Semua Bab Menantu Tegas, Ipar Panas, Mertua Lemas: Bab 31 - Bab 40
237 Bab
31. Kebenaran Mulai Terungkap (Bagian B)
31. Kebenaran Mulai Terungkap (Bagian B)Dia mendecih jijik dan menatap Mang Akim dengan pandangan maut, ludahnya barusan tepat jatuh di karpet mahal milik Ibu. Abang iparku itu berkacak pinggang, seolah dia tengah menantang Mang Akim."Gery! Duduk!" Ibu memerintah tegas.Wajahnya masih tenang, tidak terlihat sedikitpun kegusaran di wajahnya yang masih terlihat cantik hingga saat ini. Bang Gery menurut, walau masih tetap bersungut-sungut seolah mengancam mang Akim."Lanjutkan, Kim," kata Ibu memerintah. "Siapa saja komplotan Gery?" tanya Ibu lagi.Bang Gery terlihat semakin gelisah, dia mengerling pada Kak Ambar seolah minta pertolongan. Kak Ambar hanya bisa menghela nafas dan menggelengkan kepalanya dengan pelan. Yah, siapa juga yang mau melawan Ibu, sih?"Saya, Bu!" kata mang Akim dengan mantap. "Tapi sumpah, saya sama sekali tidak mengambil uangnya, Bu! Saya mau karena Den Gery mengancam akan memecat saya. Saya sudah tidak tahan menanggung beban dosa, makanya saya mau jujur," jelasn
Baca selengkapnya
32. Amarah Galuh (Bagian A)
Menantu Tegas, Ipar Panas, Mertua Lemas32. Amarah Galuh (Bagian A)POV AUTHOR"Bang!" Ellena menjerit saat melihat Galuh menggebrak meja dengan kuat, urat lengannya menyembul membuat siapapun yang melihat pasti bisa membayangkan seberapa kuat pukulan itu.Raut wajahnya memerah, matanya memindai Gery dengan aura intimidasi yang sangat kental. Ellena tidak pernah melihat Galuh semenyeramkan ini, ya, bahkan seluruh orang yang ada di ruangan itu tidak pernah melihat Galuh dalam kondisi seperti ini.Orang yang cuek, lawak, dan juga tidak mau ikut campur urusan orang, itulah sosok Galuh yang sebenarnya. Saat ini, Galuh berubah dan terlihat seperti orang lain. Terlihat menyeramkan namun di sisi lainnya Galuh terlihat sangat berwibawa."Sabar, Bang!" Ellena kembali berucap. “Jangan emosi, dan dinginkan kepala, Abang!” lata Ellena lagiDengan lembut dia mengambil kepalan tangan Galuh yang masih berada di atas meja, sambil mengelusnya Ellena membuka satu persatu jari Galuh yang tadi terkepal d
Baca selengkapnya
33. Amarah Galuh (Bagian B)
33. Amarah Galuh (Bagian B)"Heh, aku ini tidak mencuri ya. Kamu dengar itu? Aku ini difitnah suamimu dan komplotannya itu," kata Gery lagi. "Gery, dian kamu! Ibu malu dengan kelakuanmu!" kata Ajeng membentak."Malu kenapa? Aku tidak mencuri, Bu! Aku di fitnah!" balas Gery tidak mau kalah.Ellen menghela nafas, melirik Galuh yang sepertinya sudah lumayan tenang. Dan setelahnya Ellen menoleh ke arah Ambar, dan terlihatlah Kakak Iparnya itu tengah menunduk menyembunyikan tangisnya."Kak, minumlah dulu," tegur Ellen pelan, dia menyodorkan teh hangat pada Ambar.Gelengan Ambar menjadi jawaban, dia menunduk semakin dalam menahan isakan. Pasti dia merasa amat terguncang karena semua hal ini, suaminya dituduh mencuri dan juga sudah ada bukti serta saksi yang kuat."Ambar, minum. Tenangkan dirimu," kata Ajeng sambil merangkul putrinya itu.Dengan sayang dia mengelus lembut kepala Ambar, yang langsung menangis terisak di pelukan Ibunya. Ajeng menghela nafas, dia seperti juga bisa merasakan sak
Baca selengkapnya
34. Sebuah Keputusan (Bagian A)
