Semua Bab Karma untuk Suami Pelit: Bab 21 - Bab 30
231 Bab
21. Rugi dua kali
"Coba lihat ini!" Tangan kanannya teracung, sontak saja aku terbelalak melihat benda yang dipegang Alin."Di mana kamu temukan benda sialan itu?!" Aku menunjuk tiga buah anak kunci yang bergantung di antara jemari Alin."Di sini, Mas. Di dekat rak bumbu." Alin menunjuk toples-toples kecil yang berderet, tempat biasanya Lisa menyimpan bumbu. Di sampingnya terdapat toples bertuliskan gula dan kopi."Apa ini kunci kamar yang hilang itu?" tanya Alin menyelidik."Benar, ini kunci kamar sialan itu." Aku mendengus kesal lantaran benda itu yang kemarin sempat membuatku masuk got. Benda itu pula yang menyebabkan aku kehilangan uang ratusan ribu untuk membayar tukang. Kepergian Lisa benar-benar kesialan bagiku, hanya karena masalah kunci saja aku sudah rugi dua kali."Sepertinya Mbak Lisa sengaja mengerjai kita, Mas. Dia pasti iri dengan kebahagiaan kita." Suara Alin berubah manja."Ya sudah, buatkan kopinya. Aku akan melanjutkan bersih-bersih."Aku pun kembali melangkah menuju tiga pintu yang
Baca selengkapnya
22. Menantu Idaman
Aku membuang nafas perlahan, Alin adalah wanita karir yang tidak bisa kupaksakan mengerjakan pekerjaan rumah. Jadi terpaksa besok aku harus mencari jasa pembantu."Baiklah, besok aku cari pembantu untuk beres-beres di rumah dan mengerjakan pekerjaan lainnya. Supaya istri cantikku ini tidak kecapean.""Nah begitu dong, Mas. Itu tandanya kamu sayang sama aku. Tapi nyari pembantunya jangan yang muda, harus bibi-bibi yang sudah tua.""Loh kenapa? Bukannya yang muda itu bagus? Masih kuat tidak mudah capek.""Ih, enggak ah, nanti yang muda itu malah keganjenan. Sudah banyak kasus majikan ada main sama pembantu.""Kamu itu kebanyakan nonton sinetron, jadi pikirannya suka kemana-mana.""Nggak. Pokoknya harus bibi-bibi yang tua, jangan yang masih muda. Titik!""Apa sih yang bisa aku lakukan untuk istriku ini." Aku tidak bisa membantah Alin. Aku selalu berusaha membuatnya bahagia dan menuruti semua keinginannya demi untuk melihat wanita itu tersenyum. Besoknya, atas rekomendasi salah seorang t
Baca selengkapnya
23. Uang dari Mana?
Kusalami Ibu sambil menggendong Kayla yang tadi menyambutku di halaman rumah. Anak ini sepertinya rindu padaku, kasihan juga Kayla, dia belum mengerti apa-apa tentang rumitnya rumah tangga dan kini harus berada diantara orang tua yang sudah tidak utuh. Kulirik sekilas Lisa yang kini berdiri tak banyak bergerak. Kuakui sekarang penampilannya memang terlihat lebih elegan. Beda dengan Lisa yang dulu, pakaian seadanya dan tidak terawat, kenapa sekarang berubah jadi cemerlang seperti baku lusuh yang baru saja direndam oleh deterjen tujuh hari tujuh malam.Mataku terbelalak ketika Ibu memamerkan beberapa lembar uang yang berada di genggamannya, yang katanya itu pemberian dari Lisa. Aku benar-benar melihat bisa sebagai orang lain. Pakaian branded, penampilan ala sosialita dan banyak uang. Kenapa Lisa bisa berubah dalam sekejap. Jika memang dia punya pekerjaan, lalu pekerjaan apa? Bukankah selama ini Lisa tidak punya pengalaman bekerja, kecuali dulu kerja di butik sewaktu sebelum menikah den
Baca selengkapnya
24. Tagihan
