Lahat ng Kabanata ng Di Balik Status WhatsApp Suamiku: Kabanata 41 - Kabanata 50
93 Kabanata
(PoV Author) Kesempatan
“Gak mungkin, Daff, lo udah sama Rachel,” batin Kelana.            Lagi, Kelana berusaha membentengi hatinya, menolak rasa yang kian tumbuh subur. Ia belum menyadari, bahwa semakin ditepis rasa tersebut akan merekah indah. Tak peduli seberapa kuat pun ia berusaha menekan semuanya, suara hati tak bisa dibohongi. Cepat atau lambat, hatinya akan menuntun Kelana untuk menemukan pelabuhan terakhir.            “Bunda, kata Om Daffa laper,” teriak Lintang dari arah ruang tamu.            Teriakan itu membuyarkan lamunan Kelana. Waktu menunjukkan pukul sebelas siang, ia bergegas menggoreng tempe dan membuat sambal goreng.Sembari memasak, Kelana dapat mendengar gelak tawa Lintang. Gelak tawa itu menjadi melodi yang begitu indah di telinganya. Kalau dipikir-pikir, sudah lama
Magbasa pa
(PoV Daffa) Maunya Kamu
Siang ini, aku terlibat pembicaraan cukup serius dengan Kelana. Kulihat wanitu itu terdiam setelah mendengar pengakuanku beberapa detik lalu. Benar adanya, jika setelah obrolan tadi aku tak berharap Kelana percaya, karena aku tahu, percaya pada seseorang setelah merasakan sakitnya dikhianati bukan hal yang mudah, butuh waktu dan proses yang panjang. Aku hanya ingin diberi ruang dan kesempatan untuk berusaha, agar menjadi seseorang yang memiliki arti sendiri dalam hidupnya. “Kenapa diem?” tanyaku saat Kelana tak kunjung membuka suara. “Enggak.” “Kasih saya kesempatan, ya,” pintaku. Tak ada gelengan maupun anggukan, yang kulihat sekarang hanyalah diamnya Kelana. Jika biasanya aku bisa membaca pikiran wanita itu, maka kali ini semuanya gelap. Kelana hanya mematung tanpa ekspresi. Mungkinkah semua kesempatan yang kuharap tak bisa lagi kudapat? “Daff, sebaiknya lo pulang, gak enak dilihat orang.” Lagi-lagi seperti ini. Kelana selalu mengalihkan pembicaraan, padahal aku berharap dia me
Magbasa pa
Siapa Namanya?
“Selamat pagi. Kusut amat tu muka kayak baju belum disetrika,” sapa Mona dengan raut cerianya. Aku yang sedang tidak mood hanya menatapnya sebentar, kemudian mengalihkan pandangan. Wajah masam dengan mata panda terlihat jelas cukup membuat Mona mengerti, jika ada sesuatu yang sedang mengganggu pikiranku.Dia berlalu setelah meletakkan kotak makanan berwarna merah muda di atas meja. “Tumben banget bawain bekel, pasti ada maunya,” batinku. Benar saja, selang beberapa menit dia kembali menggangguku yang sedang fokus dengan pekerjaan. “Kelana,” panggilnya setengah berbisik. “Hmmm.” Aku menjawab panggilan itu dengan deheman singkat. “Malam ini gue nginep di tempat lo, ya.” Berteman cukup dekat dengan Mona membuat aku sedikit banyak paham tabiatnya. Dia tidak akan melakukan sesuatu di luar kebiasaan jika tidak ada alasan tertentu. “Lo kan tahu, Mbak, kontrakan gue kecil.” “Gak apa-apa, gue cuma l
Magbasa pa
Seandainya
Aku tercengang, mulutku sedikit terbuka saking terkejutnya. Wanita paruh baya berpenampilan modis yang berdiri tepat di hadapanku tersenyum lembut. Aku tak mengerti sedang berada di situasi seperti apa saat ini, yang jelas perasaanku tidak enak, dan aku yakin ini semua ulah Daffa. Dialah dalang di balik kemunculan wanita paruh baya yang mengira aku adalah calon istrinya.“Ibu siapa?” Aku yang bingung harus bereaksi seperti apa memberanikan diri bertanya. Tak berapa lama, Daffa keluar dari pintu kemudi, dia tersenyum lebar seraya merangkul pundakku.“Iya, Oma, ini calon istri Daffa. Kenalin, namanya Kelana.”Wajah Daffa terlihat begitu segar dengan senyum sumringah, membuatku ingin sekali mencakar wajah itu. Brengsek! Bahkan setelah aku menolak membantunya, dia menjebakku. Kurang ajar, benar-benar kurang ajar, aku tak akan tinggal diam!“Bukan, saya bukan …”“Nama yang cantik, secantik orangnya. Perke
Magbasa pa
(PoV Author) Resign?
