Semua Bab Hajatan Tetangga: Bab 21 - Bab 30
36 Bab
Pohon Makin Tinggi
Hajatan Tetangga#Tetangga_tak_tahu_kami_kaya"Makin tinggi pohon, makin kencang angin meniupnya." Begitu kata Bu Elsa ketika kami bertemu di kantor polisi dalam rangka melaporkan Erwin dan kelompoknya. "Maksudnya, Bu?" tanyaku kemudian. "Kalian tiba di masa puncak, akan makin banyak cobaan untuk kalian, semoga kalian bisa bertahan, karena banyak orang bisa tabah dan sabar ketika miskin, akan tetapi berulah setelah kaya,""Tidak akan, Bu, justru karena kami sudah merasakan bagaimana kesulitan hidup bisa membuat kami menghargai dan menjaga bila dititipkan Tuhan Harta," kata suami bijak. Mungkin Erwin tidak sadar atau bisa juga sudah menyerah, dengan mudah dia ditangkap polisi. Dia dijerat dengan pasal berlapis. Penculikan, pembunuhan, pemalsuan surat tanah. Sedangkan Pak Lubis lari entah kemana. Konon dia jadi buronan. Dipikir-pikir aneh juga, dia sudah mapan sebagai pengacara, akan tetapi masih berbuat yang seperti itu.&nbs
Baca selengkapnya
Mencari Titik Lemah
Pov Erwin 2Aku mendadak kaya, punya jabatan di dewan komisaris perusahaan pengembang, jabatan yang hanya sekedar penghargaan memang. Akan tetapi aku berubah total. Dapat dana segar dua milyar yang kubagi dua dengan Pak Lubis. Aku selalu mewanta-wanti pihak pengembang supaya jangan mengganggu keluarga Subur, biar saja mereka di, situ, suatu hari, aku yakin mereka akan pindahan sendiri. Yang kukawatirkan bila mereka diganggu bisa saja mereka mengadukan ke Paman, kalau Paman sampai tahu, bisa hancur aku, semoga saja paman cepat meninggal.Yang kutakutkan terjadi juga, entah dari mana mereka dapat nomor Pak Abdul, entah angin apa yang membuat Pamanukan itu tiba-tiba bisa ditelepon, padahal dia itu paling sulit untuk dihubungi. Hari itu tiba-tiba paman menelepon. "Hei, Win! Maksudmu apa sekarang? mau cari mati kau?" begitu langsung perkataan Pak Abdul. Pamanku ini orangnya tegas, dia dulu pernah memotong tangan orang yang coba mencuri uangnya.&nbs
Baca selengkapnya
Orang Kaya Baru
Hajatan Tetangga#Tetangga_tak_tahu_kami_kayaRumah kami akhirnya lanjut pembangunannya, aku tetap bersikeras menyisakan halaman rumah untuk taman bunga, hanya itu yang kuinginkan, rumah dibangun lain model dari rumah-rumah yang lain. "Mamah Aneh, kayaknya gak berbakat jadi orang kaya," kata suami suatu hari, saat itu dia lagi menemanimu mengurus bunga. "Gak bakat bagaimana, Pah?" tanyaku sewot. "Orang kaya itu, Mah, bila bangun rumah ada kolam renangnya, kolam ikannya, ini Mamah malah minta kebun bunga?" jawab suami seraya menyiram bunga. "Oh, Ya, aku ingat, Pah, aku ingin lampu gantung yang cantik itu, apa namanya yang kayak punya Bu Elsa," kataku kemudian. "Kan, nampak kali gak berbakatnya, namanya aja gak tahu," jawab suami sambil terkekeh. "Idih, Papah, oh, ya, Pah, kenapa harus namanya Anugrah Subur Makmur?" tanyaku lagi. "Memang kenapa?" "Kan, bisa nama lain,"
Baca selengkapnya
Batin Tak Dinafkahi
