Semua Bab Setelah Kau Pergi: Bab 51 - Bab 60
71 Bab
51. Jeda
"Kenapa pakai masker, Ma?" Bayu segera berdiri demi mendengar suara itu. Di ruang tengah, Anita sudah berada di dekat Qori dan Abbas. "Mama pilek. Jadi harus pakai masker supaya tidak menular kepada Qori."Bayu melihat jelas, mata Anita yang merah juga lingkaran hitamnya. Suara Anita juga terdengar mampet. "Sebaiknya kamu istirahat, Nit. Qori biar bersamaku hari ini," usul Abbas. "Aku tadinya juga mau ngomong itu. Terima kasih atas pengertiannya, Bas. Kalau begitu aku tinggal Qori sekarang, ya?" Anita berlalu setelah mendapat anggukan Abbas. "Ke mana, Nit?" teriak Abbas, ketika melihat Anita bukannya ke rumah belakang, tapi malah keluar menuju pagar.""Jalan-jalan dulu. Barangkali jalan-jalan sambil berjemur, membuat badan lebih fit."Abbas mengangguk, meski tidak sepenuhnya mengerti dengan pendapat Anita. **Anita jalan lurus menuju keluar komplek. Beberapa perempuan di depan rumah menyapa Anita. Ia pun membalas sapaan mereka, tetapi hatinya entah ke mana? Menyusuri jalan i
Baca selengkapnya
52. Jeda (B)
Anita kembali meringis mendengar ucapan Rama. "Sudahlah! Jangan bicarakan kejadian memalukan itu. Apa aku boleh belajar?"**Dari kejauhan Bayu memerhatikan Anita yang asyik membuat kopi, sesekali melayani pelanggan. Kreasi cake dan kopi sepertinya hobi Anita, sedang anak-anak Rumah Bahagia adalah naluri kepeduliannya. Semua orang tau hobi itu juga bagian dari jiwa seseorang. Anita merelakan separuh jiwanya demi Qori. Lalu apa haknya mengusik hal itu? Siapakah dirinya, terlebih lagi sekarang Anita sangat membencinya. Namun, yang terpenting sekarang ia meminta maaf kepada Anita. Bagaimana respon Anita, ia pasrahkan kepada yang Kuasa. "Pak Bayu," seru Aditya ketika melihat Bayu memasuki kafenya. Bayu hanya menjawab dengan tersenyum. Beberapa pengunjung mulai menatapnya."Nit, Bayu jemput kamu tuh," ucap Aditya kepada Anita yang mengoperasikan mesin espresso."Aku masih lama, duluan saja." Suara Anita timbul tenggelam di antara bunyi mesin. "Aku tunggu," sela Bayu. "Ayolah, Nit!
Baca selengkapnya
53. Mencemaskanmu
Namun, kapan Bayu kembali? Ini sudah kreasi mininya yang kedua puluh. Sebentar lagi kulkas akan penuh. Haruskah ia membeli kulkas baru khusus menyimpan cake buatannya untuk Bayu?"Ma … Mama!" Sebuah panggilan memecahkan lamunannya. Ia segera membasuh tangannya, mengeringkan, lalu keluar."Qori, ada apa?" Di luar Qori dan Abbas. "Papa ngajak jalan-jalan. Mama ikutkan?""Kamu kuat berjalan?" Qori menggoyangkan kakinya. "Sekarang sudah kuat, Ma. Sudah mulai bisa melangkah lebih jauh."Anita menatap Abbas yang lagi tersenyum penuh harap."Ke mana?""Ke stadion. Sore-sore begini pasti menyenangkan melihat lahan luas, terlebih hari ini cuacanya terlihat bagus."Refleks Anita menengadah, melihat langit. Benar, langit terlihat biru bersih. Beberapa hari sebelumnya, bumi Banjarmasin yang dikenal dengan sebutan kota seribu sungai selalu diguyur hujan. Seketika ia teringat Bayu. Bagaimana keadaan Baygon itu? Mengingat Baygon, seketika bulu romanya merinding. Ia tak menyangka, bayi besar itu
Baca selengkapnya
54. Mencemaskanmu (B)
