Semua Bab Ketika Perjaka Terpikat Janda: Bab 11 - Bab 20
59 Bab
Bab 11. Ada Apa?
"Pak Yanto, total timbangannya pas lima puluh kilo, ya. Harga perkilonya dua ribu empat ratus, jadi totalnya seratus dua puluh ribu ya, Pak."Aku memberikan catatan kertas kepadanya. Kertas itu akan di sodorkan ke Bulik Surti untuk di buatkan nota beserta pembayarannya.Harga yang di bulatkan. Di pengepul lain harga perkilonya dua ribu tiga ratus tujuh puluh. "Kenapa Pak Yanto?" tanyaku melihat Pak Yanto masih belum beranjak dari tempatnya berdiri. Dia membaca kertas yang aku berikan tadi sambil berguman lirih."Pak ... Pak Yanto!" teriakku.Dia kaget dan menatapku sambil tersenyum."E-endak, Mbak Tika. Saya cuma menghitung kebutuhan rumah. Mau bayar SPP anak saya," katanya lirih."Permisi, Mbak Tika. Saya ke Juragan dulu."Begitulah kehidupan petani. Kesuburan yang berlimpah tidak menular ke kehidupannya. Memang untuk makan sehari-hari bisa dipenuhi dengan hasil pertaniannya. Namun, untuk kebutuhan lainnya, sekolah, kesehatan dan kebutuhan sehari-hari memerlukan biaya.Menaikkan har
Baca selengkapnya
Bab 12.  Pelakunya Tertangkap
"Kamu block nomor ponselku?" katanya sambil menunjukkan ponsel ke arahku. "Tidak. Aku saja tidak tahu nomor Mas Ilham. Bagaimana bisa ngeblock?" tanyaku heran."Masih saja tidak ngaku, ya. Dari tadi pagi aku coba kirim pesan, telpon, juga tidak bisa. Kamu tahu tidak, saya kawatir. Saya takut si Bambang itu ganggu kamu. Apalagi jalan di kampung ini sepi. Itu tidak aman, Kartika!" katanya kesal.Aku bengong melihatnya ngomel tanpa jeda. Aneh saja."Iiih! Dibilangin malah bengong! Ngerti tidak yang aku maksud. Ngeyel sekali!" ucapnya dengan mengibaskan tangannya depan wajahku."Sudah, ayo pulang saja!" Dia langsung menarik tanganku."Lepaskan tanganku!"Aku kibaskan tanganku tetapi tidak terlepas. Terpaksa aku mengikutinya dengan tangan masih tergenggam.Dia membukakan pintu mobil untukku. Mobilnya yang tinggi membuatku kesusahan naik dengan rok yang aku kenakan. Kami segera pergi setelah melambaikan tangan ke Bulik dan Mang Diman."Lain kali jangan pakai rok kalau ke pondok!" ucapnya
Baca selengkapnya
Bab 13. Jiwa Jandaku Meronta
"Kartika, ini tomat nya di taruh mana?!" teriak Mas Ilham di depan pintu.Dia menjinjing keranjang yang penuh dengan tomat segar berwarna merah. Kemeja lengan panjangnya di singsingkan sampai siku. Warna kemeja merah bata terlihat kontras dengan kulitnya yang putih."Mas Ilham, biarkan saya yang angkat!" teriakku langsung menghampirinya. Meninggalkan Ibu yang masih menatap kami dengan bingung."Ini berat, biar laki-laki yang angkat!" katanya tanpa memedulikan aku, dia langsung bergegas ke dalam rumah.Memang tomat segitu biasanya aku angkat berdua bersama ibu, itupun bertahan dengan dipindah ke keranjang. Kalau aku sendiri, mana kuat. Terpaksa aku mengantar dia ke dapur, tempat kami membuat saus tomat. Cara bawanya terlihat keberatan, tidak seperti Mang Diman yang dipanggul di pundak.Aku sibak tirai pembatas ruangan, dan badan tingginya masuk dengan menunduk."Berat, lo. Tadi aku bertemu sama Mang Diman dan Bulik di depan," ucapnya setelah menaruh keranjang tomat di lantai. Tangan
