Semua Bab Ternoda sebelum Malam Pertama : Bab 21 - Bab 30
268 Bab
Aku Bukan Pezina
"Siapa sih, ini?" Sementara aku memegang map dan bolpoin mencatat nama latin tumbuhan yang berjejer di depan, seseorang menutup mata dengan dua tapak tangannya dari belakang.Aku sebenarnya mengenal bau maskulin yang berasal dari tubuhnya. Tubuh pria yang selalu kurindukan setiap waktu."Coba tebak!" Fay bicara dengan mengecilkan suara menyerupai perempuan. Aku tertawa karenanya."Kalau bener dikasih apa?" candaku yang senang, akhirnya setelah seminggu tak bertemu, ia datang memberi kejutan."Semua yang Mbak mau, cintaku, uangku juga tubuhku. Ambil saja!"Tawaku seketika reda. Kulepas tangan Fay dari mataku. Kutatap tajam ke arah pria itu."Tubuh?"Fay menaikkan satu sudut bibirnya."Apa lagi? Bahkan demi kamu kakak rela mati.""Nggak lucu!" Aku melewatinya. Mencari tanaman lain untuk kutulis dalam laporan."Ini kah sambutan atas kerinduanku yang menggunung?" Fay merentangkan dua tangan.Aku melirik sebentar. Lalu kembali sibuk dengan tugas."Hem?!" Fay menggerakkan dua tangan."Huf
Baca selengkapnya
Menghancurkan atau Dihancurkan
"Li, kebaikan apa pun yang Fay tampakkan jangan mempercayainya. Saat ini antara kamu dan Fay hanya 'MENGHANCURKAN ATAU DIHANCURKAN.'" Ibu kini mewanti-wanti."Ya, Bu.""Apa kamu sudah tidur, Li? Maaf jika Ibu mengganggu.""Hem?" Aku kembali melirik jam dinding. Lalu menyamakan waktu yang ada di ponsel. Benar jam 03.18. Kenapa Ibu tanya begitu? Apa Ibu bergadang?"Ya, sudah. Li tidurlah. Ingat pesan Ibu, jangan terperdaya oleh sikap Fay, dan lekaslah pulang ke Indonesia. Assalamualaikum.""Waalaikumsalam," jawabku pelan. Ucapan Ibu seolah terpatri dalam ingatan, kalimatnya sama persis yang Shinta ucapkan dulu padaku.Hari itu ia berlari terengah menghampiri. "Li ... Lo harus tau seperti apa Fay!"Dahiku mengerut seketika. Baru juga datang, Shinta seperti orang kesurupan yang bicara ngelantur."Lo kenapa, sih, Shin? Lo habis nyabu lagi, ya?""Nggak. Beneran deh. Aku lihat sendiri, Fay bareng Doddy sekarang." Shinta bersikeras menceritakan apa yang dilihatnya."Udah, deh. Gue tau lo dend
Baca selengkapnya
Waspada
Kutatap punggung dua pria yang tengah bicara di sofa. Wajah mereka begitu serius. Sesekali Gus membuang pandang ke arah lain, seolah beban datang tiba-tiba.Ya Rabb. Hamba pasrah .... Mungkinkah Gus akan langsung percaya pada Fay --jika lelaki itu buka suara-- sebelum memastikannya padaku?Kini pikiranku mengembara ke mana-mana. Mengingat banyak hal yang telah kulalui, yang menjadi sebab hingga aku ada di titik ini."Li!" Suara Shinta menyentak."Ya?" Antara terkejut dan bingung apa yang harus kuperbuat."Ambil keputusan sekarang. Semua ini demi masa depanmu! Dia bukan pria biasa, Li." Shinta kembali bicara memperingatkan."Tap-tapi Shin. Aku mencintainya.""Li. Lihat aku?" Shinta memegang dua pundakku dan memutar ke arahnya hingga kami bertatapan."Kamu punya masa depan. Kamu punya keluarga, kan? Apa jadinya jika kamu hancur terkurung bersama pria sepertinya?" tanya gadis yang mengenakan jaket levis dengan menajamkan mata."Kalau dia gantung diri seperti kata teman-temannya?""Heh!"
