Semua Bab Merebut Istri yang Kau Sakiti: Bab 31 - Bab 40
52 Bab
Minta Maaf pada Naila
"Eu-tadi sih katanya ada perlu sebentar, mungkin sekarang sudah pulang pa," jawaban yang diberikan Naila dibuat seakan antara dirinya dan Daffa baik-baik saja."Papa mau ke rumah, boleh?""Boleh pa, silakan." Jadi, Haris menunggu Daffa di rumah bersama menantunya walau sedikit canggung, tetapi bagaimanapun juga pria ini harus bersabar sekaligus menahan amarah. Namun, setelah dipikirkan ulang jika dirinya menegur Daffa di sini maka Naila akan tahu suaminya berselingkuh. Kebingungan mulai merasuki Haris. "Nak Naila tahu Daffa pergi kemana atau mungkin Daffa mengatakan akan pulang jam berapa?""Tidak tahu pa, tadi Daffa tidak banyak bicara mungkin sedang terburu-buru." Kalimat kejujuran Naila dibalas anggukan kecil oleh Haris. Keduanya menyaksikan acara televisi hingga pukul sembilan malam, Haris bermaksud mengajak putranya berbicara di teras supaya Naila tidak mendengarnya, tetapi karena waktu semakin malam jadi pria ini berpamitan."Daffa kemana ya, apa pulang malam lagi?" Naila menung
Baca selengkapnya
Obrolan Menenangkan Raihan dan Daffa
Daffa geram pada sikap Reza, apalagi kalimatnya sangat mencemooh. Namun, kali ini dirinya sedang tidak ingin berdebat maka Reza dibiarkan begitu saja, dirinya pergi tanpa kata. "Sialan, memangnya siapa kamu!" rutuk Daffa saat meninggalkan lapangan.Di sisi lain Naila baru saja tiba di kampus, rupanya Rico di sana. "Pagi, Nai." Senyuman lembutnya."Iya, pagi ...." Seperti biasanya, Naila menundukan wajahnya."Saya sengaja datang kesini menemui kamu.""Sengaja," heran Naila karena semenjak dirinya menikah dengan Daffa tidak satupun pemuda mendekatinya lagi, "ada apa ya?""Eu-tapi saya bingung mengatakannya." Keraguan mencambuk hati Rico."Tidak apa, katakan saja.""Nai, tapi kamu jangan sakit hati ya, walau mungkin kabar yang saya bawa akan membuat kamu sakit.""Insyaallah, memangnya kenapa, ada apa?""Saya mau mengatakan tentang Daffa." Rico akan membongkar perselingkuhan Daffa tanpa bermaksud mencampuri urusan rumah tangga Daffa dan Naila, tindakannya murni dari hati karena dirinya me
Baca selengkapnya
Naila Sedang Hamil
Naila tidak memiliki pilihan lain, maka dirinya menerima tawaran Raihan karena jujur saja dirinya tidak sanggup berjalan sendiri walau itu hanya dari klinik hingga ke depan kampus. Gadis ini mencoba mendudukan tubuhnya, kemudian memertemukan kedua kakinya dengan lantai. "Aw!" Tubuhnya segera ambuk. Jadi Raihan memberanikan diri membuka tirai hingga mendapati Naila sudah terduduk di atas lantai. "Nai!" Inginnya segera menolong si gadis dengan meraih tubuhnya, tetapi terlalu tidak enak hati akibat status Naila yang menjadi pembatas besar. Alhasil, Raihan hanya mensejajarkan diri bersama Naila yang sedang duduk lesu, "Nai, masih pusing?" "Sedikit, tapi saya lemas." "Sudah makan belum. Makan dulu ya!" Perhatian Raihan dengan sedikit memaksa demi kebaikan Naila. Kali ini tawarannya mendapatkan anggukan setuju. "Kamu tunggu dulu ya di sini, saya mau membeli makanan." Raihan memandangi Naila sesaat, "mau saya bantu?" Naila tidak lantas menjawab karena tidak sepantasnya dirinya disentuh o
Baca selengkapnya
Gugurkan Saja!
