Semua Bab Derita Suami Mandul: Bab 21 - Bab 30
96 Bab
Jaka dan Fatimah Saling fiam
Jaka bukan pria tidak punya etika, dia tidak ingin melabrak Angga dan Fatimah. Selain mempertimbangkan nama baik dia dan Fatimah tercemar, dia takut Fatimah mengungkit kekurangannnya. Jaka belum siap jika harus kehilangan Fatimah. Dia tidak ingin kehilangan wanita yang dia cintai. "Om, makannya sudah selesai. Kita pulang, ya?" tanya Jonathan. "Iya, Om juga mau lanjut kerja," jawab Jaka. Saat hendak pulang, Di parkiran Jonathan malah mendekati Shaka. Rupanya dua anak itu saling kenal. "Shaka," panggil Jonathan. "Jonathan, kamu makan siang di sini juga?" tanya Shaka. "Kenalkan ini Mama dan Papa aku," kata Shaka memperkenalkan Fatimah dan Angga. Fatimah terkejut, anak kecil di depannya adalah anak Yunita Bos Jaka. Itu tandanya Yunita ada di resto ini. Jaka sudah masuk ke mobil dan segera pergi. "Jonathan ke sini sama siapa?" tanya Fatimah. "Sama Baby sitter aku," jawab Jonathan. Dia masih ingat betul bahwa wanita di depannya adalah ist
Baca selengkapnya
Dosa kedua
Entah pukul berapa, Jaka memutuskan untuk pulang. Dia berusaha untuk melupakan masalahnya sejenak. Namun, dia kembali teringat semua saat kembalin ke rumah Fatimah. Jaka melihat Fatimah tengah tertidur pulas. Kali ini dia memakai baju tidur yang agak tipis. Ada rasa ingin menyentuh istrinya, tetapi Jaka teringat kembali pada sikap dingin Fatimah. Jaka tidur, dia bangun entah pukul berapa. Sengaja hari ini dia berangkat pagi sekali. Dia menghindari Fatimah dan keluarganya. "Jaka, belum masak kok udah pergi!" teriak Aminah saat melihat Jaka sudah naik mobil. "Bu Aminah, kok Jaka disuruh masak. Apa benar kata orang-orang kalau Jaka sekarang dijadikan pembantu?" tanya Bu Umi yang sedang lewat. "Punya menantu harus dimanfaatkan daripada sewa pembantu mahal," jawab Aminah ketus. "Tapi Jaka kan laki-laki, Bu. Kok disuruh masak sih. Kasihan dia dong!" ujar Bu Umi. "Jangan ikut campur, suka-suka gue." Aminah masuk ke dalam rumah dan mengomel karena Jaka meni
Baca selengkapnya
Merindukan Nafkah Batin
Sampai di rumah Fatimah tidak berani menceritakan kejadian tadi pada Aminah. Dia tidak mau jika Aminah malah menemui Verawati. "Sudah pulang? Tadi Jaka pulang ke rumah, dia tahu kamu tidak ada tetapi hanya diam saja," kata Aminah. "Biarkan saja, Bu. Aku mau mandi," ucap Fatimah. "Bagaimana? Kamu sudah melakukannya dengan Angga? Kok pulang-pulang mandi?" tanya Aminah setengah menggoda Fatimah. "Aku gerah, Bu. Angga gak bisa antar tadi," jawab Fatimah. "Sudah aku mau mandi," kata Fatimah lalu masuk ke kamarnya. Aminah tampak tahu jika Fatimah dan Angga telah melakukannya. Aminah senang, dia akan punya cucu.** Jaka pulang, dia membawa pekerjaannya ke rumah. Aminah menuruhnya untuk ke dapur namun Jaka menolak. "Aku tidak mau, Bu. Kalau Ibu dan Fatimah keberatan aku akan cari pembantu," tolak Jaka. "Mas, kenapa harus cari pembantu? Kita kan bisa mengerjakannya," bantah Fatimah. "Sekarang Mas masak buat makan malam, lalu nyetrika," ucap Fatimah
Baca selengkapnya
Menolak Memberi Nafkah Batin
Yunita menatap Jaka dan Rudi bergantian. Sepertinya dia heran karena Rudi terdiam setelah dia datang. "Apa yang kalian bicarakan? Kenapa kalian datang setelah aku datang?" tanya Yunita. "Tidak, Bu. Hanya gurauan saja," jawab Jaka. "Oh ya Pak Jaka, laporannya sudah selesai? Saya mau lihat hari ini," kata Yunita. "Baru mau saya print, Bu. Nanti saya antar ke ruangan Ibu," ucap Jaka. "Baiklah, saya tunggu," kata Yunita lalu keluar dari ruangan Jaka. Rudi merasa lega, Yunita tidak dengar. Rudi kembali ke mejanya, pekerjaannya menanti. Jaka hanya tersenyum, melihat tingkah sahabatnya itu.** Rani asyik mengobrol dengan Fatimah dan Aminah. Mereka sedang membahas tas model baru. Entah sejak kapan, Fatimah suka mengobrol. Biasanya wanita itu suka sekali sibuk di kamar atau dapur. "Fatimah, kamu gugat saja Jaka, lalu nikah sama Angga," kata Rani. "Nggak bisa, Mbak. Mas Jaka yang harus ceraikan aku," kata Fatimah. "Lagian Ibu Mas Angga nggak suka
Baca selengkapnya
Jangan Siksa Hatiku!