Hajatan Tetangga#Tetangga_tak_tahu_kami_kayaPov Bu BondanTanah perumahan ini bermasalah, hal itu kuketahui dari baliho yang dipasang di pintu masuk komplek. Si Subur pula yang pasang bersama beberapa orang yang tak aku kenal. Ini pasti ulah mereka karena sakit hati rumahnya digusur. Segera kutemui warga dari pintu ke pintu, sebagai orang paling senior di sini aku harus cepat bertindak. Bersama beberapa warga kami datangi mereka. Ada seorang wanita yang menjelaskan, katanya perumahan ini bermasalah. Eh, si Subur ikut-ikutan ngomong, seakan-akan dia punya wewenang, padahal paling dia supir atau hanya pekerja kasar, atau bisa juga sebagai orang yang mengkompori. Ketika aku melawan, istrinya ikut-ikutan, dasar! Malam itu kukumpulkan warga komplek, kami menggelar rapat, tempatnya dipilih di depan pos sekuriti. "Bapak-bapak ibu-ibu seperti kita tahu tanah ini bermasalah, dugaan saya si Yanti dan Si Subur biang ker
Baca selengkapnya
Istri Hebat
Hajatan Tetangga#Tetangga_tak_tahu_kami_kayaTernyata begini rasanya jadi orang kaya, ada juga sedikit rasa ingin menyombong. Aku selalu ingat perkataan kakakku, "cari suami itu jangan yang tampan doang, juga harus mapan," Sekarang suamiku sudah mapan, dan masih tampan. Ingin rasanya kusombongkan pada kakakku, ingin kutunjukkan padanya pilihanku lebih baik dari pilihannya. Jadi orang kaya juga ternyata membuat kita banyak saudara, betul juga kata orang "bila ingin punya saudara banyak, cari uang yang banyak, bila uang sudah banyak, saudara akan datang sendiri," Aku sudah merasakannya.Sepupuku yang selama belasan tahun tak pernah datang, kini datang berkunjung, aku tahu karena suami cerita. Sepupuku itu datang ke kantor perumahan minta keringanan untuk mendapatkan rumah satu unit. Suami yang memang selalu baik, bahkan menurutku terlalu baik membantu sepupuku itu. Rumah kami masih lima puluh persen pembangunannya, suami pilih model ruma
Baca selengkapnya
Pak Abdul Pulang
Hajatan Tetangga#Tetangga_tak_tahu_kami_kayaSore itu suami pulang membawa oleh-oleh, katanya untukku, segera kubuka dan kulihat isinya. Ternyata isinya skincare dengan bebagai merk. "Papah beli ini semua?" tanyaku heran. Maklum, selama hidup aku tak pernah pakai yang namanya skincare. "Iya, Mah, tapi mamah kepingin," jawab suami santai. "Kapan aku bilang kepingin, Pah?" kataku seraya melihat-lihat skincare itu, ada empat set dengan merk yang berbeda. "Maaf, Mah, kemarin aku buka Facebook Mamah, ada empat inbok mau pesan skincare Mamah jawab, "tanya suami dulu, ya," aku setuju, sekalian kubelikan semua.""Idih, Pah, tanya suami dulu itu gak benaran, Pah," "Jadi, apa itu? jangan sungkan bilang bila ada yang Mamah inginkan, dulu Papah memang gak bisa beli, sekarang kan kita kaya, Mah,"Gak tahu lagi aku harus bilang apa, untuk apa skincare sampai empat set begini?  Kapan aku bisa pakai s
Baca selengkapnya
Preman Insyaf Balas Dendam
"Pah, lihat ini, Pah, ada berita heboh," teriakku pada suami.Siang itu aku lagi makan sambil menonton TV. Suami yang lagi di kamar mandi langsung datang. Berita TV adalah seorang tahanan meninggal di dalam sel, kaki dan tangannya patah. "Berita apaan, sih?" tanya suami. "Itu si Erwin ditemukan meninggal di dalam sel," jawabku kemudian. "Wak Abdul," guman suami seraya memegang kepalanya. "Telepon, Pah," Suami lalu mengambil telepon dan langsung ke aplikasi WA, terus melakukan video call dengan Pak Abdul. "Assalamu'alaikum, Wak, Uwak sehat?" kata suami begitu telepon tersambung. Tampak di layar HP Pak Abdul tersenyum. "Alhamdulillah, Sehat, Nak," jawab Pak Abdul. "Lagi di mana, Wak?" tanya suaminya lagi. "Ini, di hotel, ada apa ya, Nak?" tanya Pak Abdul. "Kami khawatir dengan kesehatan, Uwak," jawab suami. "Aku sehat, Alhamdulillah."