Daffa maupun Naila sama-sama tersentak kaget. Laki-laki ini segera memerotes, "Dok, mana mungkin Naila hamil, selama ini saya pakai pengaman kehamilan!""Sejak kapan?""Sudah lama." Kalimat Daffa sedikit canggung karena ini pembahasan sensitif."Jika dari awal menikah, Tuan Daffa boleh merasa heran," penjelasan simple dokter yang diperkirakan akan segera dimengerti oleh Daffa maupun Naila yang masih berusia sangat muda.Daffa membuang udara tidak tenang karena jika kehamilan Naila berlanjut maka hubungannya dengan Gisel harus berakhir, tetapi kali ini dirinya tidak dapat melakukan apapun. Saat dokter telah berlalu Daffa segera berkata kejam, "Kamu makan buah nanas muda saja, saya baca di internet katanya bisa menggugurkan kandungan!""Kenapa harus digugurkan?" sendu Naila karena bayi di dalam perutnya tidak berdosa."Memangnya kamu mau disusahkan sama bayi itu? Saya sih tidak.""Tapi bayi ini titipan Tuhan pada kita.""Saya tidak mau. Tuhan merepotkan saya saja, memberikan kamu sebaga
Baca selengkapnya
Tega Sekali, Daffa!
"Minum sekarang!" Ternyata kalimat Naila tidak bisa mengubah niat buruk Daffa."Kamu yakin akan membunuh bayi ini?" Hampir saja air mata Naila menetes."Minum saja!" Dingin Daffa, bagaimanapun pernikahan petaka ini tidak bisa dibiarkan berlarut-larut, ada Gisel-gadis yang dia cintai. Naila terisak kecil, ingin sekali memertahankan bayi dalam rahimnya, tapi bagaimana nantinya karena ayahnya tidak menginginkan kehadirannya, mungkin anak mereka hanya akan menderita setiap harinya sama seperti Naila-si gadis malang yang harus menikah dengan Daffa si pemilik attitude buruk. Gadis ini memutuskan meminum jus nanas muda pemberian Daffa bersama sejuta perih karena ternyata bayinya harus mendapatkan perlakuan tidak adil dari dunia, sedangkan Daffa menyeringai puas ditambah dengan kalimat yang tidak sepatutnya diucapkan. "Selama bayinya belum hancur kamu harus tetap makan nanas muda, kalau perlu tiga kali sehari, saya akan menyediakannya di dalam kulkas!" Naila masih terisak hingga tidak mamp
Baca selengkapnya
Perceraian Bukan Hal Buruk!
Rico hanya bisa menatap kedekatan Daffa dan Gisel walau ingin sekali mengingatkan Daffa supaya setia pada Naila, gadis salihah yang mungkin hanya ditemukan satu di antara seribu. "Bagaiaman cara menyampaikannya pada Naila?" bingung Rico, kemudian mengingat gruf karang taruna, di sana terdapat nomor milik Naila yang sejak menikah seolah menghilang dari chat gruf. [Nai, saya masih mau melanjutkan obrolan tentang Daffa.] Chat pribadi dari Rico, kemudian memotret Daffa dan Gisel, terakhir mengirimkannya pada Naila. [Maaf Nai, bukan maksud saya ikut campur dalam rumah tangga kalian, tapi saya rasa perbuatan Daffa tidak pantas dilakukan.]Embusan udara dibuang pasrah, Rico hanya tinggal menunggu hasilnya, apakah kalimatnya akan membawa berkah atau bencana.Namun, bukan Naila yang membaca chat melainkan Farida hingga wanita ini kaget bukan main, "Daffa ..., ada apa sama kamu, kenapa kamu tidak malu!" sendu merajang begitu hebat karena merasa menjadi orangtua gagal. Saat ini menantunya sedan
Baca selengkapnya
Kedzoliman Daffa
Farida tidak dapat berkata-kata lagi setelah mendengar jawaban Daffa, dirinya hanya melukis wajah sendu. "Kasihan sekali Naila, pasti Naila sangat tersiksa setiap harinya karena sikap kamu.""Ma ..., tidak usah dibesar-besarkan deh. Naila tidak mencintai Daffa, sikapnya juga sama halnya dengan Daffa. Naila juga dekat sama Raihan-keponakannya Tante Rumi penjual roti!" tukasnya tanpa tanggung-tanggung.Namun, Farida tidak begitu saja percaya pada putranya. "Jangan mengada-ngada!""Sumpah, Daffa tidak bohong. Naila sama Raihan satu kampus, mereka sering berdekatan. Apalagi kalau bukan selingkuh!" "Naila anak baik. Jangan kamu jadikan kambing hitam supaya kamu selamat!" kekesalan Farida semakin memuncak, alih-alih mendengarkan semua kalimat keburukan tentang Naila. Wanita ini juga segera meninggalkan putranya karena penat oleh semua kelakuan Daffa. Dirinya memilih kembali menjaga Naila di dalam kamar."Bagaimana keadaan Naila sekarang?" Belaian lembut mengusap puncak dahi si gadis."Luma
Baca selengkapnya
Ambil Saja Naila!
