Semua Bab Pendekar Golok Melasa Kepappang : Bab 21 - Bab 30
140 Bab
Jurus Pisau Setan
Pisau Terbang mulai tak bisa mengendalikan emosi. Mekhanai yang mengetahuinya, dalam hati bersorak. Ia makin bersemangat untuk membuat murka Pisau Terbang. Ia dengan seenak hati mengejek Pisau Terbang. Ucapan Mekhanai makin ngawur."Oh ya Pisau Terbang, kudengar ibumu dulunya pelacur ya? Hahaha...!""Diam kau prajurit sialan! Tak pantas kau sebut kotor ibuku!""Haha...kenapa kau marah anak pelacur? Sekarang bertobatlah kau! Tak pantas kau setua ini masih berbuat dosa!""Tutup mulutmu prajurit ingusan! Tak perlu kau mengajariku! Lebih baik kau berdo'a supaya neraka tak menolak arwah penasaranmu!""Hahaha...tak kebalik? Bukannya mayatmu yang ditolak neraka anak pelacur?""Cukup! Cukup! Hentikan kata-kata kotormu prajurit tengik!"Pisau Terbang makin murka. Siasat Mekhanai berhasil. Pisau Terbang berhasil dibuat tak sadar jika sebenarnya Mekhanai hanya mengulur waktu. Kini Mekhanai merasa lima prajurit yang ia tugaskan sudah sampai. Ia bisa lebih lugas menghadapi Pisau Terbang. Mekhanai
Baca selengkapnya
Badra Tumbang
Tubuh Badra melompat ke udara. Kedua tangannya dibuka lebar. Sejurus kemudian, pedangnya diacungkan ke depan."Ciaaaaat...!"Tubuh Badra menukik cepat ke arah Datuk Lepu. Melihat serangan datang, Datuk Lepu langsung menyilangkan pedangnya di depan dada.Sambil menunggu serangan Badra, Datuk Lepu mengumpat pelan."Brengsek! Prajurit sialan ini mengerti kelemahanku! Ia sama sekali tak memberiku kesempatan untuk menggunakan ilmu racunku!"Serangan yang ditunggu Datuk Lepu tak kunjung datang."Byuuur...!"Tubuh Badra tiba-tiba berbelok. Bukannya langsung menyerang Datuk Lepu, Badra malah menjatuhkan diri ke air dan menyelam. Datuk Lepu sama sekali tak menyangka Badra akan melakukan tindakan itu."Orang gila! Apa sebenarnya rencana prajurit sialan itu?" desis Datuk Lepu.Datuk Lepu langsung mendapat jawaban."Duk...! Duk...!"Perahu yang dinaiki Datuk Lepu dan sisa lima orang prajurit Rajaputra Aruna bergoyang keras.Badra yang sebentar lalu menyelam, berusaha membolongi perahu Datuk Lepu.
Baca selengkapnya
Mekhanai Tertawan
"Trang...! Trang...! Duaaaaar...!"Mekhanai menyerang Datuk Lepu dengan membabi buta. Ia tak lagi menghiraukan pisau yang masih menancap di bahu dan luka lainnya.Setelah benturan pertama yang menimbulkan suara memekakkan telinga, tubuh kedua jagoan itu berjumpalitan dan mendarat dengan ringan di permukaan air.Nasib buruk Badra membuat Mekhanai benar-benar kalap."Ciaaaat....! Mampus kau Datuk melompat menyerang Datuk Lepu!"Belum lagi menarik nafas, prajurit muda Sriwijaya itu kembali meneror Datuk Lepu dengan serangan pedangnya. Datuk Lepu dengan sigap meladeni. Keduanya kembali terlibat dalam duel hebat.Ketika pertarungan Mekhanai dan Datuk Lepu memasuki babak-babak penting, Pendekar Pisau Terbang yang sedang asyik menonton dari atas perahu, dikejutkan oleh teriakan seseorang."Oiii...sobatku! Berkenankah kau mengajakku nonton pertarungan hebat Datuk Lepu dan anjing Sriwijaya bersama-sama?"Pendekar Pisau Terbang langsung menoleh ke asal suara."Rajaputra Aruna!" teriak Pisau Ter
Baca selengkapnya
Delta Kematian