Dengan berat hati Jaka meninggalkan kamar dan duduk di ruang tamu. Tidak berapa lama, Angga dan Fatimah muncul. "Duduklah!" perintah Jaka. "Kita bicarakan dan selesaikan semua sekarang," ucap Jaka. Mereka duduk berdampingan, seperti dua orang yang akan di sidang. Mereka tertunduk, namun masih diam. "Sejak kapan kalian melakukannya?" tanya Jaka. "Sudah beberapa minggu ini," jawab Angga. "Angga, apa kamu mencintai Fatimah?" tanya Jaka. Ada rasa sakit saat menanyakan hal itu pada Angga. "Ya, aku sangat mencintai dia. Jaka dia ingin punya anak, jadi tolong jangan kekang dia," jawab Angga. "Kekang? Aku tidak mengekangnya." Jaka menjawab sinis. "Fatimah, apa kamu mencintai Angga?" tanya Jaka pandangannya tertuju pada Fatimah. Dia hanya diam, tidak ada jawaban dari mulutnya. Jaka masih sabar menunggu jawaban. "Kenapa diam? Apa kalian melakukannya karena sama-sama suka? Atau karena hanya ingin punya anak?" tanya Jaka lagi. "Mas, tolong jan
Baca selengkapnya
Ketahuan Jadi Babu
Jaka mendekati Yanti, namun wanita itu sudah emosi. Dia ingin tahu jawaban Fatimah. Namun, fatimah hanya diam saja. Yanti menarik Fatimah ke ruang tamu. Dia menjatuhkan Fatimah di sofa dimana Aminah san Rani berada. "Apa selama ini kalian menyuruh Jaka memasak?" tanya Yanti pada Rani dan juga Aminah bergantian. "Iya, Memangnya kenapa? Anakmu di sini hanya sebagai babu, bukan menantu. Sebab apa? Anak kamu mandul," jawab Rani. "Mbak," cegah Fatimah namun semua sudah keluar dari mulut Rani. "Fatimah, sekarang kita sudah ketahuan oleh Ibunya. Jadi untuk apa kita berbohong? Kita lebih baik jujur pada mereka, biar mereka sadar diri," kata Rani. "Kalian tega," ucap Yanti. "Apa benar Jaka, kalau kamu mandul?" tanya Yanti. "Benar, Bu." Jaka sengaja jujur karena semua sudah ketahuan. "Meskipun dia mandul, tapi tidak sepantasnya kalian perlakuan dia seperti itu," bantah Yanti. "Bu, kita ajak Kak Jaka ke rumah saja," kata Rosi. "Kasihan dia k
Baca selengkapnya
Permintaan Seorang Ibu
Hasan menyeret Rani, dia sangat marah pada Rani. Hasan geram dengan Rani yang nggak mau urus anak dan rumah. "Rani kita cerai saja!" teriak Hasan. "Oke kamu kira aku takut, tapi kamu bawa Ahmad. Aku tidak mau dia ikut aku," bentak Rani. Santo dan Aminah hanya menggeleng, dua anak perempuannya akan menjadi janda secara bersamaan. "Hasan tolong dibicarakan baik-baik dulu," bujuk Santo. "Tidak, Pak. Saya sudah bulat menceraikan Rani. Dia wanita nggak becus ngurus suami sama anak," jawab Hasan. Hasan pulang ke rumah, dia memasukkan semua baju milik Rani dan mengantarnya ke rumah Aminah. "Nih baju kamu, kalau ada yang ketinggalan ambil sendiri," ucap Hasan lalu pergi. Sementara Ahmad tinggal di rumah Sugito. Di sana ada adik dan Ibu Hasan yang siap merawat Ahmad. Mereka sebelumnya sudah sepekat jika Hasan menceraikan Rani termasuk Ahmad. Anak itu sudah enggan bertemu Ibunya. Rani bukan bersedih, malah dia senang. Dia berencana menggaet pria
Baca selengkapnya
Mengajukan Gugatan cerai
