Semua Bab GADIS BODOH JADI PRIMADONA: Bab 41 - Bab 50
61 Bab
Bab 41
Alunan melodi mengiringi langkah Kasih yang beberapa saat lalu dipanggil ke atas pentas. Dia berjalan menunduk sambil mendengarkan irama untuk memulai mengambil nada. Evan, lelaki yang sejak tadi menggenggam tangannya tampak sudah berada pada kursi VVIP. Dia mengacungkan dua jempol padanya dan tersenyum. Ah, senyuman yang begitu tulus dan menyejukkan hati Kasih. Hingga perlahan wajahnya yang penuh ketegangan berubah sumringah. Kasaih memulai bait pertama dengan memandang Evan yang tampak tersenyum dan lekat memandangnya.Suara merdunya diiringi riuh tepukan tangan para fansnya yang terdengar memekik, bersorak sora menyarakan kata ter-kasih. Spanduk bertebaran pada beberapa deretan tempat duduk yang kebanyakan dipenuhi oleh para remaja. Kasih menyanyi dari hati, karena lagu itu dia tujukan untuk suami tercinta. Sebuah lagi yang di dalam liriknya mengungkapkan betapa beruntungnya dia dicintai oleh lelaki yang begitu sempurn, diangkat dari keterpurukan dan dibimbing meraih puncak kebah
Baca selengkapnya
Bab 42
Rasa sakit menjalar pada sekujur tubuhnya. Kepalanya terasa berat dan berdenyut. Vania mengerjap, menyesuaikan dengan pijar lampu yang merambat. “Aduh!” Vania melenguh. Rasa ngilu pada pundak sebelah kanan dan kepala membuatnya tak bisa menyembunyikan rasa sakit. Namun tiba-tiba dia mengedar pandang. Sekelebat bayangan wajah bengis tiga orang yang memburunya berlarian. Vania memekik ketakutan dan menutup wajahnya. “Pergi! Pergi! Pergi!” Derit pintu kamar di mana dia dibaringkan terdengar terbuka. Vania masih menjerit-jerit seraya menutup wajahnya. “Sudah sadar rupanya, Mbaknya … tenang … di sini kamu aman.” Terdengar suara seorang perempuan yang membuat Vania membuka mata dan menoleh ke arahnya. “K--kamu siapa?!” bentak Vania masih dalam kondisi ketakutan. Perempuan dengan kerudung lebar itu mendekat. Lalu dia menuju ke atas meja rias di mana ada satu gelas ceret di sana berdampingan dengan air bening. “Saya Masitoh, Mbak … kemarin malam putra saya yang menyelamatkan Mbaknya.”
Baca selengkapnya
Bab 43
"Aku tahu semua hal tentang kamu, bahkan hal yang sengaja kamu sembunyikan,” bisik Evan seraya tersenyum. Tatapannya membuat Kasih salah tingkah dan menunduk. Namun dia tetap mengikuti langkah lelaki yang menggamit jemarinya itu menuju lift. Hatinya bertanya-tanya, apakah benar Evan tahu semua tentang dirinya? Apakah lelaki itu juga tahu terkait perasaan yang tumbuh subur di hatinya?Kamar yang mereka tuju sudah di depan mata. Evan mengetuk daun pintu sebelum masuk. Namun jemari mereka tak terlepas dan masih saling bertaut. Kasih yang merasa malu, membukanya paksa. Membuat kekehan Evan dan lelaki itu mengacak pucuk kepalanya. “Malu?” bisiknya.Kasih tak menjawab karena dia harus mengucap salam ketika pintu sudah tak lagi menjadi penghalang. Tampak Handoyo yang terbaring di ranjang rawat. “Ibu, Ayah ….” Kasih mendekat dan mencium punggung tangan mereka. “Kasih, alhamdulilah kamu sudah datang ….” Ibu memeluk Kasih dan menumpahkan tangis pada bahu putrinya. Kasih membiarkan Ibu menang
Baca selengkapnya
Bab 44