Baca selengkapnya
Sumbu Pendek Meledak
Pagi itu tanpa sengaja aku menguping Pak Abdul lagi menelepon. Saat itu masih subuh, aku terbangun mendengar suara Pak Abdul, sementara suami dan anakku masih tidur. Pak Abdul memang menginap lagi di rumah malam itu. "Ambil saja semua pembayaran rumah itu, aku puas cara kerjamu," kata Pak Abdul entah berbicara dengan siapa. "Iya, iya, gunakan semua  koneksi yang ada, jangan ragu kalau masalah dana," kata Pak Abdul lagi. "Setelah ini selesai aku pulang, kuserahkan sama kau dua rumahku, kerjakan dengan rapi," Pak Abdul lanjut menelepon. Aku pura-pura tak mendengar saja, lanjut ke kamar mandi dan cuci piring bekas makan kami tadi malam. Selanjutnya kubangunkan anak dan suami, kami berempat solat subuh berjamaah. Baru Pak Abdul pamit mau mengerjakan sesuatu, begitu katanya. Siang harinya aku dan suami makan di luar, rumah makan padang jadi pilihan suami kali ini, dia memesan gulai kepala ikan kakap. Dia memang suka it
Baca selengkapnya
Ratu Gosip
Hajatan Tetangga#Tetangga_tak_tahu_kami_kayaPov Bu BondanSuamiku yang dulu selalu menurut apa mauku kini mulai bertingkah, dia mulai tak mau dukung aku bila mengghibah, aku benci penolakan.Pagi itu kami bertengkar hebat, masalahnya adalah uang cicilan rumah yang nunggak, dia paksa aku bayar, karena memang uangnya sudah dia berikan. Tadinya aku yakin cicilan akan diputihkan bila kami semua warga komplek kompak tidak bayar. Makanya uang yang diberikan suami kubelikan gamis dan tas branded. Akan tetapi dugaanku keliru, kami tetap harus bayar. Hanya denda yang dihilangkan. Sorenya suami tak pulang, ketika kuhubungi dia tak mau pulang kalau cicilan rumah itu belum beres. Aku harus bagaimana? Uangnya sudah kubelikan tas, sepatu dan gamis baru, bila dijual kembali pun tak akan cukup untuk bayar sampai sudah jalan empat bulan. Solusinya cuma satu, cicilan harus mereka putihkan. Aku akan ajak warga komplek untuk kompak jangan mau baya
Baca selengkapnya
Rumah Baru
Rumah telah selesai seratus persen, tinggal mengisi perabotan. Kami mulai belanja sofa dan tempat tidur. Beberapa truk toko perabotan mulai berdatangan. Ketika truk yang mengangkat springbed terpaksa berhenti di depan rumah Bu Bondan karena menunggu truk lain keluar. Bu Bondan mulai kumat penyakitnya. Dia memarahi supir truk karena parkir depan rumahnya. Aku yang mengawasi penurunan barang sempat mendengar keributan Bu Bondan. "Hei, gak ada otak kau ya, parkir sembarangan di depan rumah orang," kata Bu Bondan. "Maaf, Bu, hanya sebentar tunggu itu keluar, lagian gak nutupi pintu, koq," kata si sopir. "Mentang-mentang beli springbed baru, harus parkir di depan rumah orang, maksudnya apa coba? Pamer, apa lagi," Bu Bondan mengoceh sendiri.Aku hanya tersenyum mendengar ocehan Bu Bondan, aku tahu dia hanya kepanasan melihat springbed merk ternama  itu. Penyakitnya irinya memang belum sembuh. Kasihan juga melihatnya. Apa kami
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234
DMCA.com Protection Status