All Chapters of Nona CEO Looking for Love: Chapter 61 - Chapter 70
82 Chapters
61. Marry Me
"Isyana, aku tidak salah dengar? Kau menolakku? Apa alasannya?" Bagi Basel, penolakan adalah penghinaan. Mana ingin dia mendengar kalimat tersebut. Terlebih ini berasal dari mulut Isyana. Perempuan pilihannya yang sudah berhasil membuat dia menentang aturan keluarga."Ya karena aku merasa tidak cocok untuk kita menikah," ucap Isyana."Alasan macam apa? Kau belum merasakannya," sahut Basel tidak terima. "Kita selalu cocok dan satu visi misi. Ini pasti salah," lanjutanya yang masih saja ngotot ada yang salah."Apa aku harus menerimamu dulu, kalau tidak cocok di kemudian hari, kita bisa bercerai? Bukankah itu sama saja dengan mempermainkan pernikahan."Isyana menjawab dengan tenang. Tidak ingin terpancing dengan segala emosi yang dia tahan. Meski sangat ingin memakai Basel. "Untuk satu visi misi, aku rasa itu hanya masalah pekerjaan. Untuk pribadi kita sangat berbeda," terang Isyana lagi."Omong kosong. Kau pasti sedang jual mahal sekarang. Tenang saja–""Setidaknya berkata yang sopan
Read more
62. Siap ditolak
Untungnya setelah mengatakan 'Marry Me' Asher sudah menghentikan mobil. Jadilah Isyana langsung keluar tanpa menjawab dua kata yang Asher lontarkan."Siap untuk ditolak," ucap Asher yang hanya bisa memandang punggung Isyana menjauh.Menetralkan detak jantungnya, Asher begitu gugup untuk satu ini. Dia merasa terlalu cepat. Hanya saja, dengan kedatangan dua pria tadi, timbul niat iri. Ingin sekali meresmikan perasaannya. Yang sialnya, juga pasti ikut tertolak."Biarkan saja ditolak. Yang penting, sudah katakan. Terserah dia saja."Asher hanya bisa pasrah. Dia keluar dari mobil dan memilih menunggu di dekat Isyana saja.Memang Isyana dan kliennya tidak memesan ruangan private. Lebih memilih untuk berbincang bisnis di tempat terbuka."Saya suka sekali dengan proposal yang Anda ajukan. Jadi kedatangan ke sini, hanya ingin berkata itu dan melakukan tanda tangan secara manual. Tidak menggangu kan?" kata perempuan muda yang ditaksir usianya hanya beberapa tahun di atas Isyana."Tentu saja tid
Read more
63. Good job, Boy
Isyana seperti orang yang linglung. Di sana-sini, sepertinya hanya dia yang tidak tahu apa-apa. Terlihat Asher dan juga Neneknya sedang membicarakan rahasia yang tidak dia ketahui. Entah apa yang salah. Isyana ada di sana juga, tapi tidak diajak berdiskusi."Hallo Everyone! Saya masih di sini, loh!" ucap Isyana yang memilih menegur Asher mau pun Neneknya."Yang bilang kau ada di kandang kambing siapa, Isyana?" sahut Nenek Asma tanpa menoleh sedikitpun ke arah cucunya. Visual Asher lebih baik. Sudah blasteran, tampan, dan gagah. Berbeda dengan Isyana yang kusut. Seperti tembok abstrak tidak berwarna. Menghilangkan gairah."Ish Nenek!"Dengan hitungan ke tiga kali dua, Isyana menahan napas dan menyemburkan kesal dari pompa dadanya. Memang hidup sejak kecil dengan neneknya, tidak membuat dia terbiasa diabaikan seperti ini."Kau yang bicara atau Nenek aja, Ash?""Saya saja Nenek."Nenek Asma mengangguk. Paham dengan bentuk privasi yang menyerang keduanya. Untung saja dia banyak belajar
Read more
64. Sedang Hits
