Lahat ng Kabanata ng Kau Duakan Aku, Kutarik Asetmu: Kabanata 41 - Kabanata 50
95 Kabanata
Bab 23b
POV Adnan"Wanita itu kalau sudah dikhianati akan sulit mempercayai kembali, Nan. Maka dari itu, kalau kau tidak ingin terbakar, jangan bermain api."Aku masih menunduk, tidak tahu harus merespon apalagi. Ucapan Bapak ada benarnya."Sepertinya, tidak bisa diperbaiki lagi, Pak.""Ya, harus terima konsekuensinya. Kamu yang hancurkan, maka kau yang benahi," lanjut Bapak. Aku sedikit sakit mendengar ucapannya. To the point dan sangat menyakitkan. Kami diam sesaat. Tidak ada lagi pembicaraan di antara kami. "Bapak mau keluar sebentar. Mau ngopi di warung Mbok Jum. Dari tadi Bapak duduk di sini, tidak ada apa-apa di atas meja walaupun hanya air putih," sindir Bapak ke Lisa, yang sedang sibuk dengan gawainya. "Jangan lupa hibur Ibu kalian!" Lelaki paruh baya itu berjalan, keluar dari rumah. Usia bapak terlampau delapan atau sembilan tahun dengan Ibu. Tidak heran, ia terlihat lebih tua karena menikah di usia tidak muda lagi. Ia terus berjalan hingga tidak terlihat lagi bayangannya dari mata
Magbasa pa
Bab 24a
POV AuthorLelaki bermata coklat itu melirik kembali ke meja Jihan dan pengacaranya. Wanita yang diliriknya terlihat tenang dan santai. Tidak ada raut kekhawatiran di wajahnya. Sepertinya, wanita itu sudah sangat siap dengan keputusan sidang.Melihat ekspresi wanita tadi, antara keraguan dan keyakinan mulai menyelimutinya. Namun kemudian lelaki tersebut membuang perasaan cemas, karena dia yakin akan mendapatkan haknya. Sudah lama, dia menyiapkannya bersama pengacaranya.Embusan napas keluar dari paru-paru lewat mulut, ia mencoba menetralisir pikirannya agar bisa bersikap tenang. Ia tidak sabar ingin mendengarkan hasil keputusan hakim untuk menjawab keraguannya. Ibu, Istri, dan adiknya, Lisa berada di bagian tengah, tempat para tamu yang ingin menyaksikan jalannya sidang. Mereka juga tidak sabar ingin mendengarkan keputusan hakim. Sidang dilaksanakan secara terbuka, hanya beberapa kerabat saja yang hadir. "Ma ...." Suara panggilan anak kecil menarik perhatian Adnan dan istrinya."Ken
Magbasa pa
Bab 24b
POV Author"Iya, benar, Mas. Secepat mungkin, Mas ajukan. Hubungi segera pengacaramu," sahut Lisa. Sedangkan wanita tua yang berada di kursi depan tidak berkata apapun. Ia tidak tahu harus berkata apalagi. Pikirannya dipenuhi dengan bayang-bayang para debt colector yang akan datang menagih. Bagaimana nasibnya nanti."Sudah, sudah, Mas belum bisa mikir untuk saat ini. Kepalaku ingin sekali pecah di sini." Kepala Adnan sangat pusing dan sakit karena berat berpikir. Ia tidak bisa mencerna ucapan apapun untuk saat ini.Taksi terus melaju dan mereka masih serius mengobrol. Sedangkan Adnan dan ibunya hanya diam, membisu. Obrolan Raisya dan adiknya tidak bisa ia serap dengan baik.Setelah beberapa lama, mereka pun sampai kemudian keluar dari mobil."Bagaimana nasib Ibu, Nan?" Wanita tua di sebelahnya menangis tersedu-sedu setelah memasuki rumah. Ia duduk dengan wajah penuh kekhawatiran. Ia sangat takut, membayangkan para debt kolektor datang ke rumah dan memarahi, bahkan membentaknya. Ia t
Magbasa pa
Bab 25a