Menantu Tegas, Ipar Panas, Mertua Lemas34. Sebuah Keputusan (Bagian A)POV ELLEN"AMBAR!" Suara Bang Gery terdengar menggelegar hingga memekakkan telinga, aku yakin dia menggunakan seluruh kekuatannya untuk berteriak tadi. Urat-urat lehernya tercetak jelas dan aliran darahnya naik membuat wajahnya memerah sempurna, dia terlihat mengerikan.Dia pasti tidak menyangka Kak Ambar sanggup berkata seperti itu, bahkan aku sendiripun tidak bisa percaya. Kak Ambar yang patuhnya minta ampun, sekarang ini bisa membuat keputusan yang mencengangkan.Apa dia tidak kasihan pada Bang Gery? Padahal, bukankah kalau Bang Gery mencuri, uangnya akan dinikmati bersama Kak Ambar? Walau Kak Ambar tidak tahu itu uang hasil pencurian, tapi setidaknya kan dia ikut menikmati. Atau bagaimana kalau sebenarnya, uang itu tidak sampai sama sekali pada Kak Ambar? Dan malah jatuh ke tangan orang lain?Wah … Apa ini waktu yang tepat untuk mengungkapkan semuanya? Kalau sebenarnya ada kemungkinan kalau Bang Gery bersel
Baca selengkapnya
35. Sebuah Keputusan (Bagian B)
35. Sebuah Keputusan (Bagian B)Wajahnya memerah, sama seperti wajah Bang Gery yang juga memerah karena darah keluar dari hidungnya yang aku yakin pasti patah."Galuh! Sudah!" ucap Ibu sambil menahan lengan Bang Galuh."Luh, sadar!" Kak Ambar juga ikut menghalangi. “Nggak begini caranya, Dek!” kata Kak Ambar lagi."Biar saja! Manusia laknat seperti dia memang perlu dikasih pelajaran, Bu. Kalau cuman pakai kata-kata, pasti tidak mempan!" sungut Bang Galuh dengan nada tajam. "Jangan berani kau menyakiti istriku, kalau tidak kau tanggung sendiri akibatnya!" kata Bang Galuh lagi.Bang Gery mengusap darahnya yang masih mengalir di hidungnya, wajahnya sama sekali tidak menunjukkan rasa bersalah. Tapi, setitik rasa takut terlihat di sana."Ambar, obati aku!" titahnya sok berkuasa.Aku bisa melihat Kak Ambar mendengus dan melengos untuk duduk lagi di sofa, tidak mengindahkan sedikitpun perintah Bang Galuh. Kakak iparku itu mengacuhkan semua yang terjadi pada Bang Gery."Ambar, dasar istri durh
Baca selengkapnya
36. Keributan (Bagian A)
Menantu Tegas, Ipar Panas, Mertua Lemas36. Keributan (Bagian A)"Ya Allah! Anakku!"Ibu menjerit histeris dan langsung menangis tergugu saat melihat punggung Kak Ambar, di sana banyak sekali terdapat gurat kemerahan dan juga lebam kebiruan. Tidak ketinggalan di sekitar bahu dan lengan atas juga ada lebam, dan yang paling parah adalah di bawah ketiak sebelah kiri Kak Ambar terdapat lebam biru yang terlihat masih baru.Warnanya terang, berbeda dengan lebam yang lain. Mungkinkah ini baru saja terjadi? Aku bergidik ngeri melihatnya, tubuh Kak Ambar secara keseluruhannya babak belur.Aku menghela nafas panjang tidak bisa membayangkan jika aku berada diposisi itu dan aku dengan sigap langsung memeluk Ibu yang tergugu sambil memukuli dadanya, dia berkali-kali mengatakan bahwa ini semua adalah salahnya. Dia menyalahkan dirinya sendiri, atas apa yang dialami oleh Kak Ambar."BIADAB, KAU APAKAN KAKAKKU?" teriak Bang Galuh histeris. “ANJING KAU GERY!” katanya emosi.Bang Galuh beranjak mendeka
Baca selengkapnya
37. Keributan (Bagian B)
37. Keributan (Bagian B)Aku bisa melihat keberadaan Mang Akim dan juga Bang Sugeng serta Bang Marwan disana."Tidak! Akan Abang bunuh manusia bedebah seperti dia!" kata Bang Galuh tanpa menatapku."Tidak! Jangan kotori tangan Abang dengan darah manusia hina seperti dia!" ujarku cepat.Aku mengambil kepalan tangan bang Galuh dan membukanya, darah bang Gery yang menempel di sana aku usap menggunakan jilbab instan panjang yang aku gunakan."Sabar, Bang! Biarkan dia membusuk di penjara," kataku lagi mengharapkan ketenangan Bang Galuh.Mataku melihat Bang Gery yang sudah hampir hilang kesadarannya, dan sedang digotong beberapa orang untuk segera dibawa ke puskesmas. Mereka meminta izinku, dan segera aku setujui. Ku titahkan Mang Akim segera mengikuti Bang Gery, dan menunggu dia di sana. Bagaimanapun juga dia hampir mati di tangan suamiku, dan jangan sampai ini bisa menjadi senjatanya untuk lepas dari tuntutan.Bang Sugeng mengaku, mereka memang sengaja menunggu diluar dengan beberapa wa
