Semua Bab MELEPAS BENALU: Bab 21 - Bab 30
80 Bab
Bab 21 - Astrid Egois.
"Ibu Astrid bilang, di-a tidak menerima sumbangan ..." ragu Bik Irah berucap. "Apaaa!!" Ibu terlonjak dari tempatnya. Meneguk saliva yang terasa menggumpal, hatiku mencelos mendendengar ucapan Bik Irah. Astrid ... dia menganggap kami pengemis? Jahat sekali. Wajah Ibu langsung memerah, dengan langkah lebar dia berjalan menaiki tangga, melewati Bik Irah yang ketakutan. "Hei ... jangan sembarang memasuki rumah orang!" Vivian yang biasa masa bodoh dengan keadaan, angkat bicara. "Kamu diam. Jangan ikut campur! Ini rumah Ronald juga!" sentak Ibu. Vivian mendecih, lalu mengangkat bahunya. "Menantu tidak tahu adab. Didiamkan semakin melunjak, tidak tahu diri!!" umpat Ibu dengan begitu geramnya. "Dia pikir aku itu pengemis. Dasar anak durhaka!" 
Baca selengkapnya
Bab 22 - Mengancam.
"Aku tidak peduli dengan masalah kalian ... yang aku tahu, Mbak harus menepati janji itu," sambung Zeky sambil memegangi tangan Astrid.Astrid menatap Zeky tak percaya, ada binar kesedihan yang terpancar dari matanya."Mbak ... Mbak Astrid," Zeky terus memohon, sementara Astrid hanya diam menanggapinya."Lepas ..." manik Astrid menyorot tangan Zeky yang memeganginya. Mata Zeky memerah, dengan pelan dia melepasnya."Saya tidak pernah menjanjikan apapun untukmu, Zek." sanggah Astrid."Loh ... Mas Ronald bilang, Mbak akan membeli motor untukku bulan depan. Ini sudah lebih dari sebulan, Mbak." Zeky memelas."Mas mu yang menjanjikan bukan saya," tegas Astrid. "Saya bukan lagi Atm berjalan, yang bisa kapan saja kalian poroti." sambung Astrid dengan senyum miring menyebalkan."Jadi selama ini kamu tidak ikhlas? Pakai ngomong di poroti segala. Wajar! Kami ini keluargamu, sudah seharusnya kamu yang punya banyak uang
Baca selengkapnya
Bab 23 - Frustasi.
"Zeky!!" jerit Ibu. "Dasar tidak punya hati, lihat Zeky seperti ini karna ulahmu!" nafas Ibu menggebu-gebu, matanya melotot tajam kearah Astrid. Astrid menatap datar, lalu masuk kedalam kamar tanpa menoleh sedikitpun kearah Zeky. "Astrid!! Mau kemana kamu hah! Tanggung jawab," deru nafas Ibu menggebu-gebu. Astrid tetap tak peduli, dia malah membanting pintu dengan keras. "Siaaallan! Menantu durjana!" maki Ibu dengan gigi bergeletuk kuat. "Ronald, bagaimana ini. Huhu ..." Ibu menangis histeris, memegangi tangan Zeky. "Dasar ibliiis! Tidak punya otak! Dia menyuruh Zeky bunuh diri. Huhu," rutuk Ibu disela isak tangisnya. "Ya Alloh ... Mas Zeky kenapa, Oma!" seru Bik Irah sambil berlari kearah kami. "Astrid ... dia pelakunya!" jerit Ibu. Bik Irah terlonjak, tak
Baca selengkapnya
Bab 24 - Segala Cara.
