Semua Bab PERAWAN TUMBAL PESUGIHAN PANGERAN DAYU: Bab 31 - Bab 40
122 Bab
BAB 31 SUARA PANGERAN DAYU
“Tidak usah banyak bertanya, sekarang kita harus pergi dari tempat ini dulu,” jawab Aryo sambil menarik tanganku untuk pergi.Kami berdua akhirnya meninggalkan tempat itu, dan suara itu masih saja terdengar. Karena aku tidak bisa menoleh ke belakang, aku akhirnya hanya mengikuti langkah Aryo yang ada di depanku.Kami terus saja berjalan sampai kami tidak mendengar suara itu lagi, dan tanpa kami sadari kami sudah berlari cukup lama, dan yang kami rasakan saat ini hanya lelah dan ingin beristirahat.“Itu tadi memangnya suara apa, Aryo? Mengapa terdengar seperti suara desis ular, tapi bila itu memang desis ular mengapa suaranya bisa sangat nyaring seperti itu dan tidak seperti desis ular pada umumnya?”“Apa kamu benar-benar tidak tahu itu suara apa, Ajeng?”Aku hanya menggeleng menjawab pertanyaan Aryo, dan pria itu kemudian mengubah posisi duduknya menghadapku, dan menghela napas beberapa kali sebelum mengatakannya.“Itu tadi adalah suara Pangeran Dayu, Ajeng.”“Apa?” ucapku terkejut se
Baca selengkapnya
BAB 32 ARYO PERGI
Aku yang takut terjadi sesuatu pada Aryo kemudian berteriak memanggil lagi pria itu, namun aku masih tidak dapat mendengar derap langkah atau suaranya.Andai saja aku bisa menoleh ke belakang, pasti aku bisa mencari keberadaanya saat ini. Apa mungkin dia?Aku yang sudah binggung harus bagaimana, akhirnya memilih untuk meninggalkan pria itu karena perutku kini sudah bertambah lapar. Tapi baru saja aku melangkah, tiba-tiba sebuah tangan mengejutkanku.“Aryo!” bentakku.Aku yang masih terkejut dengan apa yang Aryo lakukan kemudian menarik tangannya hingga dia terjatuh di depanku, dan buah-buahan yang dipegangnya pun jatuh berserakan.“Lihat apa yang kamu lakukan, Ajeng!” bentak Aryo sambil memungut buah-buahan yang terjatuh tadi.“Memangnya apa yang sudah aku lakukan? Bukankah kamu yang memulai duluan!”“Apa katamu? Aku yang memulai duluan?”“Iya, kamu!” jawabku sewot.Sebenarnya aku tidak ingin berdebat dengan Aryo, tapi pria ini benar-benar membuatku kesal. Tapi semua itu ternyata tida
Baca selengkapnya
BAB 33 SUARA IBU
Mendengar suara ibu membuatku menghentikan langkahku. Aku tidak tahu itu benar suara ibu atau hanya hembusan angin saja yang miri dengan suara ibu.“Ajeng, kemari nak. Ibu ada di sini,” terdengar suara yang mirip dengan suara ibu lagi, dan suara itu terdengar tepat di belakangku.Aku yang sangat merindukan ibu, tanpa aku sadari langsung bergerak untuk menemui ibu. Tapi baru saja aku akan berbalik, tiba-tiba pesan akik terlintas dalam ingatanku, dan aku langsung mengurungkan niatku.“Ada apa, Ajeng? Kenapa kamu membelakangi ibu, apa kamu tidak merindukan ibu, Nak?”Aku yang masih dapat mendengar suara ibu lalu menutup telingaku, agar aku tidak mendengarnya lagi. Tapi suara ibu masih saja terdengar, dan ibu terus saja berbicara agar aku ikut dengannya.Karena tidak ingin terpaku dengan suara ibu, aku akhirnya melangkah sambil menutu telingaku. Tapi hembusan angin dari arah depan tiba-tiba semakin kencang, hingga hampir membuatku terpental.Bersamaan angin itu menghantam tubuhku, aku men
Baca selengkapnya
BAB 34 AKIK KEMBALI PULIH
“Ni, akik!” teriakku memanggil Ni Imah yang ada di luar gubuk.Aku tidak tahu harus berkata apa ketika melihat tangan akik yang tiba-tiba saja bergerak memegang tanganku. Bahkan tanpa aku sadari, air mataku sampai menetes ke pipiku ketika akik perlahan-lahan membuka matanya.“A –ada apa dengan akik, Nak Ajeng?” tanya Ni Imah dengan napas yang terengah-engah.“Akik, Ni.” Jawabku sambil menatap Ni Imah kemudian menatap akik kembali.“A –akik,” ucap Ni Imah sambil memegang tangan suaminya.Air mata wanita tua itu pun ikut jatuh ketika memegang tangan suaminya yang kini sudah membuka matanya, dan akik kemudian menatap istrinya.Sebuah pemandangan yang tak bisa aku ungkapkan dengan kata-kata untuk saat ini, dan aku pun ikut menangis lagi melihat akik dan ninik seperti itu.Karena tidak ingin mengganggu mereka berdua, aku kemudian memutuskan untuk keluar guguk untuk menghirup udara segar dan menenangkan diriku.Ketika aku sedang duduk di luar dan menikmati suasana saat ini, entah mengapa ti
Baca selengkapnya
BAB 35 APA INI ULAH PANGERAN DAYU?
