Semua Bab Gairah Cinta Roosje: Bab 51 - Bab 60
77 Bab
Bagian 51
GAIRAH CINTA ROOSJEPenulis : David KhanzBagian 51—---- o0o —----"Astaghfirullah!" seru Hanan dan Juragan Sumiarsih usai mendengar penuturan Ki Sendang Waruk perihal serangan teror yang terjadi semalam tersebut. "Ini jelas sekali, ada seseorang yang hendak mencelakai Aki dan Nèng Bunga."Ki Sendang Waruk mendesah bimbang. Ujarnya dengan suara lirih, "Entahlah. Saya sendiri belum bisa memastikan. Apakah ini ditujukan pada saya sendiri atau Bunga? Masalahnya, teror ini sudah bukan merupakan serangan fisik belaka, tapi caranya sudah menggunakan jalan mistik."Hanan turut berpikir keras, mengaitkan berbagai kabar yang selama ini dia terima dari banyak sumber. "Apakah ini dilakukan oleh orang yang sama, Ki?" tanyanya mulai menduga-duga. "Seseorang yang dulu menghendaki Ayah untuk—""Untuk hal itu pun, saya juga belum bisa memastikannya, Nak," tukas Ki Sendang Waruk. "Kita tidak boleh gegabah menunjuk pada seseorang, apalagi sampai menyebutkan sebuah na
Baca selengkapnya
Bagian 52
GAIRAH CINTA ROOSJEPenulis : David KhanzBagian 52—---- o0o —----"Nak Hanan! Tunggu!" teriak Ki Sendang Waruk seraya melambai-lambaikan tangan memanggil Hanan. Namun anak muda tersebut tidak menghiraukan. Dia tetap memacu langkah kudanya semakin cepat."Ki Èndang, bagaimana ini? Anak saya pergi, Ki!" Juragan Sumiarsih kembali berseru panik sambil memegang lengan lelaki tua tersebut dan menarik-nariknya.Sesaat Ki Sendang Waruk mendecak kesal. "Inilah yang sebenarnya saya khawatirkan selama ini," ucapnya pada Sumiarsih. "Anak itu akan berbuat nekat. Mirip sekali kelakuannya dengan bapaknya, Juanda. Haduh! Bagaimana sekarang?" Lantas dia menoleh ke arah Mang Dirman yang turut berada di sana dan hanya bisa melongo. "Dirman! Cepat siapkan sado!""Aki hendak ke mana?" tanya Mang Dirman bingung."Kita susul Hanan, Mang!" jawab Ki Sendang Waruk kesal. "Saya tahu, ke mana anak itu akan menuju. Cepat, siapkan sado!"
Baca selengkapnya
Bagian 52
GAIRAH CINTA ROOSJEPenulis : David KhanzBagian 52—---- o0o —----"Nak Hanan! Tunggu!" teriak Ki Sendang Waruk seraya melambai-lambaikan tangan memanggil Hanan. Namun anak muda tersebut tidak menghiraukan. Dia tetap memacu langkah kudanya semakin cepat."Ki Èndang, bagaimana ini? Anak saya pergi, Ki!" Juragan Sumiarsih kembali berseru panik sambil memegang lengan lelaki tua tersebut dan menarik-nariknya.Sesaat Ki Sendang Waruk mendecak kesal. "Inilah yang sebenarnya saya khawatirkan selama ini," ucapnya pada Sumiarsih. "Anak itu akan berbuat nekat. Mirip sekali kelakuannya dengan bapaknya, Juanda. Haduh! Bagaimana sekarang?" Lantas dia menoleh ke arah Mang Dirman yang turut berada di sana dan hanya bisa melongo. "Dirman! Cepat siapkan sado!""Aki akan ke mana?" tanya Mang Dirman bingung."Kita susul Hanan, Mang!" jawab Ki Sendang Waruk kesal. "Saya tahu, ke mana anak itu akan menuju. Cepat, siapkan sado!""I-iya, Ki," jawab kusir sado tersebut buru-buru pergi ke belakang. "Sebentar
Baca selengkapnya
Bagian 53