Sudah hari kelima, Vania tinggal di tempat Umi Masitoh. Siang itu, Umi Masitoh merasa kurang enak badan. Karenanya dia meminta Azzam mengantar Vania ke pasar. Dia tetap harus berjualan, katanya kasihan yang pada mencari sarapan. Sudah biasa berlangganan nasi uduknya. “Maaf ya, Nia. Ini uangnya … ini catatan belanjanya.” “Iya, Umi. Gak apa. Aku juga bosen sebetulnya di rumah terus.” Azzam meraih kunci motor dan jaketnya. Lalu dia memegang dahi Umi Masitoh. “Demamnya belum reda, Umi. Paracetamolnya masih?” “Iya, Zam … habis. Beli sekalian, ya!” “Iya, Umi. Paling pulangnya nanti. Sekarang masih shubuh. Belum pada buka apoteknya.” Waktu memang baru menunjukkan pukul empat lewat empat puluh lima menit. Beberapa menit lalu baru saja mereka menyelesaikan ibadah dua rakaat. Azzam pun menyalakan sepeda motornya, tetapi butuh beberapa kali Azzam menyalakan manual sepeda motornya. Maklum sepeda motor tua yang starternya sudah tak lagi hidup. Vania duduk di teras seraya memperhatikan par
Baca selengkapnya
Bab 45
“Sepertinya Nia depresi, Mas Evan. Dia hampir atau sudah diperkosa ketika saya tolong waktu itu!” Azzam menatap Vania dengan iba.“Astaghfirulloh ….” Kasih hampir saja tumbang ketika mendengar kalimat yang Azzam ucapkan. Beruntung Evan sigap menangkap tubuhnya yang gemetar menahan isak. “Sayang! Kamu duduk dulu, ya!” Evan menggandeng Kasih lalu mendudukkannya pada sebuah kursi. “Apakah Mas Azzam sudah buat laporan terkait kejadian itu?” Evan menatap Azzam dengan lekat. Lelaki yang ditatapnya menggeleng. “Saya rasa yang lebih berhak membuat laporan, Mbak Vanianya sendiri atau dari pihak keluarga dan bukan saya, Mas. Namun Mbak Vania sendiri menolak diperiksa ke dokter apakah benar mereka telah berhasil melakukannya atau belum. Hanya saja ketika saya dan teman-teman datang waktu itu, Mbak Vania memang sudah tak sadarkan diri dan maaf, nyaris tanpa pakaian.” “Pergi! Pergi!” Vania menjerit-jerit lagi mendengar kalimat yang Azzam paparkan. Sementara itu, Kasih yang sudah tak tahan, dia
Baca selengkapnya
Bab 46
Vania masih menolak untuk pulang. Dia masih berkeras untuk tinggal bersama Umi Masitoh. Kondisinya sekarang sudah sedikit tenang setelah tadi diberikan obat oleh tim yang datang. “Aku belum siap bertemu Ayah dan Ibu. Kalian pulanglah. Aku masih belum mau pulang.” Kasih melirik pada Evan. Namun suaminya itu tampak menyerahkan kembali keputusan padanya.“Ayah sakit, Mbak. Setidaknya jenguklah dia. Dia sakit karena memikirkanmu.” Kasih menatap Vania. Meminta kakaknya itu memikirkan juga kondisi ayahnya. “Enggak, aku gak bisa ketemu mereka dulu. Berikan aku waktu. Aku butuh sendiri.” Vania menolak. Tatapannya kosong dengan air mata yang sesekali luruh. Kasih menghela napas panjang. Namun genggaman tangan Evan membuatnya menoleh. “Berikan dia waktu, Sayang.” Kasih kadang geram dengan sikap sok romantis Evan. Namun dia tetap mengangguk saja mempersingkat perdebatan. Akhirnya, Evan memutuskan untuk mengantar Azzam dan Vania dulu pulang. Dia menurunkan Azzam di mana sepeda motornya tadi
Baca selengkapnya
Bab 47
Hangga Wijaya yang sudah tersadar beberapa saat lalu dari efek obat, tergelak ketika mendapati permintaan Niki. Perempuan yang masih terbaring nyaman di sampingnya itu masih melingkarkan tangan pada perut Hangga. “Hanya itu permintaanmu, Sayang? Aku bisa memberikannya lebih, tetapi tidak sekarang,ya! Kita harus hancurkan dulu Gasendra.” Hangga memiringkan tubuhnya dan menatap perempuan yang menatap manja itu. “Buktikan dulu. Aku gak percaya.” Niki menaikkan satu alisnya ke atas. Dia beringsut bangun lalu turun dari tempat tidur dan menuju lemari pakaian. “Aku pasti akan membuktikannya setelah kamu menolongku membuat hancur keluarga Gasendra. Aku janji, Sayang.” “Aku gak percaya. Aku akan membantu kamu setelah kamu memasukkanku dalam akta notaris perusahaanmu. Jadikan aku direktur, Sayang. Aku pastikan semua rencanamu akan berjalan lancar.” Niki mengambil beberapa helai pakaian ganti. “Eh, kamu mau ke mana, Sayang?” Hangga menatap bingung perempuan yang tadi memeluknya dengan ba