Baca selengkapnya
Bab 14.  Penyemangat
Dari balik tirai pembatas dapur aku mencoba mengintip apa yang terjadi di ruang tengah. Raut wajah Ibu menunjukkan keseriusan. Sedangkan lawan bicaranya terlihat mengangguk-anguk saja. Terlihat sesekali tangan Ibu menepuk lengan laki-laki yang baru aku kenal ini.Kudekatkan telinga, tetapi tidak aku tangkap percakapan mereka dengan jelas. Perubahan ekspresi Ibu yang menerbitkan senyuman lah, yang membuatku lega.Sekarang, aku bisa melanjutkan tugasku membuat minuman. Aku menilik isi di dalam kulkas, bahan yang aku butuhkan ada. Jeruk nipis, sere dan daun jeruk. Semua di cuci bersih. Jeruk nipis di peras dan beberapa diiris tipis, sere potong dan ada yang di geprek. Campur semua bahan dengan minuman bersoda tadi, tambahkan daun jeruk yang sudah di remas.Jadi deh. Minuman soda yang rasanya segar, manis, asam dan ada bau sere. Perpaduan yang menimbulkan sensasi berbeda. Aku sajikan di gelas tinggi termasuk slice buah jeruk, daun jeruk dan sere utuh. Terlihat menarik.Aku mengintip sek
Baca selengkapnya
Bab 15. Janjiku Kepada Ibu
Dibantu Ibu, aku membuat saus. Mencuci tomat, dan menghilangkan batangnya termasuk yang bagian putih. Setelah itu di rebus dengan sedikit air, yang nantinya terganti dengan air dari tomat itu sendiri.Setelah itu digiling dan disaring memisahkan sari tomat dengan kulitnya. Kemudiam dimasak kembali dan ditambahan racikan khusus buatan ibu. "Biar dingin dulu, nanti malam saja dimasukkan botol," kata Ibu dengan merapikan peralatan yang sudah dipakai."Aku bersih-bersih dulu, Bu. Gerah!" ucapku menyambar handuk dan masuk ke kamar mandi."Jangan lupa luluran! Biar kinclong besuk ke Kelurahan!" Ibu teriak dari luar sambil menggedor pintu."Malas, Bu. Besuk saja!" "Anak ini dibilangin orang tua ngeyel! Masak kalah bening sama Nak Ilham!" teriaknya lagi, tanpa menghentikan menggedor pintu kamar mandi."Iya, Bu! Iya!" teriakku keras. Terpaksa menyerah dengan perintahnya.Dengan bersungut, aku raih lulur bengkoang yang teronggok di deretan sabun. Lulur yang masih tersegel dan sudah berbulan-
Baca selengkapnya
Bab 16. Bercokol
Drrrt ... drrrt ... drrrt ... Ponselku berbunyi lagi, video call.Mas Ilham lagi.Orang ini selalu mengganggu saja. Kalau tidak aku angkat, pasti akan menerorku sampai pagi. Aku harus pura-pura tadi sudah tertidur, supaya dia tidak terlalu lama.Segera aku bergegas ke kamar, masuk ke selimut, lampu aku matikan dan tertinggal lampu tidur yang temaram. Tak lupa, rambutku aku urai dan acak sedikit. Pura-pura bangun tidur.Ok, siap.Aku pencet tombol OK. "Halo, ada apa, Mas. Aku sudah tidur," ucapku pelan dengan pasang wajah mengantuk dan suara malas.Di layar ponsel, dia masih terlihat segar. Berkaos tanpa kerah berwarna putih dengan rambutnya terlihat basah. Apa dia cuci rambut di malam seperti ini? Habis ngapain?"Sudah tidur? Maaf, ya. Kamu sih, tidak jawab pesan saya," ucapnya dengan tersenyum lebar menunjukkan lesung pipitnya."Maaf, aku tadi tidur.""Aku saja baru selesai kerja. Itu masih berantakan!" ucapnya tanpa menanggapi ucapanku. Kemudian dia mengarahkan ponselnya ke seluru
Baca selengkapnya
Bab 17.  Cantik, kan?