“Daffa, malam ini kamu ajak Kelana ke rumah besar, ya, ada hal penting yang perlu Oma bicarakan sama dia,” ucap Meira di meja makan. Pagi ini, mereka sedang sarapan bersama. Risya begitu bahagia karena kedatangan omanya yang sudah lama menetap di luar negeri. Berbanding terbalik dengan Daffa yang sedari tadi ketar-ketir, khawatir sang oma meminta ia melakukan sesuatu yang tak terduga.“Kelana sibuk, Oma, lain kali aja, ya,” elak Daffa. Bagaimana mau mengajak Kelana ke rumah besar, kalau saat ini saja wanita itu tak mau diajak bicara.“Oma yakin dia mau meluangkan waktu. Jangan buat kedatangan Oma ke Indonesia sia-sia, Daffa!” tegas Meira.“Tolong jangan melakukan apa pun tanpa sepengetahuan Daffa, Oma,” pinta Daffa dengan suara lirih. Ia yakin, Meira sedang merencanakan sesuatu, apalagi sampai mengundang Kelana ke rumah besar.“Mau sampai kapan kamu menunda pernikahan?!”Suara Meira begitu
Magbasa pa
(PoV Author) Deep Talk
 Permainan terus berlanjut. Kelana mengabaikan pertanyaan Daffa yang baginya sangat tidak penting. Apakah Daffa harus menanyakan sesuatu yang sudah jelas jawabannya? Sementara Daffa, ia menganggap diamnya Kelana pertanda wanita itu juga mencintainya.“Diam berarti iya,” ujar Daffa.Kelana tak menggubris, tubuhnya terus menuntut agar Daffa tak berhenti. Daffa tersenyum lebar, sekarang ia tahu bahwa Kelana juga menginginkan dirinya. Dari sekian banyak peristiwa yang terjadi di antara mereka, pagi ini menjadi yang paling berkesan. Daffa kembali optimis, bahwa dirinya dan Kelana layak bersama.“Kenapa nanya terus, sih?” Kelana frustrasi saat Daffa bertanya dan menghentikan permainan mereka.“Karena malu bertanya sesat di …”Belum sempat Daffa menyelesaikan ucapannya, Kelana membungkam bibir pria itu. Daffa tak menyangka Kelana bisa seagresif ini. Bayang-bayang mereka m
Magbasa pa
Rumah Besar
Setelah menghabiskan waktu bersama dan setuju dengan ajakan Daffa, tepat pukul tujuh malam, aku, Lintang dan Daffa tiba di rumah besar. Semula aku bingung, mengapa dinamakan rumah besar? Rupanya, rumah besar adalah istilah yang digunakan Daffa dan keluarganya untuk menyebut rumah utama. Ya, aku baru tahu kalau yang saat ini ditempati Daffa adalah salah satu rumah oma yang diberikan untuknya sebagai hadiah ulang tahun.Dari luar saja rumah besar terlihat begitu mewah, dengan gaya eropa klasik dan cat yang didominasi warna emas. Daffa mengapit jemariku, sementara aku menggandeng Lintang. Kami masuk bersama. Di depan pintu, sudah ada pelayan yang menyambut. Aku melangkah ragu, bersaamaan dengan itu genggaman tangan Daffa dijemariku semakin erat, mungkin dia tahu aku gugup.Mataku memindai sekeliling ruangan dan tak henti mengagumi kemewahan yang ada di hadapanku saat ini. Terdapat lukisan tiga dimensi karya pelukis-pelukis hebat di dindingnya, dan furniture yang
