Semua Bab Syair Singgasana 1 : Prahara Di Balik Kabut: Bab 31 - Bab 40
113 Bab
31. MENANTI ISYARAT
“Bagaimana Paduka begitu yakin bahwa Pusaka Gajahsora akan bisa ditemukan..?” “Harus yakin. Kalau tidak yakin, kekuatan apalagi yang bisa saya andalkan...” Ayunda berusaha mengikat rambutnya yang terurai, “Lagipua Ampu sendiri yang menyatakan dalam surat rahasia itu kalau Ampu mendapat penerawangan mengenai keberadaan kalung itu.” Sang Ampu agak berpikir sejenak. “Bagaimana...?” “Saya sendiri tidak begitu yakin, hanya saja saya merasa Pusaka Gajahsora ada di suatu tempat..” “Di mana itu?” “Saya tidak bisa memastikannya, Paduka. Tempat itu seperti terlindungi oleh suatu kekuatan yang begitu besar.” “Ganendra Aryasathya?” tanya Ayunda begitu antusias. “Entahlah.” Ampu itu menggeleng, “Lagi pula Ganendra Aryasathya telah meninggal, kan?” “Saya tidak yakin, ia telah meninggal. Entah mengapa...” Ayunda lebih terkesan berbicara pada dirinya sendiri ketika mengucapkan kalimat itu. “Saya juga tak yakin, Paduka...” Mereka terdiam agak lama.
Baca selengkapnya
32. SEPUPU BARU
Sudah hampir dua minggu Bayu berada di negeri Adighana, selama itu pula ia mencoba bergaul dan berbaur dengan kalangan istana kerajaan adidaya itu. Ia sudah mulai dekat dengan Riani. Harus diakuinya selain Cadudasa dan keluarganya, yang paling mudah dan nyaman diajaknya berbicara adalah Riani, karena itu ia sering ngobrol berdua dengan Riani, dan tampaknya Riani merasakan hal yang sama terhadap Bayu. Selama dua minggu itu pula Bayu mulai berlatih bersama pasukan kerajaan Adighana. Ya, sebagai seorang pejabat tinggi istana, tentunya Cadudasa tak ingin jika Bayu hanya diam di rumah dan tak memiliki kegiatan apa-apa. Karena itu, paman angkatnya itu menyuruhnya untuk bergabung dalam militer kerajaan . Sebagai seorang asing yang tidak tahu apa-apa tentang Dunia di Balik Kabut, Bayu merasa jika ia tak punya pilihan untuk menolak, terlebih Cadudasa sekeluarga sudah terlalu baik padanya, tak elok jika ia membantah. Dan dengan pilihan itu otomatis banyak waktunya tersita di asram
Baca selengkapnya
33. BALAS DENDAM
“Kau tidak ingin menjabat tanganku?” Lamunan Bayu sontak buyar. Ia lalu tersenyum dan menghampiri wanita itu lalu duduk di sampingnya. Wanita itu mengulurkan tangannya ke arah Bayu. “Dira...” Bayu menyambut jabat tangan itu dengan hangat, “Bayu...” “Jadi...” Dira memutar tubuhnya menghadap ke kolam, “cerita apa yang bisa kudengar dari asrama keprajuritan..” “Aku bukan pendongeng..” Bayu ikut memutar tubuhnya. “Apa aku terlihat seperti seorang anak kecil yang sulit tidur jika tak mendengar cerita, Prajurit?” “Tidak,” Bayu menggeleng, “Hanya terlihat seperti pemain musik daripada seorang guru...” “Hey...” Dira tampak tersipu malu, ia mencoba menahan senyum, namun justru membuat wajahnya terlihat sangat cantik dan ayu, “Ini tidak adil. Kau sudah tahu aku lebih banyak dari aku tahu tentang dirimu.” “Tidak juga.. aku hanya tahu kau seorang guru, lihai mengendarai kuda, dan hari ini aku juga baru tahu kau pandai memainkan musik..” ucap Bayu. Ia juga
Baca selengkapnya
34. CINTA DUA PUTRI