GAIRAH CINTA ROOSJEPenulis : David KhanzBagian 53—---- o0o —----Sepi melanda alam di siang itu. Sesunyi area tanah luas yang dikelilingi oleh rerimbunan semak belukar, tumbuh liar meranggas di sekitar tempat.Bumi tengah mengganas, membakar hampir setiap tumbuh-tumbuhan dan makhluk-makhluk hidup yang bercokol di permukaannya melalui panggangan matahari. Hawa panas pun merata, menyebar terbawa silir-semilir udara yang terengah-engah.Sementara itu, sesosok manusia tengah berjongkok terdiam di depan sebuah pusara, dengan mata terkatup, tapi lisan bersuara dalam bisik. Dia khusyuk melafalkan bait demi bait kalimat suci disertai kedua telapak tangan menengadah. Seakan enggan mengindahkan terpaan bara dari langit yang asyik memanggangi. Sesaat kemudian, dia pun mengucap kata 'aamiin' sembari mengusapkan telapak tangan tadi ke wajah, mengakhiri prosesi dipengujung doa. Matanya terlihat sembab, disertai sedikit sisa l
Baca selengkapnya
Bagian 54
GAIRAH CINTA ROOSJEPenulis : David KhanzBagian 54—---- o0o —----"Den Hanan! Berhenti, Den!" teriak Mang Dirman seraya menghalang-halangi laju kuda yang hendak melewati tempatnya berdiam saat itu. Lelaki tua tersebut menggerak-gerakkan tangan ke atas dan ke bawah secara memutar berulang-ulang. "Tunggu! Berhenti dulu, Den!"Hanan menarik tali kekang kuda, hingga membuat binatang tunggangannya tersebut meringkik dengan kaki depan terangkat ke atas."Awas, Mang! Minggir!" seru Hanan memperingatkan.Namun Mang Dirman bersikukuh berdiri menghalangi di tengah jalan. Ujarnya dengan wajah memelas, "Tolong, Den. Berhentilah dulu. Kita bicarakan semuanya secara baik-baik!"Anak muda itu mendengkus kesal."Apa yang harus dibicarakan lagi, Mang?" tanya anak muda tersebut dari atas kudanya. "Semua orang jelas-jelas ingin menyembunyikan hal yang sebenarnya tentang Ayah. Termasuk Mamang sendiri.""Iya
Baca selengkapnya
Bagian 55
GAIRAH CINTA ROOSJEPenulis : David KhanzBagian 55—---- o0o —----Tanah pekuburan itu masih menggunung merah dan basah. Berhiaskan taburan bunga-bunga mewarnai permukaannya. Lengkap bersama dua tancapan nisan kayu berukir di batas atas serta bawah sebagai penanda.Beberapa orang berjongkok di sepanjang sisi makam dengan mata sembab, seraya melafalkan doa-doa yang terucap dengan penuh kesedihan.Sumiarsih, perempuan yang hampir memasuki usia baya itu, tampak lekat memandangi kuburan suaminya, Juanda. Mengenakan kerudung hitam yang dipadu bersama busana berwarna senada memanjang hingga menjuntai tanah. Raut wajah cantiknya tampak sendu memucat dan tatapan hampa, seakan belum mempercayai bahwa lelaki yang dia cintai tersebut —kini— telah tiada.Ki Sendang Waruk mendeham perlahan, bermaksud memanggil sosok keponakannya —Bunga— yang berada persis di samping Sumiarsih.Gadis itu menengok. Melihat-lihat ke arah
Baca selengkapnya
Bagian 56
GAIRAH CINTA ROOSJEPenulis : David KhanzBagian 56—---- o0o —----"Saya hamil, Kang," ujar Nyai Ayu begitu Sendang Waruk tiba di tempat biasa mereka bertemu.Sontak lelaki tersebut terkejut dibuatnya. Dia menggeleng. "Tidak mungkin, Nyai. Mustahil ini bisa terjadi," ujarnya merasa belum meyakini dengan benar akan ucapan perempuan yang kini telah menjadi kekasihnya tersebut. "A-aku … eh, maksudnya kita … melakukannya pun hanya sekali, 'kan? I-itu pun karena … khilaf. Eh?" Mendadak dia tergagap-gagap dan tampak salah tingkah.Nyai Ayu menatap Sendang Waruk. "Tapi yang terjadi memang benar, Kang. Haid saya telat beberapa pekan ini. S-saya … m-mengandung anakmu."'Ah, sial!' rutuk lelaki itu memaki diri. 'Mengapa aku sampai ceroboh dan berbuat bodoh? Ini seharusnya tidak pernah terjadi!' Lantas teringat pada sebuah kejadian nahas di ambang senja.Kala itu, di tempat yang sama, Sendang Waruk dan Nyai Ayu tenga