Mia kembali ke kediaman anak dan menantunya, Farida sudah menyiapkan sarapan yang berjajar di meja makan. Maka Mia banyak berterimakasih apalagi semalaman besannya berada di sini. Kresek pemberian Raihan disimpan di atas meja kosong. "Bu Mia ngeborong," kekeh Farida."Tidak, ini pemberian dari temannya Naila, katanya karena tidak bisa menjenguk, jadi memberikan banyak makanan," kekeh Mia.Daffa segera mengutarakan pertanyaan, "Teman Naila yang mana, ma?" Sikapnya dibuat santun si hadapan Mia."Raihan-keponakannya Bu Rumi." Santai Mia memberikan jawaban, tetapi membuat Daffa terbakar kemudian melirik ke arah ibunya seolah tatapannya mengatakan jika dirinya mengatakan kebenaran jika Naila dan Raihan memiliki hubungan. Farida mampu mengertikan makna tatapan putranya, tetapi dirinya masih mencoba menepis."Alhamdulillah ..., rezekinya Naila." Farida ikut berbahagia selayaknya Mia. Mia segera menemui putrinya, sedangkan Daffa memanfaatkan keadaan untuk berbicara pada ibunya. "Sudah Daffa
Baca selengkapnya
Akhirnya Dia Pergi!
Umar menggelengkan kepalanya sangat heran pada niat Raihan. "Pikirkan berulang kali, jangan sampai salah langkah!""Sebenarnya, sudah sering sekali saya memikirkan perasaan salah ini dan saya juga sudah sering berniat ingin membuangnya, tapi ternyata selalu gagal hingga saya pikir mungkin tidak apa, tidak masalah walau menyimpan cinta untuk Naila selama tidak menganggu rumah tangganya sama Daffa. Lalu semakin lama saya tahu kalau ternyata Naila tidak bahagia." "Itu bukan urusan kita!" tegas Umar yang masih menyimpan cemburu karena keberanian Raihan, tetapi bukan maksudnya menghalangi cinta sahabatnya itu pada Naila supaya Umar bisa mengambil kesempatan, hanya saja dirinya tidak ingin Raihan menanggung akibat yang besar dari sikapnya ini."Memang bukan. Awalnya. Sekarang ini urusan saya juga!" Tatapan Raihan menunjukan kilatan. "Istigfar, biarkan saja Naila dan Daffa, apapun yang terjadi pada mereka, toh pasti orangtua mereka tidak akan diam.""Saya akan tetap mencari tahu. Kalau bis
Baca selengkapnya
Mungkin Naila Mati!
Rico pikir jika Daffa adalah psycopat, maka dirinya tidak mengatakan apapun hanya saja hatinya bergetar hebat setelah mendengarnya, tubuhnya juga sedikit menggigil. 'Seburuk itu cara kamu memperlakukan Naila. Saya mengenal kamu dari dulu, tapi saya baru tahu kalau kamu memang sangat keterlaluan. Tidak ada attitude baik dalam diri Daffa!' Rico mulai mencemooh sahabatnya sendiri. kemudian bertanya hanya sebagai basa-basi. "Kalau bayi itu masih hidup bagaimana?" "Dia sangat menyusahkan. Saya mau sama Gisel tanpa harus dihalangi hal rumit seperti itu. Pernikahan kita sudah sangat menyusahkan, saya tidak mau semakin susah.""Lebih baik kamu tinggalkan Naila secepatnya, dari pada cuma menyakitinya. Jujur saja saya kasihan sama Naila!" Rico melepaskan pemikirannya pada Daffa karena tidak sanggup menyimpannya lagi. Segera, tatapan Daffa berubah mengiris. "Saya akan melakukannya, tapi saya akan mengingatkan kamu kalau ini bukan urusan kamu, jangan terlalu ikut campur!" Daffa tidak menyukai
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
DMCA.com Protection Status