'Sial, kamu membuatku trauma, Bayu.' Abbas menarik tangannya. Anita memperlihatkan wajah menyesal. Abbas terkekeh. "Tak apa. Tak usah memasang wajah begitu. Kita memang belum menjadi suami istri. Aku mengerti, kok."Anita tersenyum lega. "Terima kasih."Qori tersenyum bahagia melihat Anita semakin dekat dengan ayahnya. Ia berazam dalam dirinya akan menjadikan Anita sebagai ibu sambungnya. Ia tidak ingin kehilangan sosok seorang ibu untuk kedua kalinya.Anita langsung merentangkan tangan, dan memeluk pundaknya. Inilah yang sangat disukainya dari Anita. Tidak segan-segan memberikan ketulusan dan kehangatan. "Masih kuat berjalan?" tanya Anita.Mereka bersisian mengitari tepi lapangan Lambung Mangkurat. Sedang Abbas, berjalan di belakangnya."Masih kuat, Ma. Tenang saja.""Bagaimana bisa tenang? Meskipun kamu sudah bisa berjalan, tetap tidak boleh diforsir tenagamu. Lagi pula …." Anita mendekatkan wajahnya ke telinga Qori. "Ayahmu masih kuat menggendongmu."Qori tertawa sambil menoleh
Baca selengkapnya
55. Riak Terpendam
Anita yang menyadari hal itu segera memegang bahu Huda, tetapi Huda menampik kasar. Huda berlalu. Di ruang tengah, Abbas berdiri mematung. **Dari dalam kamar Abbas mendengar keributan di dapur. Ia keluar, tetapi tepat di pintu langkahnya terhenti. Ia dapat mengetahui akar permasalahan keributan. Ia melihat Huda, yang usianya lebih tua dari putranya sedang kesal dengan Anita. Anita berusaha menolong Huda, tetapi malah ditampik. Huda sempat menatapnya, dari mata Huda, Abbas tahu Huda tidak menyukainya. Anita hanya mematung menatapnya, lalu keluar tanpa sepatah kata. Ia masuk ke dalam kamar, menatap putranya yang tertidur pulas. Satu-satunya cahaya matanya.Ia pun tahu kalau Bayu sangat mencintai Anita, dan Anita pun betapa sangat menyayangi laki-laki itu. Ia sengaja menggunakan Qori, karena tahu anak-anak Rumah Bahagia adalah kelemahan Bayu dan Anita. Ia tahu bahwa dirinya egois dan pengecut. Apa yang dapat dilakukannya? Dirinya hanya seorang ayah yang sangat berharap anaknya ber
Baca selengkapnya
56. Riak Terpendam (B)
"Bayu?!""Memangnya ada yang boleh memelukmu selain aku?" Bayu menyandarkan dagunya di pelipis Anita."Maksudku, aku sedang di depan kompor menyala. Bahaya.""Matikan!" Bayu malah mengeratkan pelukannya, menurunkan dagu ke bahu Anita. Anita mematikan kompor. Ia tidak tahu bagaimana nantinya kematangan kacang yang digorengnya. Mungkin saja telah matang, tapi jika tidak diangkat langsung, kacangnya akan meresap minyak. "Bayu, sebentar … biarkan aku mengangkat kacang ini dulu." Anita berusaha memisahkan dua tangan Bayu yang bertautan, tetapi tangan itu malah semakin meng-erat. "Aku takut, jika dilepaskan, kamu tidak mengizinkanku lagi memelukmu."Anita terkekeh. Bayi besar ini betapa sangat merepotkan. Ia menyentuh pipi Bayu, lalu beralih ke dahi. Badan Bayu masih hangat. "Bayu, kita bukan mahram," bisik Anita. "Kalau begitu, kamu harus menikahiku. Aku bisa gila jika kau terus melarangku."Bayu semakin menekan kepalanya dengan mata terpejam. Perlahan lelah mengalir keluar dari dalam
Baca selengkapnya
57. Mempertahankanmu
"Berjanjilah padaku! Ya!"Bayu menatap manik hitam milik Anita. Mata itu berkaca-kaca, tetapi tetap memancarkan kejernihan hati dan ketulusan jiwa. Meski ragu, Bayu mencoba mengangguk, tanpa mengalihkan tatapannya. Anita tersenyum. Air matanya semakin deras. "Terima kasih.""Bisakah kamu memberiku jaminan?" tanya Bayu dengan senyuman menggoda.Anita tertawa. Bayu selalu punya cara untuk menghiburnya. "Mmm…." Anita berpikir keras jaminan apa yang bisa diberikannya. Seketika pandangannya tertuju pada cake apel.Ia mencolek cairan apel caramel dengan ujung jarinya, lalu dengan gerakan cepat ia memasukkan ujung jari itu ke mulut Bayu.Bayu terkesiap. Cairan manis kombinasi sedikit kecut apel berbaur dengan benda lembut menyapa indra perasanya. Anita tersenyum geli melihat reaksi Bayu seperti balita yang disuapi. Anita merasakan kupu-kupu beterbangan mengitari perutnya. Sensasi yang membuatnya refleks menarik jari. Bayu ingin protes, tapi telunjuk itu telah beralih ke mulut Anita.