Aku yang masih menatap apa yang sedang terjadi di depanku hanya bisa terpaku, dan tak lama tubuhku seperti ditarik dan dibawa masuk ke dalam gubuk.“Nak Ajeng, apa Nak Ajeng baik-baik saja?” tegur Ni Imah, tapi aku hanya bisa membeku dan menatap lurus ke depan, “Nak Ajeng!” panggil Ni Imah mengejutkanku.“I –iya, Ni. I –itu tadi?” jawabku masih sambil menatap dan menunjuk ke arah pintu.“Tidak usah di pikirkan, Nak Ajeng. Sekarang lebih baik kita mendekat ke akik saja.”Ni Imah kemudian menuju suaminya dan duduk di sampingnya, dan aku pun mengikutinya.Ketika aku baru saja akan duduk, tiba-tiba gubuk ini bergerak-gerak dan berbunyi seperti akan roboh, dan aku juga mendengar suara yang pernah aku dengar di hutan bersama Aryo dulu.“Ni, apa itu suara—.”“Jangan membahasnya, Nak Ajeng. Sekarang lebih baik Nak Ajeng duduk dan kita berdoa bersama,” sela Ni Imah.Setelah mengatakan hal itu, Ni Imah kemudian memejamkan matanya dan meletakkan kedua tangannya di depan dada seperti orang yang s
Baca selengkapnya
BAB 36 GIGITAN ULAR
“Ada apa, Nak Ajeng. Ada apa dengan kaki Nak Ajeng?” tanya Ni Imah sambil memeriksa kakiku.“Itu, Ni. Ada luka di kaki Ajeng, dan itu seperti luka gigitan ular,” jawabku sambil menunjuk luka yang ada di kaki kiri dan kananku.Ni Imah hanya diam sambil memeriksa kembali kakiku, dan wanita tua itu lalu keluar dan tak lama kembali sambil membawa mangkuk yang tidak aku ketahui apa isinya.“Apa itu, Ni?” tanyaku penasaran.“Ini hanya obat, Nak Ajeng.” Jawab Ni Imah.Ni Imah kemudian mengusapkan apa yang dia bawa ke kedua kakiku. Bila dilihat dari warnanya, obat itu terlihat seperti terbuat dari daun-daunan. Bahkan kakiku terasa dingin ketika ninik mengusapkannya, dan rasa sakit tadi ketika aku gerakan kakiku juga berangsur-angsur berkurang.“Apa luka di kaki Ajeng itu memang bekas gigitan ular?”“Iya, Nak Ajeng. Tapi luka Nak Ajeng sudah tidak berbahaya. Karena racun dari ular itu sudah di keluarkan oleh akik.”“Akik? Apa akik yang mengeluarkan bisa ular-ular itu, Ni?” tanyaku tidak percay
Baca selengkapnya
BAB 37 MENGAMBIL KEPUTUSAN
Ki Joko dan Ni Imah saling menatap sebelum Ki Joko menjawab apa yang aku tanyakan, dan pria tua itu kemudian berdiri dan mengambil sesuatu yang membuatku melebarkan mataku.“Apa Nak Ajeng tahu untuk apa akik meminta Nak Ajeng untuk mengambil bunga ini?” tanya Ki Joko sambil menunjukkan bunga anggrek hitam yang kini ada di tangannya.“Bukankah bunga itu untuk obat akik? Karena bunga itu akik akhirnya sembuh.”“Bukan karena bunga ini akik sembuh, Nak Ajeng. Tapi karena Nak Ajeng yang membuat akik sembuh.”“Ma –maksud, Akik? Ajeng tidak mengerti, Ki. Mengapa Ajeng yang membuat akik sembuh, bukannya bunga itu?”“Apa Nak Ajeng ingat dengan kucing dan pemuda yang Nak Ajeng temui di hutan?”“Kucing? Pemuda?”Aku yang masih ingat sekali siapa yang aku temui di hutan, kemudian mengangguk dan aku benar-benar tidak percaya akik bisa mengetahui tentang hal itu. Apakah waktu itu akik mengikutiku atau?Aku benar-benar tidak bisa memahami semua yang terjadi. Karena semua ini di luar jangkauanku, dan
Baca selengkapnya
BAB 38 RITUAL