Bayu terhenyak. Ya, negeri Danta! Ia baru menyadari jika Adighana baru saja mengalami kekalahan menyakitkan ketika menyerbu negeri Danta. Ia masih mengingat kalimat dari Sang Raja Adighana ketika ia pertama kali ke istana;'Jangan terlalu dipikirkan, Nak. Anggap saja itu leluconku yang agak buruk. Sebenarnya aku ingin berbicara banyak denganmu, terutama tentang negerimu itu, atau negerimu yang dulu, negeri Danta. Negeri yang telah mempermalukan kerajaan sebesar Adighana.'Tentu saja bagi negara sebesar Adighana kekalahan dalam perang adalah aib yang harus dihapus. Mereka akan menyerang kembali negeri Danta. Ternyata itu! Pikir Bayu. Untuk sementara ini Bayu tak merasa ada yang perlu dikhawatirkan, dua sahabatnya pasti telah dikembalikan ke dunia awam, Paman Sandanu telah tewas, kecuali Bibi Jumara...... ya! Bayu baru ingat jika perempuan baik hati masih di negeri Danta. Untuk selanjutnya hatinya kembali gelisah. Bagaimana jika Adighana menyerang Danta, dan kali ini Adighana yang mena
Baca selengkapnya
35. TANGIS DI ATAS CIUMAN
“Dia merenggut kehormatanku, Bayu....” Bayu kali ini memandang Dira. Ia mencoba mengulang kalimat Dira itu berkali-kali dalam otaknya, berusaha menyaringnya seolah belum menemukan pengertian di sana. Sebelum Dira kembali melanjutkan kalimatnya. “Kami saling mencintai, dia putra Anggareksa, Pejabat kerajaan Tribuwana. Kami pertama kali bertemu saat ia bersama ayahnya menjalankan kunjungan ke kerajaan Adighana. Badannya yang tinggi, tegap, ia tampan. Ku dengar, ia adalah salah satu pria pujaan di negeri Tribuana. Kami menjalin hubungan selama 2 tahun, ceritanya begitu cepat, ketika ia berjanji akan menikahiku dan aku yang begitu mencintainya memberikan kehormatanku padanya. Namun, ia berbohong, Putri Paramitha memikatnya. Ia lalu menjalin hubungan dengan Putri Paramitha yang lebih kaya dan anak seorang Raja, sampai kemudian Paduka Raja menjadikannya calon menantu dan panglima perang negeri Adighana.” Bayu tak mampu menjawab, ia hanya menunduk sambil sesekali menatap Dira yang mulai me
Baca selengkapnya
36. SEBUAH PERAYAAN
Sinar mentari perlahan menyeruak masuk tanpa malu dari jendela kamar Bayu dan menyentuh wajah Bayu yang lelap di atas tempat tidurnya. Bayu untuk beberapa saat seperti ingin membuka mata kesilauan, namun, hanya sebentar. Ia lalu membalikkan badannya dengan malas disertai lenguhan aneh menandakan ia masih mengantuk. “Gusti...” Bayu seperti mendengar suara memanggilnya. Namun jiwanya yang masih melayang dalam radar mimpi tampaknya tak mampu menerima hal itu dengan begitu sempurna. Ia masih terpejam seperti tak ada gangguan sedikitpun. “Gusti Bayu...” Kembali panggilan itu secara tak sempurna ditangkap oleh pendengaran Bayu. “Gusti...” Bayu hanya menggeliat kecil dengan mata yang masih terpejam tenang. “Gusti Bayu tidurnya nyenyak sekali. Aku tak berani mengganggunya..” bisik salah satu pria berbaju keprajuritan yang sedari tadi memanggil Bayu pelan. “Ayolah, cepat. Nanti kita dimarahi Gusti Cadudasa. Kita harus cepat membangunkan Gusti Bayu. Lagipula dia kan juga prajurit seperti
Baca selengkapnya
37. PEDANG YANG MENANCAP
Entah Riani mendengar atau tidak, ia hanya terus melambai pada Bayu sambil tetap memamerkan senyum indahnya. Riani seolah memberi isyarat pada Bayu untuk segera menghampirinya. Bayu melihat tempat kosong tepat di sebelah kanan Riani. Kebetulan yang menyenangkan, pikirnya dalam hati. Bayu segera menyelip-nyelip di sela kerumunan orang yang bersorak mengikuti tempo pertarungan yang sedang terjadi di arena. Dengan susah payah akhirnya Bayu sampai di samping Riani. Riani menyambutnya dengan senyum yang semakin mengembang. “Sudah lama kau di sini?” tanya Bayu setengah berteriak. “Apa?” Riani meminta Bayu mengulang pertanyannya dengan volume yang hampir serupa. “Sudah lama kau di sini?” Bayu memperkeras suaranya, mencoba melawan suara riuh lain di sekitar mereka. “Sejak acara baru mulai!!” jawab Riani dengan suara yang tak kalah keras Bayu mengangguk-nganngguk mengerti. Ia merasa tak ada gunanya memaksakan diri ngobrol di tengah keributan ini. Sekilas suasana ini mengingatkan Bayu pada