Baca selengkapnya
58. Jejakmu
Ada apa dengan Aditya? Ia tidak ingin memikirkannya. Mungkin saja sebagai ungkapan seorang fans kepada idolanya. Namun, ada satu hal selalu mengusik di waktu senggangnya, ada apa dengan tatapan Anita terakhir berjumpa? Mata itu seakan menyiratkan kekecewaan. Bukankah seharusnya, dirinya yang kecewa, karena Anita lebih memilih kehidupan Qori daripada dirinya?'Keputusan apapun yang kuambil, aku ingin kau percaya bahwa aku sangat mencintaimu.'Kalimat itu juga sering mengiang di telinganya. Kepercayaan seperti apakah yang diinginkan Anita? Apakah maksudnya, Anita tetap mencintainya, meski raga perempuan itu bersama Abbas? Apa artinya perasaan seperti itu? Menurutnya sama saja seperti menyentuh rintik hujan di balik kaca. Kesegarannya hanya ilusi.**"Cil, biar saja gordennya. Aku masih mau tidur," ceracau Bayu, ketika bunyi gesekan dari kain gorden mengusik ketenangan tidurnya. Bayu mempunyai kebiasaan baru. Suka menghabiskan hari dengan tidur di kamar Izza jika liburan. Perlahan
Baca selengkapnya
59. Memintal Asa
Ia berdiri. "Ayo!"Anita mengerutkan keningnya. "Ke mana?""Ke rumah orang tuamu." Bayu sudah ada di dekatnya. "Sekarang?""Tunggu apa lagi?""Ya tidak sekarang juga. Badanku aja masih capek karena dua belas jam perjalanan. Masa harus diseret ke Barabai lagi?""Kalau begitu, izinkan aku memelukmu," ucap Bayu sambil merentangkan tangan. "Oke… oke." Anita termundur. "Kita pergi sekarang."Meski masih lelah, ia harus mengalah. Tidak mungkin ia menuruti opsi yang ditawarkan Bayu, mengingat diri juga sangat merindukan bayi besarnya itu. **Kedatangan dan niat Bayu disambut hangat oleh kedua orang tua Anita. Dua pekan setelah lamaran, pernikahan dilaksanakan dengan sangat sederhana di rumah orang tua Anita. Seminggu kemudian, baru ia mengadakan resepsi hanya dengan tujuan memperkenalkan istrinya kepada kolega, karyawan dan orang banyak umumnya. Setidaknya, berharap tidak ada lagi perempuan yang sok dekat kepadanya. Nikmat apalagi yang kau dustakan?Terjemahan dari ayat surat Ar-Rahman
Baca selengkapnya
60. Memintal Asa (B)
Anita terbelalak. Sesaat ia saling bersitatap dengan Bayu. Ridwan membawa mereka masuk. Rana duduk di samping ranjang seorang anak laki-laki berusia sekitar dua tahun yang terkulai lemas. Anak Rana kamar yang dihuni empat pasien. Sesaat Rana tersentak melihatnya. Beberapa detik kemudian, tatapannya berubah menjadi kebencian. Anita membiarkan dua jagoannya menyerahkan nasi kotak kepada tiga pasien. Sedang untuk Rana, Anita langsung yang menyerahkannya. "Biar Mama saja."Anita mengambil kotak yang dipegang Qori. Melihat sikap Rana, Bayu hendak mencegahnya, tetapi ia meyakinkan suaminya agar tidak perlu khawatir. Ia meletakkan kotak itu di atas nakas. "Sabar, ya."Hanya itu yang bisa diucapkan. Di luar ruangan Ridwan sudah memberitahu penyakit yang diderita anaknya."Kau sedang meng-olokku?!"'Terserahmu. Aku tidak sepicik kamu.' Sayangnya hanya kalimat itu tidak terungkap. Ia berpikir, untuk apa membalas ucapan Rana? Yang ada hanyalah mengganggu kenyamanan pasien lainnya. "Kamu pu
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
345678
DMCA.com Protection Status