Baca selengkapnya
Kehancuran Fay
Ponsel bergetar, pertanda sebuah pesan kembali masuk. Aku malas membukanya. Karena baru saja mendapat pesan dari Fay.Namun, setelahnya kembali bergetar beberapa kali. Karena merasa terganggu aku pun membukanya. Sementara Gus masih sibuk membidik sesuatu di luar sana.[Li, maaf aku tak bisa melepasmu][Li, lambat laun Ubed akan tau][Jangan menghindariku, karena semakin kamu menghindar aku akan semakin mendekat.][Aku tidak mau berpisah dari anakku, Li]Pesan-pesan sialan itu menambah kegelisahan. Ini lah konsekuensi yang harus kuterima karena memilih bungkam. Dihantui rasa bersalah dan takut kejadian itu akan bocor untuk kemudian membuat Gus Bed benar-benar membenciku.Yah, setiap pilihan ada konsekuensi yang harus ditanggung. Itu adalah keniscayaan. Tidak ada gunanya mengeluh? Aku akan mengahadapinya dengan segenap kekuatan yang kupunya.[Bagus Li] Kutatap nanar pesan yang baru saja masuk. Mungkin Fay melihat centang biru, hingga merasa tak diabaikan.Aku mendesah lelah.Netra ini
Baca selengkapnya
Menggugurkan Kandungan
"Ta-tapi Bu. Bagaimana kalau Gus Bed tau? Dia pasti akan sangat ...." tanyaku gugup. Yah, meski ada benarnya. Ini keputusan berat. Kenyataannya ini harga sebuah nyawa.Bagaimana jika kelak hari kiamat anak itu datang bertanya dan meminta tanggung jawabku."Kenapa harus tau, Li? Kamu tinggal bilang, kalau ternyata tes pack yang kamu gunakan tidak bekerja dengan benar. Dan sekarang sedang memperoleh haid. Biar ibu yang bilang pada Bed, agar kamu tinggal di sini sementara waktu, jadi dia tidak akan melihatmu mengerjakan sholat dan pekerjaan lain yang diharamkan ketika haid."Ibu menjelaskan dengan gamblang.Aku mendesah panjang. Apa ini cukup jadi hujjahku kelak di akhirat? Untuk mempertahankan pernikahan suci kami dan menghindari kerancuan nasab.Terlalu lama bicara pada Ibu, aku lupa harus segera kembali ke kamar. Menyiapkan pakaian Gus yang tengah mandi."Ya, sudah Bu. Atur saja, lah. Li ke kamar Li dulu.""Ya, Nduk. Nanti malam saja mau tidur kamu minum obat penggugurnya, ya. Indra s
Baca selengkapnya
Kelahiran Seorang Bayi
Moodku benar-benar buruk pagi ini. Salah seorang abdi dalem bercerita bahwa Raudah mengajar di salah satu kelas di pesantren puteri. Kuharap dia tak punya motif lain selain pekerjaan. Tidak mengajar saja beberapa kali aku melihatnya di dapur Abah Yai, apalagi nanti saat resmi jadi guru, bisa tiap hari dia mampir ke rumah kami.Ah, kenapa sih mantannya Gus harus secantik dia? Kenapa tak berwajah biasa seperti Mbak Sri, abdi dalem yang dipercayai Umi Aisyah. Atau seperti Ustazah Maya yang sampai sekarang masih single? Kenapa harus secantik Raudah? Itu sangat menyiksa untukku. Semoga ini bukan pertanda buruk. Astagfirullah ....Aku takut pertemuan intensnya dengan Gus di pesantren, meski hanya berpapasan akan menumbuhkan kembali benih cinta di hati Gus Bed yang pernah mati. Gusti, aku tak kuat menanggung rasa cemburu ini.Melangkah ke luar kampus, kukirim pesan singkat untuk Gus, memberi tahu aku pergi ke rumah Ibu. [Bang, adek mampir rumah Ibu] kukirim pesan tersebut.Padahal meski t
Baca selengkapnya
Bapak Biologis
"Apa masih sangat sakit?" Gus bertanya panik. Apa yang bisa kuucapkan? Kenyataannya pinggul ini rasanya dipukul benda besar yang membuatnya begitu nyeri."Jika kontraksi melahirkan harusnya itu hal wajar," celetuk Fay menimpali ucapan suami."Tidak. Semoga bukan itu sebabnya. Usia kandungannya masih lima bulan." Gus menggeleng. Menepis pernyataan Fay yang sepertinya membuatnya takut."Yah, semoga." Fay mendesah.Apa maksud Fay? Apa dia sangat yakin yang kualami adalah kontraksi? Apa dia berniat menyiksa mentalku sekarang?Karena Shinta bilang, itu bisa saja kontraksi kelahiran terjadi dengan banyaknya faktor terutama saat stres, lelah dan tertekan.Ya Tuhan, Shinta ... aku terlupakan sesuatu."Bang, ke klinik Shinta saja." Pintaku sambil menahan sakit.Gawat jika ke rumah sakit, dokter di sana akan langsung tahu janin yang kukandung berusia tujuh bulan. Dengan begitu semua orang juga pasti akan tahu, terutama Fay."Em, sepertinya tidak sempat. Ke klinik Shinta paling nggak perlu waktu