"Biar dia selalu patuh sama keluarga kita. Seperti sebelumnya, Ibu pusing kalau ini sampai berkepanjangan," sambung Ibu dengan pandangan lurus kedepan."Sudah lama kita tidak mengunjungi rumah Pamanmu, bisa jadi mantranya sudah luntur," cicit Ibu.Aku terduduk lesu mendengarnya, bukan tidak percaya. Namun itu terdengar konyol. Bagaimana mungkin, hanya karna air yang katanya sudah dimantrai Astrid akan luluh. Ada-ada saja.Aku jamin selama ini cinta Astrid tulus padaku, bukan karna embel-embel mistik. Saat ini Astrid marah karna aku menduakannya, bukan karna ajimat yang sudah luntur semata."Cepat pulang ... selesai penanganan, pihak rumah sakit pasti akan menagih adminitrasi," lirih Ibu."Perhiasan ada didalam brangkas lemari, kodenya 34359. Ambil kalung beserta suratnya lalu jual ketoko biasa Ibu beli perhiasan," jelas Ibu sambil menyenderkan tubuhnya dipunggung kursi. Terlihat sangat lelah dengan wajah kusut tidak bersemangat.
Baca selengkapnya
Bab 25 - Astrid come back.
Pov Astrid.Suara ketukan terdengar dari luar, wajah Vivian menyembul dibalik pintu."Kak ..." aku hanya menoleh sekilas lalu kembali menatap layar 14inci didepanku."Katanya pusing, masih kerja aja," cibirnya sambil jalan mendekat."Laporan penting, harus dikerjakan," sahutku."Ada suami tercintamu diluar," Vian terkekeh geli, perutku langsung mual mendengar ucapannya.Suami tercinta? Cih ... memuakkan!Dulu, mungkin itu terdengar menggemaskan, tapi sekarang tidak lagi."Suruh pulang sanah, aku malas melihat wajah pengkhianat itu," cebikku."Ciye ... dulu di sanjung-sanjung," ledek Vivian. Aku tersenyum kecut mendengarnya."Sanah suruh pulang, bilang aku tidak bisa diganggu," ucapku tanpa beralih dari layar didepanku."Usir sendirilah ... aku sih malas," sahut Vian. Lalu keluar dari kamarku.Aku kembali mengerjakan tugas yang dikirimkan oleh Bos, tak p
Baca selengkapnya
Bab 26 - Merengek lagi.
Suara guntur mencubit hati, aku menutup diri dibalik selimut. Merapalkan doa-doa yang aku bisa, untuk menghilangkan rasa terkejut didalam sanubari. Perlahan suara hujan terdengar, hawa sejuk terasa menggigit kulit meski pendingin ruangan dalam keadaan padam.Perlahan aku membuka selimut, ingatanku tertuju pada Naura yang tertidur dikamarnya. Menuruni ranjang, langkahku mendekat pada kamar anak manis kesayanganku.Samar, aku mendengar suara orang berbincang didalam kamar. Aku kembali melangkah tanpa suara lalu menajamkan pendengaran.Itu suara Mas Ronald, dia sedang membacakan buku cerita untuk Naura. Aku menghela nafas, Naura memang cukup dekat dengan Ayahnya. Aku yang terlalu sibuk, pulang kerja langsung beristirahat masuk kamar. Berbeda dengan Mas Ronald yang menyempatkan diri bermain dengan Naura.Sulit dipercaya memang, laki-laki baik hati dan sayang keluarga seperti Mas Ronald tega mendua dan mengingkari janji suci pernikahan. Mungkin
Baca selengkapnya
Bab 27 - Tak ada uang.
Sebulan berlalu begitu saja, kehidupan berjalan seperti biasa tidak ada yang menarik apa lagi special. Mas Ronald masih betah dengan muka temboknya, selama hidup dirumah dia berusaha memperbaiki hubungan dan merebut perhatianku, meski aku mengacuhkan itu semua.Mas Ronald seakan tak kenal lelah, meski aku bersikap keras dan menganggapnya tak ada, dia selalu sabar dan terima dengan segala perlakuanku.Sebelum pulang kerja aku sempatkan diri mampir ketoko mainan dan kerestoran memesan makanan untuk Naura.Sesampainya dirumah kulihat Ibu mertua sedang bermain dengan Naura, ditemani Mas Ronald. Hatiku benar-benar mencelos melihatnya, dulu Ibu bahkan tak menganggap Naura cucunya. Buat dia cucu perempuan tidak bisa dibanggakan.Melihatnya yang mendadak ramah dengan Naura, membuat hati berburuk sangka. Pasti ada udang dibalik batu, mengingat ini adalah hari gajianku."Mamah pulang.." sorak Naura saat melihat kehadiranku. Aku tersenyum
Baca selengkapnya
Bab 28 - Astrid Durhaka.
