All Chapters of Gelar Mandul dari Gundik Suamiku: Chapter 11 - Chapter 20
72 Chapters
Bab 11 Ternyata Aku Tidak Mandul
Setelah kupikir-pikir, ada yang mengganjal terkait hasil tes kesuburan kami dulu. Apakah Aku benar-benar mandul? Sedangkan tidak ada satupun dari sanak keluarga kami yang memiliki kendala terkait masalah seperti itu. Kok bisa Aku divonis mandul. Sedangkan Bilna terlihat senang dengan hasil tes itu. Dan setiap saat dia memamerkan perut buncitnya itu di depanku. Sekarang dengan terpaksa dua sejoli itu mencari Art baru. Karena Bilna beralasan tidak bisa melakukan apa-apa karena kecapean. Manjanya keterlaluan, kadang nasi pun minta diantar ke kamar, sandal juga minta di pakaikan ke kaki. Kan akhirnya butuh Art juga kan. Coba dulu tidak main copot-copotin art, tidak akan susah untuk cari Art baru. Karena hasil analisis dokter yang mengatakan Aku mandul itu, Bilna semakin menjadi-jadi menganggapku si Mandul yang tidak berguna. Mengolok-olokku kalau Habib tidak membutuhkan kehadiranku lagi. Karena Habib sudah punya dia yang nyata-nyata telah mampu untuk mengandung bua
Read more
Bab  12 Rahasia Mulai Terungkap
Aku pulang dari tempat praktek Dokter kandungan dengan membawa kelegaan. Ini adalah rahasia besar yang tidak di ketahui oleh Habib dan Ibu mertuaku. Tapi Aku juga malas memberitahu mereka. Apalagi Habib, dia telah menduakan Aku, mengkhianatiku, membuat rasa cinta ini perlahan pupus untuknya. Laki-laki itu masih berbuat baik padaku mungkin karena adanya rasa bersalah. Cinta tulus, tidak pantas untuk di serahkan kepada seorang lelaki pengkhianat. Di depanku dia masi terlihat baik, di belakangku malah dia memburuk-burukkan Aku. "Mas juga tidak membutuhkan perempuan mandul itu lagi sayang. Kan Mas sudah punya ini. Seorang anak yang akan melanjutkan perusahaan kita. Sayangnya Mas belum bisa begitu cepat untuk menceraikan Aliyah. Takut kalau-kalau nanti beritanya akan menjadi berita buruk. Karena selama ini Mas sering mengajaknya ke meeting-meeting penting perusahaan. Dan banyak dari utusan perusahaan-perusahaan besar yang bekerjasama dengan perusahaan kita mengaku kag
Read more
Bab 13 Cerai Itu Lebih Baik
Sesampainya Aku dirumah, Bilna belum juga pulang. Begini rupanya kalau tidak ada Habib dan Ibu mertua. Karena mertuaku tadi pagi izin kembali pulang kerumahnya. Jadilah Bilna sebebas mungkin. "Bilna pergi dari tadi pagi, Bu. Tidak lama setelah Ibu pergi tadi. Dia bangun lalu mandi bersiap-siap lalu pergi. Lalu belum pulang sampai sekarang, kemana dia ya, Bu. Padahalkan dia sudah tidak bekerja lagi. Tapi Bibi lebih suka bila tidak ada dia, Bu. Soalnya dia itu suka marah-marah." ujar Bi Um. Kepo juga wanita paruh baya itu. "Tidak apa-apa, Bi. Biarkan saja." Berarti wanita itu sudah lama pergi. Ah tapi biarkan saja. Bukan urusanku. Wanita yang menghalalkan segala cara untuk kepentingannya sendiri. Habib saja yang mau saja di butakan olehnya. Kasihan kamu Habib. Sudah kena tipunya Bilna. Aku masih bertanya-tanya benih siapa yang ada di dalam perutnya tersebut. Bilna terlalu berani melakukan kebohongan sebesar ini. Tidak berpikir jauh kedepan, seandainya s
Read more
Bab 14 Undangan Misterius