"Kok ngancamnya gitu sih, Sayang?" Aku menggeser duduk, mendekati Alin, tapi wanita itu ikut bergeser."Mas kenapa, sih, deket-deket. Gerah tahu mana di sini nggak ada AC lagi," ucap Alin sambil mengibaskan telapak tangan di depan wajahnya. Matanya melirik, menyapu seisi ruangan yang memang tidak ber-ac. Rumah Ibu sangat sederhana, dulu ayah bukan pegawai yang mempunyai jabatan tinggi. Jadi hidup kami terbilang pas-pasan. Itu sebabnya aku memaksakan diri untuk kuliah lalu punya pekerjaan supaya hidupku tidak susah seperti Ayah dan Ibu. Beruntung Lisa mau diajak sederhana. Hingga dalam usia lima tahun pernikahan kami, aku sudah punya rumah dan mobil dengan gajiku yang terbilang lebih dari cukup, tapi tidak bisa dibilang banyak juga. Dan sekarang aku menikah dengan Alin, aku berharap kekayaanku akan bertambah banyak karena kami sama-sama berpenghasilan.Selang beberapa menit, Ibu datang sambil membawa nampan berisi makanan. Lalu obrolan basa-basi pun mengalir dari mulut Ibu. Alin hanya
Baca selengkapnya
25. Puas
Pov LisaAku merasa puas, setidaknya pertemuan kemarin dengan Mas Riko dan Alin bisa membuatku sedikit berbangga. Melihat ekspresi mereka yang melongo ketika Ibu memperlihatkan uang pemberianku, sebenarnya aku ingin bersorak. Secara tidak langsung aku sudah menunjukkan pada Mas Riko kalau aku bisa hidup lebih baik tanpa dia, terbukti bisa memberi lebih pada Ibu.Aku pun mulai mencintai pekerjaanku. Seharian menghabiskan waktu di butik membuatku bisa melupakan kelamnya kehidupan rumah tanggaku bersama Mas Riko. Coba saja dulu Mas Riko bisa menerima istri yang berpenghasilan maka aku akan menunjukkan pekerjaan ini. Tak tahunya sekarang dia memilih Alin wanita bekerja yang ia bangga-banggakan. Sebenarnya yang ia sukai dari Alin itu penampilannya atau penghasilannya.Fokus mengurus butik, sampai aku tidak sempat membuka ponsel jadul di mana Mas Riko sering menghubungi ke sana. Malahan tadi pagi pas aku cek baterainya habis dan aku tidak berniat menambah dayanya. Sehari-hari Aku menggunaka
Baca selengkapnya
26. Kumpul
Akhirnya Aku mengalah, memaksakan diri duduk di samping pria yang aku tahu menyimpan perasaan padaku. Sepanjang perjalanan Joan sibuk mengajak bicara pada Kayla. Gayung bersambut, Kayla yang memang sangat rindu perhatian seorang Ayah, akhirnya seperti menemukan sosok yang dia inginkan. Aku pun pasrah, menjadi pendengar mereka berdua. Tiba di sebuah cafe yang menjadi tempat teman-temanku berkumpul, aku disambut meriah terutama oleh teman-teman perempuan yang hadir beberapa orang. Sepanjang kami lulus, memang aku jarang bertemu dengan mereka. Apalagi setelah aku menikah dengan Mas Riko, aku sama sekali tidak diizinkan untuk bertemu dengan teman-teman SMA-ku. "Ya ampun Lis, aku kangen banget," seru Meti yang langsung berhambur ke memelukku. "Jadi sekarang kamu tinggal di sini?" tanya Sheila setelah aku melepas pelukan Meti dan beralih padanya."Aku ada pekerjaan di sini, jadinya kemungkinan akan sering ke sini." Terpaksa aku berbohong untuk menghindari pertanyaan-pertanyaan berikutnya
Baca selengkapnya
27. Pamit Duluan
Selepas menerima telepon, Joan terlihat bingung. Berkali-kali ia melirik padaku lalu pada teman-teman. Sebentar kemudian dia melihat ponselnya. Aku yakin yang barusan menelepon adalah Bu Anita. Dari sejak kami bertemu di butik waktu itu, memang Bu Anita sudah nampak tidak senang padaku. Terlebih setelah mengetahui aku sudah punya anak, dia langsung mengajak Joan pulang.Padahal aku juga cukup tau diri, meskipun Joan menaruh rasa padaku tapi aku tidak akan segampang itu menerima cinta Joan dalam keadaanku seperti ini. Apalagi statusku masih istri orang, sebelum sidang pengadilan agama memutuskan bahwa aku sudah bercerai dengan mas Riko aku juga tidak akan menjalin hubungan dengan pria mana pun. Setelah itu pun rasanya aku tidak akan mudah memulai hubungan lantaran masih ada trauma. Pernikahanku dengan Mas Riko menyisakan trauma yang mendalam. Meskipun tidak semua laki-laki sama. Saat ini aku hanya ingin fokus pada butik dan Kayla. Aku ingin membuktikan pada Mas Riko, bahwa hidup tanpa