Mengenal Asher beberapa bulan, Isyana seperti mendapat kejutan yang bertubi-tubi. Dia sama sekali tidak mengetahui tentang Asher. Katakan di masa kecil mereka pernah dekat, hanya saja otaknya dipenuhi dengan kemalangan yang menimpa keluarganya. Sehingga untuk kebahagiaan bersama Asher, dia benar-benar lupa.Asher menjadi sopir dan juga bodyguard yang baik untuknya. Tidak acuh pada ucapan sekitar yang mengolok-oloknya. Hingga akhirnya, Asher memilih menyerah dan memantaskan diri untuk Isyana. Padahal Isyana merasa Asher sudah sangat pantas untuknya. Dia bertanggung jawab. Terlebih bagi Isyana yang lahir oleh pria kurang ajar seperti Danu.Jadilah dia dan Asher menjalani hubungan jarak jauh. Asher yang berpikir akan selesai satu Minggu saja di Kanada, justru harus menambah masa di sana. Keperluannya tidak kunjung usai."Jadi kapan kau pulang?" tanya Isyana untuk kesekian kali.Asher mengenakan kaos polo hitam dengan kancing terbuka. Tampak seksi menurut kacamata Isyana["Paling sebent
Read more
65. Bukan Cucu Boneka
Sebelum kaburnya Isyana."Mana Isyana!"BlakPintu rumah Asher dibuka keras. Tadinya dia ingin pergi ke rumah sebelah. Hanya saja melihat Nenek Asma sedang duduk di dipan rumah Asher, dia memilih untuk pergi ke sana."Danu, ngapain kau cari cucuku?" tanya Nenek Asma yang masih bersikap santun.."Yang kau bilang cucu itu adalah anak kandungku. Jadi terserah aku mau cari dia atau tidak," jawab ketus Danu. "Ya tapi sekarang dia ada pada tanggung jawabku. Jadi sebaiknya kau pergi saja. Untuk apa ke sini?" ucap Nenek Asma yang masih santai."Karena—""Danu, cepat dong. Mana Isyana, apa mau di sini aja acaranya?" tanya seseorang yang ditahu Nenek Asma saudara Danu."Acara apa?" Nenek Asma bertanya dengan heran. Padahal dia tidak mengadakan acara apa pun."Aku akan menikahkan Isyana dengan temanku. Kudengar kalian menolak dua orang pria yang melamar Isyana. Itu membuatku marah. Tidak seharusnya kalian menolaknya," ujar Danu dengan mata memerah meluap-luap."Benar itu, seharusnya kau bertany
Read more
66. Terbang ke Indonesia
"Son?"Jhonny menatap cucunya yang berjalan begitu lesu. Sejak kehilangan sang anak, dia lebih suka memanggil cucunya dengan anak laki-laki. Berpikir Asher sangat cocok untuk menggantikan mendiang anaknya."Granddad, saya harus segera pergi ke Indonesia," ucap Asher dengan mata yang menahan tangisnya. Dia mencoba kuat, meski sangat sakit mengingat bagaimana nasib pujaan hatinya yang tersiksa di sana seorang diri."Mengapa kau tiba-tiba ingin pergi? Kita belum selesai," ucap Jhonny yang tampak sangat kecewa. Sekaligus syok dengan putusan mendadak Asher."Saya tidak bisa banyak bercerita. Sekarang yang jelas, saya telah memesan penerbangan paling cepat untuk sampai ke Indonesia.""Tunggu dulu Asher, apa terjadi sesuatu dengan Ranty?"Wajah Jhonny ikut panik. Jika terjadi sesuatu kepada menantunya, dia tidak bisa tinggal diam. "Bukan mommy. Melainkan calon istriku, Isyana."Wajah Jhonny yang semula panik sedikit mengendur. Berganti dengan rasa penasaran dengan apa yang terjadi pada calo
Read more
67. Persembunyian Isyana
"Jadi Asher akan ke sini kapan?" tanya Joseline yang sejak tadi bingung akan mengeluarkan topik apa."Mungkin malam ini sampai. Tadi pesawat baru mendarat di bandara," sahut Isyana yang masih setia memandangi kuku-kukunya. Ketika sedang gugup, tidak jarang dia mengigitinya."Syan, bukannya apa. Mending Lo langsung nikah sama Asher deh. Gue lihat dia pemuda yang tak macam-macam. Soleh juga kan. Gak bakal kayak bokap Lo deh."Joseline langsung menutup mulutnya begitu kata yang keluar sangat menyinggung Isyana. Terlebih wajah gadis itu memang berubah murung. "Syan, gue gak ada maksud sumpah."Tidak enak rasanya membicarakan keburukan seseorang pria di depan anaknya sendiri. Meski pun, diakui olehnya. Harus ada penghalang agar mulutnya tidak berubah buas dan semakin menyakiti perasaan Isyana."Gak apa-apa kok. Emang bokap gue reseh," sahut Isyana sambil tersenyum.Kebersamaan hangat yang tadi tercipta hampir saja hilang. Untung saja Isyana tidak terlalu menanggapi perkataan Joseline yang