Aku yang masih bimbang karena apa yang akik katakan hanya diam dan memikirkan lagi keputusan yang baru saja aku katakan kepada akik.Dalam ke bimbanganku itu, tiba-tiba aku teringat kata-kata Mas Budi ketika aku memejamkan mata saat kejadian angin dan suara Pangeran Dayu membuat keributan di gubuk akik ini, dan aku kini sudah sangat yakin dengan keputusanku. Karena bila terus seperti ini, maka aku akan terus terkurung di desa ini.“Ajeng yakin, Ki. Dan Ajeng tidak akan menyesalinya,” jawabku mantap kepada akik.“Kalau memang Nak Ajeng sudah yakin dan mantap dengan keputusan Nak Ajeng, akik akan menyiapkan semuanya,” ucap akik.***Hari ini akik dan ninik sudah terlihat sibuk sejak pagi, dan aku hanya bisa diam dan menyaksikan apa yang mereka lakukan. Aku diam bukan karena tidak ingin membantu mereka, tapi akik sendiri yang memintaku untuk berdiam diri dan tidak membantu mereka.Akik memintaku untuk berdiam diri di dalam gubuk untuk menenangkan diri. Karena mulai hari ini mereka akan m
Baca selengkapnya
BAB 39 ORANG-ORANG PENUNGGU HUTAN
Aku yang terkejut dengan kehadiran orang-orang yang aku lihat di depan gubuk membuatku tidak bisa meneruskan langkahku, dan aku memilih untuk masuk lagi ke dalam gubuk untuk menghindari orang-orang yang menakutkan itu.“Ki, cepat kemari!” teriak Ni Imah memanggil suaminya.“Ada apa, Ni? Apa yang terjadi?”“Itu Nak Ajeng, Ki. Ninik tidak tahu apa yang terjadi dengannya.”“Biar akik lihat dulu, Ni.”Di dalam gubuk aku bisa mendengar seluruh percakapan akik dan ninik, tapi aku tetap tidak berani keluar untuk menemui mereka, dan itu karena orang-orang yang aku lihat di depan gubuk yang memperhatikanku.“Ada apa, Nak Ajeng? Mengapa Nak Ajeng seperti ini?” tanya akik.“I –itu, Ki.” Ujarku sambil menunjuk ke arah keluar pintu.Akik yang sepertinya mengerti dengan apa yang aku maksud lalu memejamkan mata, dan tak lama akik lalu mengusapkan tangannya ke mataku dan aku tidak melihat orang-orang itu lagi setelah akik mengusap mataku.“Bagaimana, Nak Ajeng. Apa Nak Ajeng sudah lebih baik?” tanya
Baca selengkapnya
BAB 40 SIAPA SEBENARNYA ARYO?
“Nak Ajeng,” tegur Ni Imah mengejutkanku, “Ada apa Nak Ajeng berdiri di sini? Apa Nak Ajeng sedang mencari akik?” lanjut wanita tua itu.“Itu, Ni. Ajeng—.”“Ada apa, Nak Ajeng? Apa Nak Ajeng mencari akik?” sela akik yang sudah berada di sampingku.Melihat akik yang sudah berdiri di sampingku, aku lalu menoleh ke arah tempat akik berbicara dengan orang yang sebelumnya aku lihat, tapi ternyata orang itu sudah tidak ada.“Ke mana orang itu?” ucapku sambil mencari keberadaan orang yang tadi berbicara dengan akik.“Siapa yang Nak Ajeng cari?” tanya akik.“Itu, Ki. Yang tadi berbicara dengan akik. Sekarang dia di mana?” jawabku masih sambil mencari keberadaan pria itu, dan tidak memperhatikan akik.“Siapa yang Nak Ajeng maksud? Akik dari tadi tidak bicara dengan siapa-siapa di sana,” jawab akik yang membuatku mengalihkan pandanganku, “Akik hanya membersihkan sisa ritual saja tanpa ditemani siapapun,” lanjutnya.“Itu, Ki. Seorang pria yang baru saja akik ajak bicara, dan pria itu mirip sekal
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
13
DMCA.com Protection Status