Magbasa pa
(PoV Author) Rencana
“Bagus. Lo cuma perlu usaha lebih keras. Gue yakin, gak lama lagi dia akan bertekuk lutut sama lo. Dengan begitu lo bisa …”“Yeah! Memang itu yang gue mau. Gue bakal berusaha lebih keras lagi!”“Good job. Lo emang partner kerja yang baik.”“Jangan lupakan, gue juga partner tidur yang baik. Sure?”“Sure.” Dua manusia itu tertawa sembari mengangkat gelas mereka. “Cheers.”“Cheers.”“Apa rencana kita selanjutnya?” sang pria bertanya.Wanita yang menjadi lawan bicaranya itu tersenyum simpul, seraya membisikkan sesuatu yang dibalas anggukan mantap oleh si pria. Saat ini mereka sedang berada di sebuah kafe guna membicarakan hal penting yang hanya diketahui keduanya.“Kalau perlu, bunuh dia sekalian!” ucap wanita itu lagi.“Hah! Lo gila?”
Magbasa pa
(PoV Heru) Dia siapa?
“Papa,” panggil seorang bocah yang tak lain adalah Delia.Aku menatap malas bocah tersebut dan berdehem singkat. “Hmm.”“Mama ke mana?” tanyanya seraya duduk di sampingku.“Gak tahu,” jawabku tak acuh.Aku memang tidak tahu ke mana Rachel pergi. Sejak pagi hingga matahari tenggelam, sosok tersebut tak terlihat di sekitar rumah. Aku sama sekali tak penasaran, kerena memang kami sudah sepakat untuk tak mencampuri urusan masing-masing.“Kok gak tahu? Kan, Papa suaminya,” tutur Delia lagi.Aku tak menggubris dan memilih melanjutkan pekerjaan yang belum selesai. Namun, bocah itu terus saja mengajakku bicara. Kontan, aku merasa kesal karena mulutnya yang tak bisa diam. Sebenarnya tak salah juga sih, dia hanya bertanya keberadaan ibunya. Rachel lah yang salah, karena pergi tanpa pesan, dan belum pulang hingga malam menjelang.“Kamu gak lihat Papa lagi ngapain?” tanyaku d
Magbasa pa
(PoV Rachel) Ayah Kandung
Aku terus saja berjoged, meliuk-liukan tubuhku mengikuti alunan musik, ditemani seorang pria yang tak lain mantan pacarku dulu. Tangannya tak lepas dari pinggang rampingku, aku yang sudah setengah mabuk tak memedulikan itu. Biarkan saja dia melakukan sesukanya, malam ini aku perlu bersenang-senang. Selalu memikirkan cara mendapatkan Daffa, membuatku lupa membahagiakan diri sendiri.            “Honey, lo seksi banget malam ini.”Aku merasakan geli saat dia berbisik dan menjilat daun telingaku dengan mesra. Sudah lama aku tak merasakan sentuhan seperti ini.  “Tentu. Lo suka?”“Sangat. I love you sayang.”Si mantan pacarku ini terus menjamah tubuh yang sudah lama tak tersentuh. Jujur saja, menjalani rumah tangga dengan Heru itu sangat melelahkan. Hidupnya monoton, dia selalu kerja, kerja dan kerja. Tak sekalipun aku melihatnya memiliki niat memb
Magbasa pa
PREV
1
...
34567
...
10
DMCA.com Protection Status