Semua Bab (Bukan) SUAMI PENGGANTI: Bab 11 - Bab 20
43 Bab
11. Pendek, Panjang dan Bersayap
"Apa aku sudah melakukan sesuatu." Gumam Dewa tak yakin. Jika memang bercak merah ini karena ulahnya, harusnya Dewa tidak melupakan hal itu, bagaimanapun itu adalah hal yang sayang jika tidak dinikmati dengan benar.Pikiran Dewa kembali kotor, hingga Dewa harus menggeleng-gelengkan kepalanya beberapa kali. "Tapi, jika bukan noda karena itu, lalu ini, apa?" Tanyanya heran.Dewa mendengar suara gemericik dari dalam kamar mandi. Untuk memastikannya Dewa akan bertanya langsung kepada Bianca.Dewa sudah berdiri di depan pintu kamar mandi, hendak mengetuk, tapi, lebih dulu Bianca membuka pintu. "Eh Mas Dewa udah bangun." Ucap Bianca sedikit kaget. Tadi dia terbangun karena rasa tidak nyaman."Kamu mau kemana?" Melihat Bianca sudah rapi seperti hendak pergi.Bianca nyengir, "Aku mau ke supermarket di bawah.""Apa tidak bisa nanti saja?" Dewa memicing tidak suka, ini masih memasuki waktu subuh, dan istrinya sudah mau pergi keluar. Apa pandangan or
Baca selengkapnya
12. Sexy
Dewa kembali tidak lama setelah Bianca, pria itu langsung pergi ke kamar yang sudah disulap menjadi tempat gym.Kebiasaan Dewa setelah menunaikan kewajibannya adalah berolahraga. Meski semalam ia sudah melakukannya, pagi ini dia tetap melakukannya kembali agar rutinitasnya tetap terjaga.Sedangkan Bianca sudah sibuk dengan peralatan memasak setelah membersihkan kamar. Hari ini Bianca akan memasak yang spesial untuk suaminya. Ia sudah antusias sejak semalam.Sebenarnya Dewa cukup sering makan di restorannya, mengingat tempat kerja suaminya itu tidak jauh dari restoran miliknya.Namun, Bianca tidak memasaknya sendiri karena sudah ada koki yang membantunya disana. Bianca justru lebih suka untuk mengamati suaminya daripada berada di dapur.Sesekali Dewa makan bersama klien dan wanita cantik yang kemarin datang kesini. Kadang terlihat sendirian saat makan malam. Waktu itu Bianca sangat ingin untuk sekedar menyapa sebagai cucu dari sa
Baca selengkapnya
13. Hanya 7,5
Dewa berjalan mendekati Bianca yang masih sibuk dengan masakannya. Wanita itu menyanggul rambutnya, memperlihatkan leher jenjangnya, ia juga menggunakan apron. Dewa meletakkan gelas yang sudah kosong ke dalam sink, ia berniat mencucinya langsung, namun, Bianca segera melarangnya. "Biar aku saja, Mas. Mas Dewa mandi dulu, sebentar lagi masakannya matang." Ucap Bianca masih dengan spatula di tangan kanannya. "Baiklah." Dewa menurut, ia meninggalkan dapur dengan perut yang semakin keroncongan. Dewa masuk ke dalam kamar, ia melihat saat ini masih jam 6.30 biasanya ia selesai olahraga jam 7 pagi. "Ini pasti karena semalam sudah berolahraga." Gumam Dewa saat memasuki kamar mandi. Seperti pria pada umumnya, Dewa tidak memerlukan waktu yang lama untuk mandi. Saat keluar dari kamar mandi, Dewa melihat kemeja, celana, jas dan dasi sudah siap di atas ranjang. Dewa memakainya lalu menuju meja makan, di meja sudah ada nasi goreng, jus jeruk
Baca selengkapnya
14. Berangkat bersama
Belum sempat masuk kamar mandi ponsel Bianca berdering. Wanita itu melihat terlebih dahulu siapa yang menelponnya sepagi ini."Nomor asing?" Gumam Bianca melihat sederet angka menghiasi layar ponselnya.Bianca mengabaikannya, ia menaruh kembali ponselnya di atas ranjang. Belum mulai melangkah ponselnya kembali berdering dengan nomor yang sama.Dengan sedikit kesal, Bianca menggeser tombol berwarna hijau. Bianca akan mengomel, namun, suara di seberang lebih dulu mendominasi."Assalamualaikum Bianca, ini Mama. Maaf ya mengganggu pagi-pagi."Bianca meneguk ludah, bersyukur tidak jadi mengomel, jika tidak, hancur sudah reputasinya sebagai menantu."Waalaikumsalam Ma, tidak mengganggu kok, ada apa Ma?" "Hari ini kamu ada di apartemen, kan?""Hari ini Bian mau ke restoran, Ma." Jawab Bianca sambil menyiapkan pakaian yang akan dipakainya."Iya sudah, nanti Mama mampir kesana saja. Assalamualaikum.""