Aku melangkah memasuki ruang kerja, mataku tertuju ke satu buket bunga yang ada di atas meja. Siapa pula yang menaruh bunga di atas meja aku. Mungkin ini salah alamat. Kuraih buket bunga tersebut Lalu kuperhatikan baik-baik. Sebuah kertas terselip bertuliskan kan "just for you Aliyah." ini benar-benar untukku rupanya. Siapa gerangan yang mengirim mengirim bunga pagi-pagi seperti ini. Ada-ada saja. Apa mungkin ada yang mengerjai ku? Ah sudahlah buat apa terlalu dipikirkan. Seharian ini otakku penuh tanda tanya siapakah gerangan orang yang mengirimkan bunga ke mejaku sebelum Aku datang. Aku beusaha buat membuang rasa penasaran kepada pengirimnya, tapi tidak bisa. Dalam benakku bertanya-tanya apa tujuannya? Apakah seseorang tersebut ingin mengusikku? Atau mungkin hanya sekedar iseng saja. Disamping itu juga pikiranku mengarah ke pertengkaran kepada Habib dan Bilna kemarin. Habib terang-terangan meremehkanku. Lelaki itu akan di buat terkejut setengah mati bila m
Read more
Bab 15 Ketahuan 
Pagi-pagi sekali, samar-samar kudengar seseorang sedang berbicara di samping rumah. Ku melangkah mendekati asal suara itu. Bilna yang ternyata sedang berbicara dengan seseorang di seberang telepon. "Iya, Ma. Mas Habib sangat percaya kalau janin dalam perutku ini anaknya. Hihihi. Ide Ibu memang bagus. Jempol deh buat Ibuku yang tersayang ini. Ibunya Mas Habib juga sangat menyayangiku. Kata Mas Habib, nanti dia akan membelikan rumah baru untuk kami. Kabar baiknya Ma, dia akan menceraikan Aliyah. Iiih pokoknya Aku beruntung sekali dinikahi oleh Habib, Ma." Bilna cekikikan sendiri. Aku berdiri tepat di belakangnya. Bilna tidak menyadari keberadaanku. Dia asyik mengobrol dengan Ibunya di seberang telepon. "Mas Habib tidak curiga sedikitpun terhadap anak yang sedang kuhamili ini. Ini, Ma. Waktu itu Bilna berhasil memanfaatkan Galang untuk mewujudkan keinginan Bilna. Hasilnya tidak lama kemudian, Bilna benar-benar hamil. Habib senang sekali mendengar berita kehamilan say
Read more
Bab 16 Tak Kubiarkan Kau Bebas Di Rumahku
"Bilnaaa, kemari kamu...!" Bilna yang sedang duduk-duduk santai di teras samping sambil menaikkan kakinya ke atas meja, menoleh ke arahku. Kelihatannya wanita itu sudah mandi dan sudah berdandan cantik. "Ada apa sih Mbak? Enggak perlu teriak-teriak juga kali." Dengan jutek Bilna menjawab. Aku mendekatinya. "Apa yang kamu lakukan di sini, pekerjaanmu di belakang belum selesai. Tuh piring-piring buruan dicuci." "Aku masih capek, Mbak. Masa aku harus mencuci piring. Aku tidak cocok menjadi tukang cuci piring. Emang Mbak pikir saya ini pembantu apa? Malas saya Mbak saya capek.! "Capek katamu, mukamu kelihatan begitu segar. Bilna, saya memberitahumu bahwa pekerjaanmu di sini bukan hanya bersolek ria. Ini bukan rumahmu. Kamu harus menuruti apa yang aku katakan. Cepat kebelakang Saya tidak mau lagi melihat piring-piring kotor. Setelah itu meja makan dibersihkan." "Terus makan malam nanti bagaimana, Mbak? Apakah harus memakai uang kami lagi untuk memesann
Read more
Bab 17 Mulai Dalam Kesulitan
"Bilna, aku mau berangkat kerja, sepulang dari kerja nanti aku tidak mau melihat rumah ini berantakan. Tolong kamu kerjakan tugas mu dengan baik. Bersihkan setiap sudut rumahku dengan bersih." "Berisik sekali Mbak Aliyah ini. Aku sudah capek menuruti semua kata-kata mbak. Aku malas, kalau mbak mau melihat rumah bersih, bersihkan sendiri. Jangan hanya bisa menyuruh-nyuruh Aku saja." "Kalau kamu tidak mau, silakan pergi. Pergi saja ke rumah mertuamu." "Oke nanti akan ku ajak mas Habib pergi pindah ke rumah ibu. Biar kamu tahu rasa ditinggal suami." "Ajak saja sekarang. Jangan tunggu nanti." Kembali lagi kami berdebat. Bilna tidak boleh berdiam diri saja di rumahku. Mimpi apa dia sudah numpang mau berleha-leha. Mendengar jawabanku tadi bilna berlalu dengan muka manyun. Mungkin dia menolak untuk menuruti semua perintahku. Tapi dia tidak punya pilihan lain kalau masih mau tinggal bersama Habib di rumah ini. Aku tidak mungkin membebaskannya dari semua pe