Beribu depa dari pos penjagaan pasukan Sriwijaya yang telah luluh lantak, terjadi kesibukan luar biasa di pos penjagaan pasukan Sriwijaya kedua.Pos penjagaan dua ini lebih dikenal oleh penduduk di sekitar dan para pedagang yang sering melintasinya dengan nama Delta Kematian.Wujud Delta Kematian adalah sebuah daratan di tengah sungai yang terbentuk akibat pengendapan lumpur tanah yang terbawa dari hulu Sungai Komering. Hingga saat ini, tak ada yang tahu pasti sejak kapan terbentuk dan berapa usia Delta Kematian.Daratan setinggi sepuluh meter dengan lebar lima belas meter dan panjang seratus lima puluh meter itu dulunya adalah markas sebuah puak begal sungai Budak Rimba.Sebelum dihabisi oleh prajurit Sriwijaya, puak begal sungai Budak Rimba dikenal kejam dan mematikan. Setiap kapal dagang yang menuju Danau Ranau di hulu atau sebaliknya, harus melewati jalur kekuasaan Puak Budak Rimba ini. Dengan begitu, bagi pedagang yang tetap nekat dapat dikatakan hanya menyetor nyawa saja.Puak B
Baca selengkapnya
Kegelisahan Abinawa
Lima prajurit Sriwijaya yang diutus oleh Mekhanai telah menaiki dataran Delta Kematian. Wajah kelimanya pucat pasi. Bagi mereka berlima seperti tak ada kata istirahat. Begitu sampai di dataran Delta Kematian, Senapati Madya Abinawa langsung menemui mereka di bawah salah satu pokok pohon loa."Bagaimana keadaan kalian prajurit?" tanya Senapati Madya Abinawa pada mereka berlima."Amba Senapati. Kondisi Amba dan teman-teman baik saja Senapati...," jawab salah seorang prajurit yang merupakan pimpinan kelimanya.Abinawa dengan hati-hati menanyai mereka lagi."Siapa yang mengutus kalian berlima kemari? Lalu kenapa wajah kalian begitu pucat?"Kelimanya tak langsung menjawab pertanyaan Abinawa. Mereka saling berpandangan satu sama lain. Baru kemudian, pimpinan mereka menjawab."Amba Senapati. Kami berlima diutus oleh komandan pos penjagaan pertama, Mekhanai.""Aku mengerti! Katakan apa yang terjadi di pos penjagaan pertama?""Pos penjagaan pertama hancur Senapati!" jawab prajurit itu sambil m
Baca selengkapnya
Racun Datuk Lepu dan Penawarnya
"Biarkan aku masuk! Aku bawa pesan penting dari Mekhanai dan Senapati Madya Abinawa!" teriak dua orang prajurit utusan Senapati Madya Abinawa di depan gapura istana Kedatuan Sriwijaya.Langkah keduanya dihadang oleh beberapa orang prajurit jaga.Salah seorang prajurit yang merupakan komandan regu, maju ke depan dua prajurit dari pos penjagaan pertama. Dengan tegas ia tak memberi izin."Maafkan aku tak bisa memberimu jalan! Aku hanya menjalankan perintah! Saat ini Kutaraja Minanga Tamwan dan istana Sriwijaya dalam kondisi darurat! Kami siaga penuh dan tak bisa sembarangan memasukkan siapapun ke istana tanpa izin Pangeran Indrawarman!"Penolakan itu cepat direspon oleh dua prajurit utusan Senapati Madya Abinawa."Kalau begitu, kuminta segera temui Pangeran Indrawarman! Tolong sampaikan pada Pangeran Indrawarman, aku Jali, prajurit utusan Mekhanai dan Senapati Madya Abinawa dari pos penjagaan! Ada pesan yang harus disampaikan langsung pada Beliau!""Kalau itu kepentingan kalian, tunggula
Baca selengkapnya
Telik Sandi Sarpa
Angin pagi bertiup semilir. Suasana tenang meliputi pos penjagaan pertama yang sehari sebelumnya luluh lantak. Di lokasi tak terlihat lagi mayat-mayat pasukan Sriwijaya. Yang tersisa hanya puing-puing bekas gubuk jaga yang gosong terbakar.Setelah berhasil membumihanguskan pos penjagaan pertama, Rajaputra Aruna memutuskan beristirahat semalam di bekas pos penjagaan pertama tersebut.Keputusan Rajaputra Aruna dipengaruhi kemenangan yang baru saja ia dapatkan. Kemenangan atas pos penjagaan pertama pasukan Sriwijaya otomatis menaikkan moral tempur Rajaputra Aruna dan pasukannya.Pagi itu, senyum Rajaputra Aruna terkembang lebar. Betapa tidak, kemenangannya dilengkapi dengan puluhan perahu yang berhasil dirampas dari pasukan Sriwijaya. Belum lagi kedatangan pasukan gelombang terakhir yang dipimpin Senapati Madya Sarpa kemarin sore juga makin menggenapi kebahagiaannya.Kedatangan Sarpa dan ribuan prajurit yang terpaksa menempuh perjalanan darat karena ulah Tandrun Luah yang berhasil membak
