masing-masing akan bertemu di Pavilliun Phoenix. Namun, perbedaannya ada di hati Pangeran Ares Kincaid telah berpaling dari Lady Amelia Stormside, sedangkan hati Pangeran William Lancester tetap menuju ke gadis yang telah dicintainya sejak semula. Dan sang pangeran Wisteria belum mengetahui perubahan itu."Jenderal Sebastian, apa yang sebaiknya aku jadikan alasan tentang lamaranku untuk Lady Amelia?" tanya Pangeran William gundah. Dia kuatir kakak dari Puteri Alea tersebut akan mengamuk dan membuat situasi damai kedua kerajaan menjadi berselisih.Maka jenderal muda Wisteria tersebut memberikan nasihatnya, "Your Grace, ada baiknya bila Anda pura-pura tidak mengetahui alasan kedatangan Pangeran Ares dan menyambutnya dengan tangan terbuka. Kita dengarkan dahulu apa saja yang beliau kehendaki dari pertemuan ini.""Ahh ... itu saran y
Baca selengkapnya
Senyum Misterius Sang Pangeran
"Zemira, hari ini aku akan berada di amphitheater untuk menyaksikan babak final turnamen ketangkasan 5 tahunan, apa kau ingin menemaniku ke sana?" tanya Alexei Stormside ketika keluarga kecilnya sedang sarapan pagi.Lady Zemira pun menjawab, "Tentu, Suamiku. Aku tidak memiliki janji temu dengan siapa pun hari ini. Pukul berapa kamu berangkat ke amphitheater?""Seusai sarapan pagi saja karena aku harus memberikan pidato sambutan sebelum babak final digelar. Aku akan menunggumu bersiap sebentar, Darling!" ujar sang perdana menteri dengan mesra kepada Lady Zemira Stormside.Mendengar perbincangan kedua orang tuanya Lady Amelia pun menjadi gugup, dia tak menyangka bahwa hari ini dia akan bertanding di turnamen babak final disaksikan papa mamanya sekaligus. Dia pun menghela napas dalam-dalam lalu mengakhiri sarapannya, hilang sudah napsu makannya. "Pa, Ma, aku harus berangkat ke sekolah sekarang. Sampai jumpa nanti!" pamit gadis itu lalu mengecup punggung tangan kedua orang tuanya bergant
Baca selengkapnya
Jatuh Cinta pada Pribadi yang Sama
Saat yang dinantikan oleh para penonton di tribun amphitheater Wisteria Kingdom pun tiba. Tiga pasang peserta terakhir yang saling berhadapan di bak lumpur akan diadu seberapa cepat mereka menjatuhkan lawan. Kali ini selain wasit utama yaitu Sir Philip Fidelis, kedua jenderal muda daei Wisteria dan Drakenville membantu mengawasi jalannya babak putaran terakhir turnamen ketangkasan 5 tahunan tersebut.Jenderal Sebastian Dalio berdiri di sisi samping sang pangeran dan Alexander Banning. Dia yang bertugas mengawasi pasangan peserta itu. Ketika Sir Philip Fidelis berseru 'mulai' maka ketiga pasangan peserta gulat lumpur segera beraksi dengan kekuatan serta strategi mereka masing-masing.Namun, Alex yang merasa dia tak akan ada peluang mengalahkan Willy menahan serangan dengan melangkah mundur di bak lumpur. Sedangkan, sang pangeran berbisik di samping telinga Alex, "Dorong aku, kali ini aku akan mengalah untukmu, Sobat!"Alexander Banning sudah mengetahui kemungkinan itu adalah satu-satu
Baca selengkapnya
Sebuah Kisah Cinderella yang Berbeda
"Bagaimana sekolahmu, Queenta?" tanya Tuan Robert Larson ketika makan malam bersama dengan keluarga besar Larson.Gadis itu menghentikan makan malamnya dan menjawab, "Segalanya lancar dan baik-baik saja, Pa. Bulan depan kami akan naik kelas tingkat akhir di senior highschool.""Ohh, bagus kalau begitu, Nak. Belajarlah yang rajin agar dapat meneruskan bisnis keluarga Larson nantinya," nasihat ayah Queenta lalu ia pun meneruskan makan malam dan membiarkan anggota keluarga lainnya berbincang di meja makan.Ketika hidangan penutup dihidangkan di meja makan, Harvey menghampiri Tuan Robert Larson di kepala meja makan dan berbisik, "Sir, ada rombongan dari kerajaan Drakenville yang ingin menemui Anda, nyonya, dan nona muda."Alis ayah Queenta berjengit sedikit terkejut. Dia lalu berkata kepada Harvey, "Persilakan mereka duduk dulu di ruang tamu. Aku akan segera menemui mereka bersama anak dan istriku!" Dia pun memberi tahu Minerva Larson dan puterinya agar ikut menemui rombongan dari Drakenv
Baca selengkapnya
Wisteria Royal Wedding Day
Sebelum musim dingin tiba Pangeran William Lancester menemui baginda raja yang kondisinya agak berat untuk bertahan lebih lama. Di dalam kamar peristirahatan Raja Alderan Lancester, ada perdana menteri Wisteria dan juga beberapa petinggi militer di sana."Puteraku, kudengar kau telah menemukan calon istrimu. Kerja bagus, Nak. Sebaiknya segeralah kalian berdua menikah sebelum aku tak mampu memberikan restuku lagi," titah paduka raja dengan napas yang berat sambil berbaring di ranjang kebesarannya.Memang itu hal yang ingin dia bicarakan dengan ayahandanya, sang pangeran pun menjawab, "Baik, Ayah. Aku akan meminta pegawai istana untuk segera menyiapkan acara pernikahan tersebut. Bertahanlah lebih lama lagi untuk menyaksikan kebahagiaan puteramu ini, Baginda Raja!""Segera lakukan persiapan untuk holy matrimony hari ini juga di kamar peristirahatanku. Pesta perayaan pernikahan itu bisa menyusul nanti, aku pun tak akan bisa duduk menghadirinya. Uhuk ... uhuk ...," desak Raja Alderan seray
Baca selengkapnya
Musim Dingin dan Kenangan
"Amy, selamat atas pernikahanmu dengan sang pangeran. Kalian berdua sama-sama beruntung memiliki satu sama lain," ucap Madam Tania usai menerima donasi besar dari Ratu Amelia Lancester.Wanita muda yang telah mendampingi Raja William Lancester naik tahta baru-baru ini pun menjawab, "Terima kasih, Madam Tania. Kuharap bantuan dariku akan sanggup untuk menolong anak-anak di panti asuhan ini melewati musim dingin yang akan tiba sebentar lagi. Angin yang dingin menusuk tulang mulai berhembus bukan?" "Kau benar, Amy. Bersyukur atas segala kebaikanmu untuk kami di sini. Dan sampaikan salam hangat kami untuk paduka raja. Beliau pemimpin muda Wisteria yang luar biasa, banyak kemajuan kesejahteraan rakyat di pedesaan yang terjadi semenjak beliau menggantikan mendiang Raja Alderan," puji Madam Tania penuh syukur.Amy pun menjawab dengan rasa bangga, "Akan kusampaikan salam kalian pastinya. Suamiku itu memang seorang pemimpin yang luar biasa. Beliau pekerja keras yang berhati mulia.""Lihatlah
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
DMCA.com Protection Status