Baca selengkapnya
Bab 48
Semua orang sudah duduk di ruang tengah sekarang. Kondisi yang sempit membuat semuanya duduk pada tepian tembok dan melingkar. Vania tak bisa menghindar, dia hanya duduk menunduk sambil diam. Sementara itu, Azzam menjelaskan semuanya agar tak jadi salah paham. “Tadi saya hanya sedang membetulkan lampu. Baru habis salat zuhur ketika terdengar Nia menjerit di ruang tengah. Rupanya ada arus pendek dan lampu terbakar. Umi baru saja pergi mau membeli teh, hanya ke warung depan sebetulnya. Jadi kesannya kami cuma berdua."Semua duduk diam menyimak penjelasan Azzam. Lelaki itu kembali melanjutkan ucapannya. Dia pun melanjutkan ucapannya. “Nia membantu memegangi kursi yang ditumpuk, karena saya tak sampai ketika hendak mengganti lampunya. Namun mendengar ucapan salam, Nia malah hendak membuka pintu dan melepas pegangannya dua kursi yang ditumpuk yang saya injak, jadinya oleng dan jatuh. Hanya saja sialnya, malah menindih tubuh Nia. Jadi kalian mengira kami sedang melakukan hal yang bukan-buk
Baca selengkapnya
Bab 49
Hangga menurunkan Niki agak jauh dari kediaman Evan, lalu dia memesankan mobil online untuk perempuan itu. Satu set parsel dibawa Niki sebagai tanda sayang seorang tante kepada ponakannya. Di dalam set parsel itu tak ada yang aneh, hanya berisi makanan-makanan dan camilan yang ditata sedemikian rupa. Sementara itu, dua bungkusan kecil sudah dia serahkan pada Niki dan dibalut rapi dengan keresek hitam. Dua bungkusan itu harus diletakkan Niki di salah satu laci. Kasih cukup kaget ketika menerima tamu yang tak pernah dia sangka. Seorang Niki Sianto yang selama ini selalu berseteru dengan Ibu mertunya, tiba-tiba datang. Namun tak urung, dia mempersilakan Niki masuk. Kasih pun gegas menyuguhkan minuman untuk tamunya. “Silakan diminum, Tan!” Kasih baru kembali setelah beberapa menit. “Makasih, Sayang!” Niki mengangguk sopan dan penuh senyuman. Kasih yang merasa heran pun, pada akhirnya bertanya terkait keperluan Niki datang ke rumahnya. Apalagi hari ini, memang hari kerja. Evan tak ada.
Baca selengkapnya
Bab 50
“Mungkin Anda salah orang, Pak. Justru saya yang memberikan laporan dan yang harus diperiksa itu kediaman Evander Gasendra!” Hangga mencoba meluruskan.“Maaf, Pak Hangga! Namun kami mendapatkan surat tugas ini untuk memeriksa kediaman Bapak! Mohon izin untuk melaksanakan tugas!” jelasnya dengan tegas. Sontak Hangga menelan saliva. Namun kelima polisi lainnya sudah merangsek masuk dan mulai melakukan pemeriksaan. Diandra menatap bingung pada ayahanya, sedangkan para lelaki berseragam cokelat itu langsung menyebar. Hangga berjalan mendekat dan duduk lemas di depan putranya.“Pah, kenapa mereka memeriksa rumah kita?” Diandra menatap paras Hangga yang tampak tak tenang.“Mereka mendapatkan laporan jika di kediaman kita ada barang terlarang, Andra.” Hangga bersandar lemas. Dia sama sekali tak mempersiapkan apapun bahkan dia juga tak ingat apakah jejak-jejak pembelian barang kemarin itu sudah dihilangkan. Setengah jam berlalu ketika seorang polisi yang tadi meminta izin memeriksa mobil mi
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234567
DMCA.com Protection Status