Baca selengkapnya
38. GELANGGANG BERDARAH
Bayu tak lepas memandang pria kurus itu. Begitu mudah baginya untuk melumpuhkan musuhnya. Bayu bertaruh jika ia yang berhadapan dengan pria itu tak akan sampai lima menit maka kepalanya sudah terlepas dari tubuhnya. Tidak. Bahkan Bayu menyesal telah membayangkannya, membayangkannya saja sudah begitu mengerikan apalagi harus berhadapan di alam nyata. Pria kurus itu masih sibuk memberi salam kemenangan kepada penonton dan seluruh pejabat yang hadir di tempat itu ketika Dira tiba-tiba menghampiri Bayu sambil menarik tangannya. Bayu kaget lalu menoleh ke arah Dira. “Aku sudah mencarimu ke mana-mana. Ayah dan Paduka Raja mencarimu..” Dira terus menarik tangan Bayu sambil berseru keras diantara sorakan para penonton. Bayu tak berbicara apa-apa, dia hanya diam bingung harus bagaimana. Ingin ikut Dira dia tak enak meninggalkan Riani. Ingin tetap bersama Riani, ia tak enak dengan Cadudasa dan Raja. “Riani, pinjam kekasihmu sebentar...” kata Dira tanpa tedeng aling-aling. Riani tentu saja
Baca selengkapnya
39. LAWAN PAMUNGKAS
“Aku ke sana dulu..” kata Bayu pada Dira sambil segera beranjak menemui Cadudasa. Bayu menemui Cadudasa dengan hormat, ia juga menunduk hormat kepada raja dan ratu. “Bagaimana selama di asrama keprajuritan?” tanya Raja ramah. “Baik, paduka..” jawab Bayu menunduk. “Sekarang kau tampak lebih berisi. Bukan begitu Saudaraku?” puji Raja sembari berkelakar kepada Cadudasa. Cadudasa hanya tersenyum kecil. “Mohon ampun Gusti, Paduka. Ada apa gerangan yang membuat saya dipanggil kemari?” Tanya Bayu dengan sopan kepada Cadudasa. “Paduka Raja memintamu untuk berkenalan dengan Putri Paramitha...” jawab Cadudasa tenang. “Paduka?” Bayu menunduk hormat. “Kau keponakan saudaraku, Bayu. Sudah semestinya kau mengenal putriku..” jelas Paduka Raja. Bayu hanya menunduk hormat. “Paramitha...” Paduka Raja memanggil putrinya yang sedari tadi terfokus menonton pertarungan di arena. Putri Paramitha menoleh ke arah ayahnya. “Kau belum berkenalan dengannya...” Paduka Raja menunjuk tubuh Bayu. Paramit
Baca selengkapnya
40. PERTARUNGAN YANG TIDAK DIINGINKAN
Bayu tercekat. “Mana mungkin? Aku tak pernah mengacungkan diri untuk menjadi penantangnya?” “Panah ini?” Dira meraih tangan Bayu yang memegang panah itu, “panah ini akan ditembakkan ke udara oleh Anarbuana jika memang tak ada lagi penantangnya, dan siapa yang kemudian menangkap panah ini, dialah yang akan menjadi penantang terakhir..” “Hah? Kenapa bisa begitu? Aku tak sengaja...” Bayu kali ini mulai panik. “Tak sengaja bagaimana! Semua orang melihat kau yang berusaha menangkap panah ini saat orang lain berusaha menghindarinya..” “Ya, mana aku tahu jika itu peraturannya. Kau tak pernah memberitahuku..” “Aku sudah memperingatkanmu...” Bayu semakin merasa panik, ia melirik ke sekelilingnya, semua orang tampak sedang menatapnya seolah sedang menanti apa selanjutnya yang akan dilakukannya. “Tapi aku tak mungkin turun ke sana untuk melawan Anarbuana. Dia hebat sekali..” bisik Bayu. Dira tak menjawab ia juga ikut agak panik dengan hal ini. Tiba-tiba sebuah panah melesat deras ke arah
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
12
DMCA.com Protection Status