Semua Bab Kisah Gadis Yang Tersakiti: Bab 21 - Bab 30
97 Bab
Senang Sesaat
Rosemary menepati janjinya memprospek delapan orang per hari. Dia mempraktikkan cara yang diajarkan Edward, yaitu dengan mengajak ngobrol ngalor-ngidul orang yang diprospeknya terlebih dahulu, baru kemudian menjurus ke arah proteksi aset. Gadis itu mengikuti petunjuk manajernya agar tidak menyebut istilah asuransi sama sekali. “Apa itu?” tanya Dessy, salah seorang teman kuliahnya dulu. Gadis yang berprofesi sebagai penulis novel online itu diincar Rosemary karena penghasilannya yang termasuk mapan untuk ukuran seorang lajang. Novel-novel karyanya laris di internet dan mempunyai banyak penggemar setia. Setidaknya dia mampu mengambil asuransi dengan premi lima ratus ribu per bulan, harap Rosemary optimistis. “Proteksi aset itu misalnya kalau tiba-tiba terjadi musibah kecelakaan atau sakit parah, kita tidak sampai harus mengorbankan aset pribadi seperti uang tabungan, deposito, mobil, dan sebagainya,” papar gadis itu men
Baca selengkapnya
Diajak Nonton Bioskop
“Hahaha…!” Edward tertawa keras mendengarkan curahan hati Rosemary tentang Dessy yang sebenarnya tertarik mengambil asuransi darinya tapi terganjal dana akibat sudah telanjur mengambil tabungan berjangka di bank. Gadis itu tadi langsung meneleponnya begitu keluar dari kos-kosan temannya tersebut. Air matanya hampir mengalir sewaktu mendengar suara manajernya di telepon. Edward dengan sabar menenangkannya. Kemudian dimintanya gadis itu untuk datang ke kantor menemuinya. “Kok ketawa sih, Bang?” tanya Rosemary jengkel. “Aku tadi mau nangis lho, waktu keluar dari kos-kosan Dessy. Kedengeran kan, nada suaraku di telepon tadi nggak enak?” “Iya,” jawab manajernya masih memasang wajah sumringah. “Nada suaramu parau, makanya langsung kuminta datang ke sini. Biar kuhibur.” Agennya cemberut. Dia tidak jadi menangis saking do
Baca selengkapnya
Kamu Cantik Sekali
Edward yang menyaksikan agennya mematung lalu berkomentar, “Kamu kenapa diam begitu, Rose? Berubah pikirankah? Aku udah bayar tiket online-nya, lho. Nggak bisa di-refund.” “Oh, nggak…nggak kok, Bang,” sahut agennya gelagapan. “Ok deh, kita jadi nonton. Sekarang aku pulang ke kos dulu, ya.” Manajernya tersenyum dan memandangnya penuh arti. “Mandi dan dandan yang cantik ya, Rose. Biar kamu merasa segar dan rileks. Segala kegundahanmu akibat kejadian batal closing hari ini akan lenyap. Beneran,” ujar laki-laki itu bersungguh-sungguh. Rosemary tak tahu harus bersikap bagaimana. Dia hanya tersenyum kikuk, mengangguk pelan, kemudian membalikkan badannya meninggalkan ruangan tersebut. Edward memperhatikan sosok agennya itu sampai tak kelihatan lagi. Setelah itu dia tergelak sendiri. “Tak kuduga, secepat ini aku berkencan dengan Rosemary!” ce
Baca selengkapnya
Kepergok Damian
“Bang!” seru Rosemary seraya memundurkan wajahnya. Dia terkejut sekali. Tak diduganya manajernya sanggup melakukan hal seberani itu. Ini sudah bukan lagi hubungan yang sehat antara bawahan dengan atasan! “Ups, sori…sori, Rose. Aku…aku.... Aduh, entah kenapa diriku melakukannya. Sori, ya. Sori…,” sahut pria itu seraya memasang wajah memelas. Dia tampak begitu menyesal atas perbuatannya barusan. Dihelanya napas panjang seolah-olah berusaha menenangkan diri. Lalu terdengar suaranya berkata lirih, “Aku benar-benar minta maaf, Rose. Ini…ini pertama kalinya aku mencium dahi perempuan lain setelah menikah. Benar-benar di luar kesadaranku. Maafkan aku, ya. Atau…kamu sudah nggak berminat lagi untuk nonton bioskop? Kalau memang begitu, nggak apa-apa kuantar pulang kembali ke kos….” Dia tak sengaja melakukannya, batin Rosemary memaklumi. Barangkali dalam
Baca selengkapnya
Dikira Mau Mencium
Dibelainya lembut pipi kekasihnya tersebut. Empat kursi di samping kanan pemuda itu kosong sehingga dia dengan leluasa menunjukkan perasaan kasihnya pada Damian. Lalu diterimanya sebotol minuman dingin dan sepotong sandwich yang disodorkan padanya. Perutnya memang terasa lapar karena memang sudah waktunya makan malam. Dinikmatinya roti lapis berisi sehelai ham, telur, tomat, timun, dan selada itu dengan lahap. Aku memang selalu perhatian terhadap pria-pria yang kukencani, batin Damian mengakui. Karena aku menghargai sebuah hubungan. Sayangnya satu-satunya orang yang berhasil menggenggam hatiku tak menyadari keberadaanku, batin pemuda itu pilu. Edward Fandi, bagaimana caranya kuhilangkan perasaan cintaku padamu? *** “Filmnya tadi bagus, ya?” celetuk Edward pada Rosemary. Mereka baru selesai nonton dan kini telah berada di dalam mobil. Laki-laki itu mengemudi dengan kecepatan standar menuju ke tempat kos agen p