Baca selengkapnya
15. Mama Mertua
[ Lima menit lagi Mama sampai. ]Bianca meletakkan ponselnya setelah membalas pesan dari mertuanya. Bianca bergegas turun untuk menyambut kedatangan mertuanya.Di lantai bawah tidak banyak tamu yang datang, karena belum waktunya makan siang, hanya ada beberapa meja yang terisi.Dari tempatnya berdiri, Bianca bisa melihat ada mobil yang baru saja parkir. Benar saja ibu mertuanya itu keluar dari pintu penumpang.Bianca keluar untuk menyambut kedatangan mertuanya."Assalamualaikum Ma." Bianca mencium tangan Maria dengan takzim."Waalaikumsalam anak Mama yang cantik." Jika dibandingkan dengan Tari, ibu dari Langit, Maria jauh lebih terlihat ramah dan baik hati. Bukan maksud Bianca mengatakan Tari tidak baik, hanya saja tatapan wanita itu tidak terlihat setulus Maria."Apa kabar, Mama yang cantik?" Ganti Bianca yang memuji Maria. Bianca juga mempersilahkan Maria masuk ke dalam ruangannya yang berada di lantai dua."Alhamdulillah Mama baik, kamu sendiri gimana sama Dewa?""Alhamdulillah kam
Baca selengkapnya
16. Kantor Dewa
Jam makan siang tinggal beberapa menit lagi, karena ini pertama kali Bianca datang ke kantor Dewa, Bianca berjalan menuju meja resepsionis terlebih dahulu."Selamat siang, ada yang bisa saya bantu?" Sapa petugas resepsionis lebih dulu."Selamat siang, Saya ingin bertemu dengan Pak Dewangga." Jawab Bianca.Wanita yang ada di depannya menatap Bianca dengan tatapan menilai, "Apa sebelumnya sudah membuat janji?"Bianca tak suka dengan cara wanita itu menatap dirinya. "Saya Bianca, istrinya, apa perlu saya membuat janji untuk bertemu dengan suami saya?" Bianca bukan wanita lemah yang akan terintimidasi dengan tatapan menilai dari wanita bernama Nora ini."Istrinya? Anda jangan bercanda!" Wanita itu tidak percaya, wanita yang ia lihat di televisi sangat cantik bak bidadari. Tapi, wanita yang sedang mengaku-mengaku ini tidak mirip dengan yang dia lihat di berita."Apa kamu tidak memiliki televisi untuk melihat acara pernikahan kami?setidaknya kamu memiliki bukan? Atau kamu mau saya belikan?"