Menikmati terik matahari yang tidak terlalu panas, kaki melangkah menuju bibir pantai. Pasir basah kini menyentuh kulit, angin segar yang terasa hangat menampar rambut dan wajahku.Sejenak melepas penat dari kehidupan yang kini menjengkelkan, melepas sesak dirongga dada dengan mengedarkan pandang kesetiap sudut pantai. Keindahan alam mampu membuat hati merasa lebih baik, kuharap angin pantai serta deburan ombak mampu membawa segala perih yang tersimpan disanubari.Kaki kembali menjelajah, menginjak pasir putih yang meninggalkan jejak dikulitku. Bibirku terkulum, melihat anak-anak bermain dengan ceria tanpa beban. "As ..." suara Mas Ronald terdengar ditelinga aku menghentikan langkah, berdiam diri ditempat."Sampai kapan kita terus seperti ini," suaranya pelan, namun mampu mengalahkan desiran ombak."Tolong ... lupakan kejadian yang lalu," auaranya kini terdengar frustasi.Aku mendesah lelah, lalu kembali melangk
Baca selengkapnya
Bab 29 - Terusir.
Masih terdengar teriakkan Ibu dibawah sana, mengumpat mengeluarkan segala uneg-unegnya. Nenek bawel itu sangat emosional, tak boleh dicubit sedikit pasti lansung mencak.Benar dugaanku, Ibu mertua berpura baik karna ada maunya terlebih ini adalah tanggal gajianku. Sepertinya dia ingin meminta jatah bulanan padaku, dengan cara merebut perhatian Naura. Cucu yang selama ini dia sia-siakan.Bu.. Ibu. Bahkan aktingmu tak bertahan lama, kau kembali pada sifat aslimu saat aku tak memberi oleh-oleh. Dasar mata duitan!Aku langsung menuju toilet, membersihkan badan yang mengganti pakaian. Setelahnya aku menuruni tangga, untuk menengok Naura didalam kamarnya.Aku mendengar ada suara orang berbicara dari arah dapur, dengan langkah pelan aku mengendap kesumber suara."Makan pelan-pelan kenapa, kaya orang kelaparan aja." Terdengar suara Ibu. Jadi dia belum pulang?Ckckcck, kuat malu juga ya. Apa tadi aku belum mengusirnya?
Baca selengkapnya
Bab 30 - Hilang kemana?
"jangan begitu Mah.. biar bagaimana pun, aku ini masih suamimu. Seharusnya kamu menghormatiku, jangan bersikap kurang ajar seperti ini," desah Mas Ronald."Cih.. kamu yang kurang ajar! Setelah menyakitiku, kau menjebloskan aku kedalam penjara. Lupa?" Tanyaku dengan mata memicing."Kau menikah diam-diam. Menghamburkan uangku demi bersenang-senang dengan betina itu. Kini kau menyalahkan semua ini padaku!""Bukan begitu..""Jangan selalu menyalahkan orang lain. Kau harus sadar diri, masalah ini berasal dari ulahmu sendiri. Tak ada asap, kalau tak ada api," semprotku."As.. semua sudah terjadi. Aku harus bagaimana agar semua kembali seperti sedia kala?" Sahutnya frustasi."Tolong As.. lembutkan hatimu. Jangan membatu seperti ini," cicitnya membuatku muak."Sudahlah.. bicara padamu tak ada habisnya. Maunya menang sendiri, tidak pernah berfikir mengapa semua bisa terjadi. Mau enaknya aja!" Sentakku.Di
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234568
DMCA.com Protection Status