Read more
68. Menjemput Isyana
"Asher, ini Indonesia memang sedang musim panas ya?"Pertanyaan yang cenderung aneh keluar dari bibir Samantha. Dia yang biasanya merasakan musim panas di pertengahan tahun, menjadi sedikit heran. Karena biasanya bulan-bulan ini masih berada dalam musim dingin yang mana salju sedang tinggi-tingginya turun."Cuaca tropis memang seperti ini. Mereka cenderung panas."Samantha hanya menganggukkan Kepala. Sekali-kali dia menepis dahinya yang sudah berlumuran keringat. "Apa grandmom lelah? Kita akan istirahat sebentar," ujar ashar yang menatap iba ke arah neneknya."No. Kita harus segera mengambil Isyana. Kasihan gadis itu. Pasti saat ini tengah menangis dengan menekuk kedua lututnya. Membenamkan kepala di antara pahanya. Hidupnya pasti seakan telah hancur. Diasingkan di tempat seperti ini tanpa makanan, tanpa pakaian dan tanpa orang-orang yang bisa menjenguknya."Asher mengerutkan kening. Bagaimana bisa Samantha sampai berkata seperti itu. Meski sendiri, tapi Asher yakin kalau Isyana baik
Read more
69. Rumah Kita
Seperti masuk ke alam lain, Isyana menatap waspada ke rumah yang baru saja dia tapaki. Pandangannya menyapu seluruh area yang masih sangat minim barang-barang. Ruang tamu hanya ada satu meja kecil dengan kursi plastik. Sama sekali tidak mewah. Terbalik dengan rumah ini yang begitu besar."Rumah siapa ini, Asher?" tanya Isyana pada pemuda yang hanya mengikutinya di belakang."Rumah kita."Isyana mendorong dada Asher untuk sedikit menjauh darinya. Tentu saja merasa gerah karena saat mengatakan 'rumah kita' Asher meniupkannya tepat di telinga Isyana. Membuat bulu kuduk gadis itu meremang."Mengapa saya didorong Nona?" Tanya Asher yang tidak tahu kenapa Isyana sampai sekesal ini. "Refleks aja, maaf ya."Dengan tanpa berdosa Isyana melanjutkan menjelajah lebih ke dalam lagi. Satu hal yang baru dia sadari, rumah ini baru saja selesai dirapikan. Warna cat masih baru dan masih tercium yang membuat dia sedikit tidak nyaman."Asher, kau beli rumah ini kapan?" tanya Samanta yang juga merasa hera
Read more
70. Memergoki Danu
Kondisi Nenek Asma setelah adanya Danu tidak baik-baik saja. Asma yang dideritanya seringkali kambuh. Beberapa kali Kakek Jalu meminta periksa ke dokter. Tapi tidak digubris si istri. Untungnya berangsur-angsur membaik, saat Asher mengirimkan video Isyana tengah makan dengan lahap di rumah baru."Kata Asher, sore ini akan ke sini. Sekalian memperjelas maksud dari Danu. Mereka mungkin akan menikah langsung, kalau saja Danu nekad."Nenek Asma mengangguk. Tentu saja dia akan membela Isyana. Untuk menikah kan cucunya pun, tidak keberatan. "Heh, Nenek dan Kakek Tua, aku lapar. Minta uang buat beli makan."Baru saja akan merasakan sore yang tenang. Danu kembali datang. Sejak semalam pria itu tidak nongol batang hidungnya. Padahal Nenek Asma juga sudah berharap, pria itu telah pergi jauh."Ini."Kakek Danu menyerahkan selembar uang biru. Yang tentu saja mendapat pelototan dari Nenek Asma."Mas.""Biarkan saja," ujar Kakek Jalu yang menolak semburan protes dari istrinya."Heh, kakek tua! Man
Read more
PREV
1
...
456789
DMCA.com Protection Status