Masih pukul setengah enam, terlalu pagi untuk bersiap. Aku orangnya simple, yang penting bersih, rapi dan tidak bau, ditambah riasan tipis saja. Mungkin karena itu, aku kelihatan lebih muda daripada wanita lain yang seumurku.Aku langsung beranjak menuju kamar, sebelum Ibu mengomel karena tidak menurut kata-katanya. "Assalamualaikum."Langkahku terhenti dan melihat ke arah pintu. "Mas Ilham! Kenapa pagi-pagi sudah di sini? Ini masih terlalu pagi!" teriakku kaget.Aku membukakan pintu untuknya. Pintu kami ada dua rangkap. Pintu kayu yang selalu kami buka dan pintu dalam yang hanya setinggi satu meter dari bawah.Dia begitu rapi, kemeja panjang warna biru tua dan rambut klimis disisir rapi ke belakang. Dahinya yang putih bersih terpampang di sana, kontras dengan baju yang dia pakai."Sengaja aku ke sini pagi-pagi, mau bantuin kamu paking saus," ucapnya sambil melangkah masuk. Bau segarnya tercium sekilas, terasa menenangkan. Padahal, aku orang yang paling tidak suka bau parfum. Tetap
Baca selengkapnya
Bab 18. Kenangan Itu
"Personal Branding itu proses pemasaran melalui membangun citra dari kita sendiri. Contohnya seperti mas yang di ujung itu, menjadi sebutan Mas Keripik. Atau, Mbak Kartika menjadi Mbak Tomat eh, Mbak Saus Tomat!" ucapnya dan disambut tertawa dengan semua peserta yang spontan menoleh ke arahku.Ish, bikin malu saja!Pertemuan di Balai Desa berakhir sampai pukul tiga. Setelah terjeda waktu salat kemudian dilanjutkan tanya jawab dan diakhiri makan siang."Tika, tolong saya ambilkan soto. Tidak pakai seledri, ya," kata Mas Ilham yang tiba-tiba sudah berdiri di sampingku. Tanpa menunggu jawabab, dia menyodorkan piring yang hanya berisi nasi putih dan mangkuk kecil kosong. Tidak memberiku kesempatan berkata tidak. Memang brondong satu ini ahli kalau memaksa orang.Aku ambilkan suwiran ayam, tauge, potongan telur rebus dan keripik kentang dan disiram kuah."Terima kasih, ya. Sudah memakai syalnya. Kelihatan cantik," bisiknya ketika aku menyerahkan makanannya. "Mas Ilham, jangan aneh-aneh.
Baca selengkapnya
Bab 19. Ada Aku
“Beri kami waktu lagi, Ma. Kami akan lebih berusaha,” ucapku sambil menatap Mas Faiz. Berharap dia menguatkan apa yang aku katakan.Alih-alih mengucapkan kata-kata, dia justru mengalihkan pandangan ke arah lain. Seakan menunjukkan kalau dia juga menyerah.“Mungkin ini takdir yang menempatkan kita harus mengambil keputusan yang kadang tidak sesuai harapan. Mama harap kamu mengerti posisi Mama dan memaklumi keputusan yang akan diambil.”Mata ini menatap mertuaku dengan tidak mengerti ujung dari ucapannya. Dia tidak melanjutkan ucapan, justru menekan dada yang terlihat kesulitan bernapas.“Mama istirahat saja, ya.”Aku menatap mereka dengan perasaan tidak percaya. Sadar akan apa yang dimaksud, setelah mencoba mencerna kata-katanya. Pengabdianku sebagai istri dan menantu seakan menguap begitu saja. Harga seorang wanita dimata mereka hanya sekedar pencetak anak, bukan seorang teman hidup.Suamiku yang sebagai sandaranku pun tidak disampingku lagi. Tanpa ada sepatah katapun untuk mempertaha
Baca selengkapnya
Bab 20. Anugrah atau Cobaan?
Dengan mata masih sembab, aku menghampiri ibu yang sedang memasak. Aku memeluknya dari belakang, hangat badannya membuatku nyaman. Teringat aku saat kecil, aku dan Mas Firman berebut untuk memeluk ibu. Bahagia rasanya. Hari ini, toko di marketplaceku aku off selama tiga hari. Aku akan ke percetakan merubah semua labelku, nomor telponnya aku hapus. Kejadian kemarin, membuatku berfikir bahwa kemungkinan yang tidak diharapkan bisa saja terjadi. Beberapa pesanan yang sudah masuk, bisa aku kirim dengan stok yang ada. "Ibu memasak Coto Makasar kesukaanmu. Ini bagus untuk menambah tenaga," ucap ibu sambil menaruhnya dimangkok kecil dan di tabur bawang goreng. "Ini di makan dulu. Ibu tidak mau kamu sakit! Ibu tidak sempat membuat buras, ini tadi belu lontong di tukang sayur" ucapnya ketika kami duduk di meja makan. Aroma gurihnya berpadu dengan aroma bawang goreng menguap menggodaku. Ditambah perasan jeruk nipis dan sambal. Hhmm .... Perpaduan rempah-rempah, kaldu daging dan kental
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
DMCA.com Protection Status