Baca selengkapnya
Benci pada Bayi
Bukan hanya bayangan indah bersama Gus Bed muncul, bayangan Fay pun menyusup dalam ingatan."Jadi apa yang sebenarnya terjadi?" tanyaku pada Fay dengan menyilang di dada. Menandai bahwa sekarang posisiku ada di atasnya.Pria itu terdiam beberapa saat, kala kutanya perihal kebenaran, yang menurutnya fitnah dari Shinta untuknya.Walau bagaimana kami sudah punya komitmen. Hubungan yang sehat itu mendengar dari dua arah. Mengenyampingkan provokatif dari luar agar ikatan cinta tetap terjaga. Sudah cukup aku mendiamkan dan menghindarinya selama dua hari. Segalanya perlu diselesaikan.Pacaran hampir tiga tahun, bukanlah perkara mudah untuk putus begitu saja. Apalagi Fay makin hari membuatku semakin mencintainya, hingga kejadian tempo hari yang membuatku goyah lagi .... setelah sikapnya progresif sejak pulang dari Belanda. Katanya dia tak ingin terjadi sesuatu padaku dan tak mau memberi kesempatan pria lain menyentuhku."Em, hari itu Doddy minta bantuan kakak.""Hem. Lalu?" Mataku menyipit.
Baca selengkapnya
Awal Mala Petaka
"Bed, aku lihat mantanmu sering berkeliaran di pesantren. Apa itu tidak menyakiti hati istrimu?" tanya Kang Fay padaku yang tengah menatap setiap mobil yang datang, untuk disambut.Pertanyaan itu membuat kepala menoleh seketika. Hingga pandangan kami bertemu.Tak dipungkiri, sebagai lelaki normal, setiap kali melihat sosok Raudah mengingatkan pada kejadian masa lalu yang kami lalui bersama. Dari sekadar hal manis sampai pahit sekali pun. Itu lah kenapa sebisa mungkin aku menghindar bertemu dengannya. Namun, entah kenapa pihak pesantren malah memanggilnya untuk mengajar? Prediksiku, mungkin mereka pikir karena aku sudah menikah, dan kami sudah sama-sama move on terhadap masa lalu."Lalu, Kang Fay sendiri? Apa menurut Kang Fay keberadaan njenengan tidak membuatku sakit hati?" Aku bertanya dengan nada datar."Haha. Ayolah, laki-laki dan perempuan itu punya porsi berbeda. Perasaan perempuan lebih sensitif, Bed. Lagian kalau aku kan sudah berusaha keras menjauh dari kalian." Kini Kang Fay
Baca selengkapnya
Hukuman untuk Pezina
"Bagaimana kabarmu sekarang, Fay?" Dokter itu bicara seolah adalah sahabat bagiku."Aku hancur.""Hancur? Kenapa? Kamu gagal bertemu dengannya?"Aku mengangguk kecewa. "Bukan hanya tak bertemu, dia pergi ke luar negeri mengambil S2-nya.""Wah, itu bukan kabar buruk, Fay!" Pria yang mengenakan pakaian kasual itu menopang dagu nya dengan kedua tangan di meja. Aku yang menunduk lemah lantaran tak punya semangat hidup lagi karena kepergian Lian, sontak mendongak. Menatap Dokter Jack penuh tanya.Ya, aku sempat sangat bersemangat. Setelah setahun berjuang keras melawan depresi dengan terapi. Begitu ke Indonesia dan mencari ke rumahnya, wanita itu tengah ke Malaysia. Tadinya, kupikir dia menghindariku. Namun, Dokter Jack mengubah pemikiran tersebut."Kalau begitu kamu harus lebih keras mensejajarinya. Ini kesempatanmu, Fay. Selama dia mengambil program S2-nya kamu juga punya kesempatan berjuang keras dan menyelesaikan studimu.""Begitu kah, Dok?"Dokter Jack tersenyum tipis. "Berjuang lah
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
27
DMCA.com Protection Status