Setelah berpikir matang-matang, Jaka memutuskan untuk menceraikan Fatimah. Itu di sambut baik Oleh keluarga Fatimah. Hal yang mereka harapkan akan terkabulkan. "Jaka, kamu yakin dengan keputusanmu?" tanya Yanti yang masih berharap Jaka dan Fatimah bersatu. "Memang itu jalan terbaik, Bu. Biarkan mereka bercerai, aku tidak rela jika anakku dihina seperti itu," ucap Lukman. "Iya, aku setuju. Lagi pula Fatimah sudah tidak menghargai kamu, Kak," sahut Rosi. Yanti mengalah, dia pasrah karena tidak ada yang mendukungnya. Yanti berharap Jaka tidak akan menyesal. Malam itu, Jaka ke rumah Fatimah. Dia akan meminta surat nikah untuk mengajukan gugatan cerai ke pengadilan. "Mas, kamu yakin?" tanya Fatimah. "Sudah sebulan lebih aku kamu hianati, jadi aku sudah putuskan untuk menggugat cerai kamu. Bukankah itu maumu? Agar kamu bebas bersama Angga?" tanya Jaka. "Fatimah, biarkan saja. Kita tidak butuh dia lagi. Biarkan saja dia menggugat kamu. Berikan
Baca selengkapnya
Fatimah Hamil
Jaka ke rumah Fatimah, dia ingin memastikan apa yang dikatakan Fatimah tadi benar atau tidak. Sampai di sana, Aminah malah melarang Jaka bertemu Fatimah. "Anak itu bukan anak kamu, jadi kamu nggak ada hak untuk menyentuh," ucap Aminah. "Bu, biar bagaimanapun aku masih istri Mas Jaka. Biar dia tahu kebenarannya," kata Fatimah. Fatimah menunjukkan tespack yang ada garis duanya. Fatimah benar-benar hamil. "Mas, aku sudah hamil. Bagaimana kalau kita rujuk? Anggap anak ini adalah anakmu," ucap Fatimah. "Semudah itu kamu mengatakan itu? Kalau pun anak itu lahir belum tentu kamu dan Angga tidak berhubungan lagi." Jaka masih belum bisa menerima. Meskipun perceraian di tunda, Jaka enggan rujuk dengan Fatimah. Namun, Fatimah terus membujuk Jaka. Bahkan Fatimah meminta pada Yanti untuk membujuk Jaka menerima anak yang dikandung Fatimah. "Jaka, kamu jangan egois. Fatimah memang hamil bukan anak kamu. Apa tidak sebaiknya kalian rujuk saja," kaya Yanti malam
Baca selengkapnya
Rencana Jaka
Angga membawa Fatimah ke rumah sakit. Dokter bilang, Fatimah hanya sedikit stres. Dokter memyarankan agar Fatimah tidak terlalu stres karena bisa membahayakan kandungannya. "Fatimah, kamu dengar kan, apa kata Dokter tadi. Kamu tidak boleh stres. Kamu jangan memikirkan apa kata orang, yang terpenting adalah kesehatan kamu dan bayi yang ada dalam perutmu," kata Angga. Akhir-akhir ini, Fatimah terganggu dengan gunjingan tetangga. Bahkan mereka terang-terangan berbicara di depan Fatimah. Selain itu, dia juga merindukan Jaka. Namun, Jaka sudah tidak peduli lagi dengannya. Setelah menebus obat, Fatimah pulang bersama Angga. Sampai di rumah, dia istirahat. "Bu, Pak, Jaga Fatimah! Jangan biarkan dia stres. Tadi dia sempat pingsan karena bertengkar dengan adiknya Jaka. Aku membawanya ke rumah sakit, kata Dokter dia Stres. Wanita hamil tidak boleh stres nanti berakibat fatal pada janinnya," tutur Angga. Santo dan Aminah mengangguk, "Kamu tenang saja, dia akan kam
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
10
DMCA.com Protection Status