Baca selengkapnya
17. Makan Siang
"Saya tidak bisa!" Tolak Dewa, ia tidak melanjutkan memakan makanannya."Pasti bisa." Kekeuh Bianca."Saya tidak bisa!""Kalau Mas Dewa nggak bisa, artinya Mas Dewa….." Bianca tidak melanjutkan ucapannya, ia justru bergidik ngeri membayangkan kata yang hampir terucap dari bibirnya."Apa?" Tanya Dewa galak."Hmm … itu loh yang lagi trend di luar negeri."Dewa yang mulai paham menatap tajam Bianca, wanita itu tidak takut justru semakin menantang Dewa."Mas Dewa bisa, kan?" "Kapan?"Dalam hati Bianca bersorak senang, rencananya berhasil. Ada untungnya juga banyak mengobrol dengan mertuanya."Mas Dewa tenang saja, karena aku masih datang bulan, kita pergi minggu depan." Bianca tersenyum manis."Berapa lama?""Aku pengennya sih satu bul—"Kamu pikir saya pengangguran!" Sahut Dewa sebelum Bianca men
Baca selengkapnya
18. Kemeja Merah
"MAS DEWA TOLONG!!!!"Mendengar jeritan dari Bianca, Dewa bergegas menyusul memasuki ruang pribadinya. Ia lalu mengetuk pintu kamar mandi yang ada didalam ruangan itu."Bi… ada apa?" Teriak Dewa dari luar."Mas tolong…" Bianca juga ikut berteriak."Katakan ada apa?" Dewa bingung apa yang harus dilakukannya. Jika mendengar dari teriaknya, Bianca tidak merasa kesakitan.Bianca membuka pintu lalu menghambur ke pelukan Dewa. Dewa yang bingung bertambah bingung. Tubuh Bianca begitu erat memeluk tubuhnya, bahkan tangan wanita itu melingkari tubuhnya.Dewa merasa pakaiannya basah, Dewa mencoba melepas tubuh Bianca dari tubuhnya, namun, Bianca semakin mempereratnya. "Jangan dilepas, aku malu.""Ada apa sebenarnya?" Tanya Dewa penasaran, apalagi saat ini pakaiannya yang basah menembus hingga ke tubuhnya."Jangan marah, ya! Berjanjilah terlebih dahulu." Cicit Bianca di dekapan Dewa.
Baca selengkapnya
19. Merah dan Hitam
BrakkBianca tertawa dalam hati, sepertinya dia harus sering-sering datang kesini. Kalau perlu Bianca akan kesini setiap hari untuk menyingkirkan kerikil kecil yang akan mengganggu rumah tangganya. Berkat kedatangan mama mertuanya Bianca juga mengetahui jika Dewa belum mempunyai seorang kekasih, wanita tadi murni sekretaris suaminya saja. Menurut informasi dari Maria, Dewa tidak pernah merespon perbuatan Viola diluar pekerjaan, Namun, Viola yang selalu mencari perhatian Dewa."Viola, jangan harap kamu bisa dekat-dekat Mas Dewa lagi." Batin Bianca.Bianca perlahan menjauh dari Dewa, wanita itu tidak merasa bersalah atau apa, Padahal tindakannya tadi cukup berani dengan menempelkan area sensitifnya ke kepala Dewa. Dewa sendiri juga diam, ia cukup kaget dengan tindakan Bianca. Dewa bahkan dengan jelas bisa merasakan sesuatu yang kenyal menempel di bagian kepalanya. Sesuatu yang seharusnya memiliki penutup yang
Baca selengkapnya
20. Bengkel Cantika
Bianca tidak kembali ke restoran, wanita itu mengunjungi Cantika setelah mendapatkan izin dari suaminya.Jika Bianca mempunyai restoran, Cantika mempunyai bengkel. Wanita itu sangat suka memodifikasi motor atau mobil miliknya sehingga mendirikan bengkel sendiri.Saat datang Bianca bisa melihat jika sahabatnya itu sedang sibuk membetulkan mobil milik pelanggannya.Bianca berjalan mendekati Cantika dengan sesekali membalas sapaan dari pegawai disana. Bengkel ini tidak terlalu besar, namun, Cantika mempunyai pegawai lebih dari 5 orang dan satu partner yang mendirikan bengkel ini.Semua yang bekerja disini mengenal Bianca tanpa terkecuali karena mereka memang sering menghabiskan waktu bersama. Kadang Cantika yang akan mampir ke restoran Bianca untuk sekedar bertemu, begitu pula sebaliknya."Tika." Panggil Bianca saat sudah dekat dengan posisi sahabatnya. Cantika saat ini sedang berada di bawah mobil, entah apa yang sedang dikerjakannya.
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12345
DMCA.com Protection Status