Read more
Bab 18 Mertua Julid
"Assalamualaikum" Kulirik arah pintu, rupanya sang ibu mertua yang datang. "Waalaikumsalam. Lah ada Ibu, sini mari masuk, Bu." Bilna menghambur memeluk Ibu mertua. Ih lebay nya. "Ibu apa kabar? Bilna sudah sangat rindu. Kenapa Ibu kok jarang main kemari?" Bilna menggandeng tangan ibu. Sambil matanya melirik ke arahku. Dia pikir aku akan iri melihat kebersamaan mereka, tidak Bilna. "Iya Ibu juga sangat merindukan kalian apa kabarnya si calon cucu ibu sehat-sehat saja kan?" Sambil tangan ibu mengelus perut Bilna. Mendengar pertanyaan ini Bilna melirik ke arahku, santai sajalah. Aku tidak akan membuka rahasiamu sekarang Bilna. Ini belum saatnya dan lagi pula perceraian dengan Habib belum resmi. Aku tidak mau rencana perceraian ini bubar hanya karena gara-gara Habib mengetahui kenyataan bahwa dia yang mandul, bukan Aku. Karena jika dia tahu bahwa janin didalam perut Bunda bukan anaknya kemungkinan besar dia akan meninggalkan wanita tersebut
Read more
Bab 19 Cekcok Di Rumah Mertua
Kubawa lembaran surat cerai yang harus ditandatangani oleh Habib. Kudatangi ke rumah perempuan yang sedikit lagi akan menjadi mantan mertua. Sedikit lagi ikatan kami akan terpisah secara resmi. Kuharap nanti tidak ada perlawanan yang berarti. Sesampainya di rumah ibu mertua, aku pencet bel. Ting...tong....! Seorang satpam membukakan pintu gerbang. Dan menyuruhku untuk masuk karena beliau telah mengenaliku sejak dulu. Sebab itu segera memanggil si tuan rumah. Tidak lama kemudian keluarlah si ibu mertua. Dari pandangannya sudah jelas-jelas dia membenciku. Tidak mengapa, tidak masalah juga. "Mengapa engkau kemari? Apa mau mencari Habib? Atau mau mengemis minta balikan sama anakku. Oh kamu baru sadar ya Kalau anakku begitu berarti. Kamu pasti sudah menyesal telah mengusir kami mentah-mentah." Pede sekali wanita paruh baya ini. Siapa juga yang mau minta balikan. Melihatnya saja sudah mampu membuat perutku mules, apalagi kalau harus kembali menjadi i
Read more
Bab 20 Harus Kuberitahu
Setelah para benalu telah enyah, maka aku kembali mengambil seorang asisten rumah tangga. Walaupun hidup seorang diri tapi masih sanggup untuk sekedar membayar seorang pembantu. Tentu saja aku tidak akan memperlakukan asistenku semena-mena seperti Bilna. Aku membutuhkan asisten rumah tangga, karena harus menekuni pekerjaan. Sehingga tidak mempunyai banyak waktu untuk mengurus rumah. Tingg.....! Sebuah noifikasi muncul di layar ponselku menandakan adanya pesan masuk dari aplikasi berwarna hijau. Ada empat pesan masuk dari nomor yang sama. Ku cek ternyata dari sang mantan suami, si Habib. "Kamu pasti menyesal telah mau bercerai denganku, Aliyah." "Kamu akan merasakan kesepian, karena kamu hidup seorang diri." "Lagian kalau kau mau menikah lagipun, tidak akan ada yang mau menikahi perempuan yang punya rahim kering kerontang tidak punya benih keturunan sepertimu. Hahahaaa, sedangkan aku, sedikit lagi akan memiliki baby dari istriku. Sedangkan kamu akan m
Read more
PREV
123456
...
8
DMCA.com Protection Status