Baca selengkapnya
Awal Pertempuran di Delta Kematian
Puluhan perahu bermuatan ribuan prajurit Rajaputra Aruna siang itu melaju dengan kecepatan sedang. Di perahu paling depan, Pendekar Pisau Terbang tampak berdiri dengan gagah. Susul menyusul di belakangnya adalah perahu yang dinaiki oleh Rajaputra Aruna, Datuk Lepu, Senapati Madya, Sarpa, Kacung, dan lainnya."Gonnnnggg...! Gonnnggg...!" bunyi canang yang ditabuh keras berulang kali terdengar sampai ke ujung rawa-rawa.Rajaputra Aruna memang memerintahkan pasukannya untuk memukul canang keras-keras. Tujuannya adalah untuk menggetarkan lawan. Sembari menyatakan dalam bahasa lain bahwa merekalah pemenang pertempuran di pos penjagaan pertama.Rasa percaya diri tinggi dan moral pasukan yang yang terdongkrak akibat kemenangan di pertempuran sebelumnya, menyebabkan Rajaputra Aruna memutuskan menyerang Delta Kematian di siang hari.Keputusan Rajaputra Aruna juga berkait erat dengan racun yang digunakan Datuk Lepu.Efek yang ditimbulkan racun Datuk Lepu memiliki efektivitas berbeda-beda. Terga
Baca selengkapnya
Algojo itu Bernama Manjanik
Dua batu besar yang barusan menimpa kerumunan pasukan Rajaputra Aruna menimbulkan kerugian besar. Lima perahu pasukan Rajaputra Aruna langsung tumpas dan tenggelam bersama penumpangnya.Belum lagi Rajaputra Aruna dan Pisau Terbang sempat berpikir dan mengatur pasukan, lagi-lagi terdengar hantaman dua batu yang lain."Bummm..! Bummm..! Brak! Brak!"Lagi-lagi juga lima perahu dan ratusan prajurit jadi korban keganasan batu-batu besar pasukan Sriwijaya."Biadaaab...! Senjata macam apa ini?" Rajaputra Aruna marah dan bingung jadi satu. Seumur hidup, baru sekarang ia melihat batu-batu sebesar kepala kerbau bisa terbang terlontar seperti anak panah.Kerusakan yang ditimbulkan peluru batu manjanik terhadap pasukan Raputra Aruna sangat besar. Belum sampai setengah perjalanan dari mula-mula mereka diserang dengan hujan anak panah, sudah separuh lebih perahu pasukan Rajaputra Aruna tumpas. Celakanya, perahu-perahu itu tumpas bersama ratusan pasukan yang menaikinya. Ratusan prajurit lain yang ma
Baca selengkapnya
Golok Melasa Kepappang Hilang!
Siang mulai bergeser sore. Sinar matahari sudah bergeser tiga perempat ke arah barat. Sesekali masih terdengar nyaring suara burung elang yang berputar-putar di atas Kutaraja Minanga Tamwan.Saat itu suasana Kutara Minanga Tamwan hari itu mendadak sunyi.Jalan-jalan poros Minanga Tamwan yang biasa dipenuhi oleh pejalan kaki baik mereka yang berprofesi sebagai petani, pedagang, pegawai kerajaan atau mereka yang sekedar bersantai, kini sama sekali tampak. Yang ada hanya regu-regu prajurit Sriwijaya dalam kondisi siap tempur.Begitu juga dengan kedai-kedai minuman yang biasa ramai dikunjungi para lelaki. Kedai-kedai tersebut sejak pagi telah menutup pintu rapat-rapat. Suasana mencekam menguasai Kutaraja Minanga Tamwan.Tak jauh dari istana Sriwijaya, puluhan perahu yang datang dari hilir terlihat menepi di dermaga pelabuhan Sungai Komering. Dari lambungnya perahu-perahu itu menurunkan ratusan prajurit. Seorang senapati madya memimpin mereka. Ia terlihat menggenggam sebuah golok besar. M
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
14
DMCA.com Protection Status