Baca selengkapnya
Bagian 57
GAIRAH CINTA ROOSJEPenulis : David KhanzBagian 57—---- o0o —----Di saat keduanya terdiam, tiba-tiba Nyai Ayu menanggalkan pakaiannya satu per satu di hadapan Sendang Waruk seraya berujar manja penuh menggoda, "Kamu menginginkan aku 'kan, Kang? Silakan … kalau memang ini yang kamu mau."Laki-laki itu terperangah. Matanya pun sontak membulat besar disertai leletan lidah menjilati tepian bibir, diikuti pergerakan jakun turun-naik mereguk air liur. "Nyai …." desah Sendang Waruk perlahan.Dengan raut wajah sedih, Nyai Ayu berimbuh kembali, "Ini 'kan yang membuat Akang cemburu pada Juanda? Ini juga yang membuat Akang menilai saya tidak berharga? Silakan kalau Akang memang menginginkannya. Bukankah Akang juga yang telah merenggut kehormatan saya ini?" Lantas, perempuan itu pun perlahan menghampiri sosok Sendang Waruk dalam kondisi tidak berbusana sama sekali. "Lakukan sekarang, Kang.""Nyai … apa yang kamu lakukan ini?
Baca selengkapnya
Bagian 58
GAIRAH CINTA ROOSJEPenulis : David KhanzBagian 58—---- o0o —----Buru-buru Ki Ranah Welung menghampiri kembali Sendang Waruk untuk melakukan pertolongan pertama. Dia melakukan beberapa kali totok dan pijatan pada bagian tertentu tubuh lelaki muda itu. Pada saat yang bersamaan, kesempatan tersebut dipergunakan oleh Bajra untuk melarikan diri dari sana.'Sialan! Dia telah kabur ….' gerutu Ki Ranah Welung begitu menyadari bahwa sosok Bajra sudah tidak tampak lagi di tempat semula. 'Culas sekali bekas muridku yang satu itu. Dia selalu mencari-cari celah agar bisa menjauh dariku. Keparat!'Karena kondisi Sendang Waruk masih dirasa memperihatinkan, maka sosok lelaki tua berambut putih digelung di atas kepala itu memutuskan untuk membawanya dari sana. Lelaki muda tersebut dirawat di kediamannya yang terletak di pedalaman belantara. Sebuah gubuk sederhana yang dikelilingi oleh lahan kebun bukaan dan dipenuhi berbagai tanaman pala
Baca selengkapnya
Bagian 59
GAIRAH CINTA ROOSJEPenulis : David KhanzBagian 59—---- o0o —----Tidak disangka, tanpa sepengetahuan Sendang Waruk, ternyata Nyai Ayu pernah nekat menemui Sumiarsih dulu. Entah apa yang dibicarakan oleh kedua perempuan itu sesungguhnya. Sosok lelaki tersebut tidak diberitahu secara terperinci."Ke mana Juanda suamimu itu, Sum?" tanya Sendang Waruk setelah beberapa lama tidak melihat sosok sahabatnya tersebut. Jawab Sumiarsih, "Akang Juanda sedang bersama Tuan Hansen. Aku dengar, mereka berdua sedang mengerjakan proyek pembangunan saluran irigasi perkampungan.""Oh, begitu?" Sendang Waruk mengerutkan dahi. "Hhmmm."Setelah itu keduanya pun terdiam hingga lelaki tersebut memutuskan untuk kembali pulang. Pertemuan itu pula yang menjadi perjumpaan terakhir antara Sendang Waruk dan Sumiarsih. Selanjutnya dia pun menghilang bersama kelompok pejuang sampai kemudian tersiar kabar bahwa Juragan Juanda mengalami
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
345678
DMCA.com Protection Status