Baca selengkapnya
38. Lelaki Sampah (Bagian A)
Menantu Tegas, Ipar Panas, Mertua Lemas38. Lelaki Sampah (Bagian A)Karena posisiku yang tidak begitu jauh dari mereka, aku bisa mendengar ucapan-ucapan mereka dengan sangat jelas. Apa? Apa maksudnya ini? "Bu, kenapa dia di sini?" tanyaku pada Ibu yang sudah berhenti menangis dan duduk sendirian, menatap ke arah Kak Ambar dan wanita itu yang sedang adu mulut dengan pandangan kosong."Di—dia," ucapan Ibu menggantung, seolah dia mampu untuk meneruskan kalimatnya."AKU JUGA ISTRINYA!" pekikan dari salah seorang wanita itu terdengar dengan sangat jelas.Aku terperangah kaget, dan segera menoleh ke arah Ibu dengan pandangan bertanya-tanya. Melihat Ibu yang mengangguk dengan lemah, membuat aku langsung bisa menarik kesimpulan dan menghubungkan semua benang merah ini."Kalau kau istrinya, terus kenapa?" Kak Ambar membalas sengit. “Apakah aku harus bersujud di kakimu?” tanya Kak Ambar dengan ketus."Pakai otak kau Ambar, tega sekali kau mau memasukkan suami kita ke penjara!" katanya wanit
Baca selengkapnya
39. Lelaki Sampah (Bagian B)
39. Lelaki Sampah (Bagian B) Ibu berkali-kali menghela nafas, pasti merasa sangat shock dengan segala keburukan menantu kesayangannya yang selama ini dia puji-puji setinggi langit. Dia bahkan tidak ikut berkomentar saat Kak Ambar dan Mbak Tuti bersitegang. Seolah-olah jiwanya entah tengah di mana. "Heh, Galuh! Aku juga akan menuntutmu karena telah menghajar suamiku!" katanya pongah. Aku terdiam, tidak memikirkan hal ini sebelumnya. Bagaimanapun ucapan Mbak Tuti itu benar? Bang Galuh bisa jadi ikut masuk penjara karena sudah menghajar Bang Gery hingga babak belur. "Tuntut saja, aku hanya membela kakakku yang dipukuli oleh suami sampahmu itu," ejek Bang Galuh dengan santai. "Sudah pencuri, KDRT lagi, aku yang akan membuat suamimu itu berada di penjara dengan waktu yang sangat lama," katanya lagi. Aku mengerutkan kening mendengar ucapan Bang Galuh, apa iya bisa seperti itu? Entahlah, nanti aku akan mencari tahu. Lagi pula, tidak akan aku biarkan suamiku terkena kasus. Enak saja! Bang
Baca selengkapnya
40. Adu Bacot (Bagian A)
Menantu Tegas, Ipar Panas, Mertua Lemas40. Adu Bacot (Bagian A)"Bu …."Mbak Tuti yang masih berada di halaman langsung menghambur dan memeluk tubuh seorang wanita paruh baya, di belakang mereka terlihat seorang anak kecil dan juga seorang wanita muda yang mungkin seumuran denganku, sedang berjalan menghampiri mereka yang tengah berpelukan.Aku mengenali mereka sebagai mertua Kak Ambar dan juga Adik iparnya, bukankah seharusnya Ibra menginap di rumah mereka malam ini? Ataukah gosip mengenai Bang Gery yang dihajar oleh bang Galuh sudah sampai ke telinga mereka?Aku tidak mau menebak-nebak, lagipula aku memang tidak terlalu akrab dengan keluarga Bang Gery yang aku anggap terlalu hedon. Berbeda dengan keluarga Bang Abdul yang religius, aku jelas lebih merasa nyaman berada di tengah keluarga besar suami kak Dewi.Aku melirik Kak Ambar, terlihat dia memutar bola mata dengan malas. Apa dia tidak terkejut? Bukankah suatu kejutan saat kau melihat istri simpanan suamimu, terlihat sangat dekat
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
24
DMCA.com Protection Status