POV Author"Apakah cara ini akan berhasil?" tanya lelaki tersebut. Ia masih sangsi dengan usulan adiknya. Ia masih membutuhkan penjelasan lagi."Aduh, Mas gimana, sih? Harus berhasil, dong! Itu hanya masalah kecil. Masa Mas tidak bisa?""Okay, Mas akan usahakan.""Gitu, dong. Jangan putus asa dulu. Kalau Mas berhasil mendapatkan hak asuh Naya, aku yakin wanita itu akan bertekuk lutut. Dia akan melakukan apapun demi putrinya, apalagi dijauhkan. Mungkin dengan cara ini Mas bisa bernegosiasi agar mendapatkan sebagian hak Mas. Gimana menurutmu, Mas?""Boleh juga," ujar lelaki itu sambil memegang dagunya."Mas, kenapa gak gugat dengan kedai? Kedai masih ada hak Mas di sana."Adnan tidak menyangka adik dan istrinya cukup cerdas dengan masalah ini. Mereka bertiga menatap lelaki yang sedang makan tersebut. Ia tidak tahu harus menjawab apa. Lelaki itu masih berpikir keras, pasalnya rumah dan mobil saja ia tidak berhasil, apalagi kedai. Dan kemudian hak asuh anak. Sangat membingungkan.Ia han
Magbasa pa
Bab 25b
POV AuthorIa terlihat sedikit putus asa, sempat terbersit di benak akan semakin sulit untuk mendekati mereka dan tidak mungkin mengganggu terus. Pintu mobil itu terbuka. Seorang lelaki berbadan tegap keluar dan berjalan menuju pintu yang satu untuk membukanya.Tidak berselang lama, dua orang wanita dewasa keluar dari dalam mobil beserta putri kecil. Salah satu dari kedua wanita itu adalah mantan istrinya dan satunya lagi seorang wanita, yang membantu putrinya turun dari mobil. Wanita itulah yang pernah datang bersama Arka pada suatu malam untuk membantu Jihan.Mereka terlihat sangat akrab. Lelaki itu masih menatap dari kejauhan. Entah apa lagi yang ada dalam pikirannya saat. Benar-benar kacau.Setelah menjawab penasarannya, ia berbalik menuju tempat yang sudah dia rencanakan untuk kunjungi hari ini. Ia melajukan motornya, hingga akhirnya beberapa menit berlalu ia sampai ke tempat tujuan. Adnan memasuki kantor, kemudian mengutarakan maksudnya ke pengacara yang akan membantunya. Seki
Magbasa pa
Bab 26a
POV AuthorJihan berdiri dan menyusul Arka keluar dari ruangan. Wanita itu masih mengikuti dari belakang. Langkah kaki mereka terhenti sejenak."Loh, gimana, Bos. Tidak jadi meeting hari ini?" Dika baru saja masuk ke ruangan, tetapi bertemu dengan Arka dan juga Jihan di depan pintu."Kita bahas di kedai saja.""Di kedai Mba Jihan 'kan?" Dika menggodanya dengan mengedipkan mata ke temannya tersebut. Seketika, ia mengerti maksud Arka ke sana.Lelaki itu tidak menyahut, hanya membalas dengan sorotan mata awas. Entah Dika tidak tahu maksud tatapan itu. Akan tetapi, nyalinya seketika menciut.Mereka pun berjalan berempat, bersama. Dika dan rekannya Dea, lebih tepatnya gebetan mengikut dari belakang. Ia hanya mengikuti keputusan pimpinannya.Wanita di samping Dika itu cukup pendiam dan pemalu. Hal itulah yang membuat Mahardika atau yang biasa dipanggil Dika, harus lebih ekstra untuk merayu Dea. Semenjak Dea bekerja di kantor Arka, Dika semakin semangat bekerja. Sehingga Arka selalu menggan
Magbasa pa
Bab 26b
POV Author"Ti-dak ada, Mas. Hanya pembahasan ringan tentang masa-masa kuliah kami dulu," ucap Jihan. "Silakan makan!" Jihan mencairkan suasana yang beku. Ia pun mendekatkan tisu dan tempat sendok ke Arka agar mudah diraih. "Oh, jadi kalian nostalgia lagi tentang kuliah?" sahut Arka, sambil menaikkan gulungan lengan kemejanya ke atas. Ia pun meraih sendok yang diberikan."Iya, sekalian bahas ...." Dika tidak melanjutkan ucapannya. Ia hampir saja menyebut yang sebenarnya tentang pembahasan mereka."Bahas apa?" Arka menoleh padanya."Tidak ada, Bos. Ayo, lanjutkan makannya! Keburu dingin sup-nya. Wangi sup ini bikin nagih. Kamu harus coba, Bos.""Kamu gak persilakan Dea?" Dea hanya tersenyum mendengar godaan Arka."Sudah, Bos. Dari tadi, sebelum Pak Bos kembali ke sini."Jihan sesekali tertawa melihat tingkah Arka yang selalu menggoda Dika dan Dea. Mereka pun kembali makan dengan lahap. Rasa lapar sudah tidak bisa kompromi lagi. "Ma ...." Gadis kecil berponi berlari ke arah ibunya."