Baca selengkapnya
28. Menikahlah Denganku
"Saya tahu, orang seperti Bu Anita itu tipe-tipe wanita yang gila pujian dan biasanya mereka itu sangat mudah disogok. Soalnya, kalau Bu Anita belanja itu senangnya dipuji. Makanya saya selalu bilang baju yang dia pilih itu cocok dan membuatnya semakin cantik juga awet muda. Ini rahasianya lho, kenapa Bu Anita selalu memborong di sini." Guna tertawa lucu sambil menutup mulutnya.Mendengar penuturan Gina, aku langsung tertawa. Rupanya selama ini Gina pandai mengambil hati pelanggan terutama Bu Anita."Berarti kamu pernah berbohong, dong, sama pelanggan.""Pernah. Saya bilang, warnanya kurang cocok dan Bu Anita marah-marah. Kata dia, saya itu tidak bisa menghargai pilihan orang lain. Ya sudah, besoknya lagi saya tidak pernah membantah, selalu bilang iya dan bagus."Kadang orang memang seperti itu, ia memaksakan sempurna di mata orang lain. Tanpa ingat bahwa semua orang punya pendapat yang berbeda. Mendengar cerita Gina mengenai Bu Anita, aku jadi berpikir. Kenapa karakter Joan tidak sep
Baca selengkapnya
29. Tamu Jauh
Pertanyaan macam apa itu? Aku melempar pandang, merasa kalau Joan tengah mengintrogasi."Sebenarnya ini bukan urusanmu. Tapi oke, aku kasih tahu. Sekarang kamu coba pikirkan apa seseorang yang masih sayang itu akan pergi dan memilih meninggalkan semuanya?"Aku menatap wajah Joan yang berubah menjadi gugup"Ah ya, eum ... maksudku bukan seperti itu. Aku tidak bermaksud mencampuri urusanmu, El. Aku hanya ingin memastikan kamu baik-baik saja dan pastinya tidak rela kalau kamu terus-terusan disakiti.""Terima kasih atas perhatiannya, tapi kamu tidak usah khawatir. Aku sudah mengambil keputusan ini dan berarti sudah siap menjalani hidup sendirian.""Aku minta maaf jika aku terlalu bersemangat." Jo menatap penuh penyesalan."Apa ada yang ingin kamu sampaikan lagi, Jo?""Sepertinya tidak ada, memangnya kenapa?""Kalau begitu, aku permisi dulu. Aku khawatir Kayla bangun.""Tapi makannya?" Joan menunjuk makanan yang masih banyak tersisa."Jo, aku tidak bisa makan dengan tenang kalau Kayla jauh
Baca selengkapnya
30. Gugatan
"Langsung aja ya, Mas, aku nggak punya banyak waktu. Ada perlu apa Mas Riko sampai mencariku jauh-jauh ke sini?""Yang jelas bukan karena kangen sama Mbak Lisa, jangan geer, ya." Bukannya Mas Riko yang menjawab tapi malah wanita itu yang mendahului dengan mencibirku."Lagian siapa juga yang mau dikangenin sama dia. meskipun Mas Riko saat ini masih berstatus sebagai suamiku, tapi aku sudah tidak punya perasaan." Aku menjawab ucapan Alin dengan tenang."Sudahlah, Sayang. Jangan memperkeruh suasana. Aku bilang juga tadi apa, kalau kamu mau ikut kamu jangan macam-macam." Mas Riko melirik Alin, rasanya aku ingin mengeluarkan isi perutku melihat tatapan keduanya."Kamu yang memancingku datang untuk ke sini, Lis. Aku sudah teleponin kamu tapi ponselnya tidak aktif-aktif. Kalau kamu ganti nomor kenapa tidak memberitahuku?" "Apa urusannya kalau aku gak ngasih tahu Mas Riko, nanti ada yang cemburu. Di antara kita sudah tidak ada keperluan lagi, hubungan rumah tangga kita juga sebentar lagi akan
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
24
DMCA.com Protection Status