Magbasa pa
Bab 27a
POV Author"Maaf bos. Aku salah bertanya. Maksud aku, bagaimana perkembangan kasus yang dihadapi Mba Jihan?"Arka mengernyit, "Kita sedang membahasnya sekarang dan akan dilanjutkan setelah makan siang ini.""Baik, Bos." Dika menggaruk cambangnya meskipun tidak gatal, sambil tersenyum yang terkesan dipaksakan.Kurang lebih setengah jam, mereka menyelesaikan makan siang bersama."Karena kita sudah selesai, mungkin kita bisa mulai." Arka memulai pembicaraan, setelah meja dibersihkan dan dirapikan kembali.Mereka pun melanjutkan pembahasan di kantor tadi yang sempat tertunda. **Jihan bersiap-siap akan pulang ke rumah setelah berdiskusi panjang siang tadi. Kebetulan hari sudah sore dan akan berubah gelap. Arka dan rekannya telah pulang lebih dulu. Mereka sudah memutuskan akan menyelesaikan semua masalah yang sedang mereka tangani untuk beberapa klien yang telah menyewa jasa mereka.Setelah sampai di rumah, Jihan memarkirkan motor dan menyuruh Naya masuk lebih dulu. Ia akan menutup pagar
Magbasa pa
Bab 27b
POV AuthorBeberapa menit berlalu, mereka tiba. Arka membantu membukakan pintu untuk mereka. "Selamat datang Tuan dan Nyonya! Silakan masuk!" Seorang waitress menyambut mereka. "Terima kasih. Tempat yang telah aku pesan sudah tersedia?""Oh, iya, Tuan! Mari ke arah sini, aku akan tunjukkan." Wanita itu sudah sangat akrab melihat wajah Arka. Selain pengunjung setia, Arka juga menjadi perbincangan kalangan waitress wanita di restoran tersebut. Bagaimana tidak, lelaki dengan paras ganteng dan cool seperti Arka jelas akan menarik perhatian mereka.Sebenarnya, waitress bernama Susi tadi sedikit bingung melihat kedatangan lelaki tadi dengan seorang wanita dan gadis kecil. Setahu dia, lelaki itu belum beristri. Jadi, siapa wanita dan anak kecil itu. Pertanyaan tersebut terlintas di benaknya. Ternyata tidak hanya dia, beberapa karyawan wanita lain juga saling bertanya-tanya.Restoran itu selalu ramai. Jadi, pelanggan sudah harus reservasi sebelum datang agar mendapatkan meja. Kalau tidak,
Magbasa pa
Bab 28a
POV Author[Raisya!] Aku sedikit terkejut dan tidak percaya.[Untuk apa maksud Raisya menyebarkan isu ini?][Ya, untuk apalagi kalau bukan untuk memperbaiki namanya? Jadi, dia gak bakal disalahkan lagi karena merebut suami orang. Selain itu, dia ingin teman-teman berpikir kamunya yang mau balikan diam-diam sama Mas Arka. Jadi, kamu bisa bayangkan sendiri gimana jadinya][Astaghfirullah. Sekejam itu dia memfitnahku!][Tuh, di grup udah heboh][Pasti, aku udah ditelanjangi habis-habisan di grup][Ya, pastinya. Untungnya, kamu udah left grup, Han. Kalau tidak, aku tidak tahu seperti apa raut wajahmu][Iya, Met. Makasih, ya atas saranmu waktu itu][It's okay, Han]Jihan sudah lama keluar dari grup alumni karena baginya pembahasan di dalam sangat toxic yang mengganggu mental dan pikirannya. Itulah mengapa dia memutuskan untuk left grup. Jadi, dia hanya mengandalkan kabar dari Meta, sahabatnya. Meta yang selalu meneruskan informasi dari grup ke Jihan. [Han, tau gak isi statusnya Raisya ap
Magbasa pa
PREV
1
...
34567
...
10
DMCA.com Protection Status