Baca selengkapnya
Berhutang Budi
Gadis itu terkesiap. Aduh, mahal juga, ya? batinnya resah. Nyari nasabah yang mau bayar premi segitu tiap bulan aja susahnya setengah mati! Gimana kalau aku nggak closing dari pameran itu? Rugi dong, udah bayar mahal-mahal. “Gimana, Rose? Ikut, nggak?” tanya Edward meminta kepastian. “Acaranya akan dimulai tiga hari lagi. Karena ini bukan pameran tunggal, melainkan bersama-sama dengan bank dan lembaga keuangan lainnya. Ini tinggal empat slot peserta yang tersisa. Kalau kamu nggak ambil keputusan sekarang, nanti keburu diambil agen lain.” “Mahal sekali ya, Bang,” komentar anak buahnya mengajukan keberatan. Aku sangat menghemat biaya hidupku selama belum memperoleh penghasilan, pikir Rosemary logis. Apakah mengeluarkan uang sebesar itu nantinya setimpal dengan hasil yang kudapatkan, ya? Tiba-tiba didengarnya sang manajer tertawa. Gadis itu jadi dongkol. Beginilah nasib orang kalau nggak
Baca selengkapnya
Niat Jahat
Bagi Indri sendiri, bosnya itu bagaikan perpaduan antara iblis dan malaikat. Iblis karena tak sedikitpun memberikan toleransi pada agen yang tak mematuhi aturannya. Omzet yang seharusnya menjadi hak pribadi agen tersebut secara ajaib bisa berubah menjadi omzet pribadinya sendiri hanya dengan satu kali telepon ke kantor pusat Jakarta. Demikian pula orang-orang yang direkrut agen yang tak disukainya bisa tiba-tiba nama-namanya muncul pada sistem perusahaan sebagai rekrutan Edward pribadi. Indri yang tahu persis itu adalah ulah bosnya sendiri hanya bisa menjawab tidak tahu ketika ditanya oleh agen yang bersangkutan. Dia tak mungkin mengungkapkan bahwa itu adalah cara-cara halus yang biasa digunakan Edward untuk menghentikan laju karir agen-agen yang tak mematuhi kebijakan-kebijakannya. Kalaupun mereka mengajukan komplain pada Teresa sebagai pemilik kantor, wanita itu hanya menanggapi dengan sopan dan berkata akan menindaklanjutinya lagi. Namun
Baca selengkapnya
Diajari Damian
Pemuda di hadapannya tertawa keras. “Rosemary, Rosemary,” katanya geli. “Tahu nggak, aku setelah tiga bulan lulus ujian keagenan baru closing. Itupun cuma satu polis dengan premi lima ratus ribu! Tenang aja, Non. Sekarang waktunya kamu menabur yang banyak. Kelak pasti akan menuai hasil.” Tapi aku nggak mau nunggu tiga bulan lagi baru memperoleh nasabah, protes si gadis dalam hati. Bayar uang kos, angsuran sepeda motor, bensin, dan biaya hidup pakai apa? Uang tabunganku nggak bisa bertahan selama itu! Ekspresi wajah Rosemary yang berubah menjadi serius sekali membuat Damian menghentikan tawanya. Pemuda itu lalu berkata lirih, “Kamu sepertinya ada masalah, Rose, sampai ingin cepat-cepat closing.” Ya, masalah besar, batin gadis itu gemas. Masalah yang menyangkut harkat dan martabat keluargaku. Masalah yang hanya bisa kuselesaikan step by step kalau aku berhasil mendapatkan banyak nasabah.
Baca selengkapnya
Aku Akan Bercerai
“Asal kamu melakukannya dengan ramah. Terus-terusan senyum kayak tadi, Nggak masalah, kok.” “Oh, My God! Mukamu nggak kaku-kah, Dam, tersenyum terus begitu?” “Kalau demi mendapatkan nasabah, nggak ada istilah muka kaku karena tersenyum terus, Rose!” Sontak agen-agen lain tertawa terbahak-bahak mendengar seloroh Damian barusan. Rosemary jadi terbawa suasana. Perasaannya juga plong karena telah berhasil memperoleh satu database, meskipun belum tentu akan mengambil asuransi darinya. Yang penting kedatangannya ke pameran ini tidak sia-sia. Dia telah mendapatkan ilmu canvassing yang sangat berharga dari Damian. Tiba-tiba ponselnya berbunyi. Tertera nama Edward pada layar. Mata gadis itu langsung berbinar-binar. “Halo, Bang. Aku lagi berada di pameran,” sahutnya ceria. Raut wajahnya tampak gembira sekali. Dia tak menyadari Damian tengah m
Baca selengkapnya
Semakin Gemas
Gadis itu semakin penasaran. “Tapi apa, Dam?” tanyanya menuntut. Dia tak suka orang yang plintat-plintut dalam berbicara. Lawan bicaranya menghela napas panjang. Dengan berat hati dia berkata, “Tapi seandainya kelak kamu mempunyai masalah yang berat sekali sampai rasanya sulit dipecahkan…, barangkali bisa kauceritakan padaku. Siapa tahu aku bisa membantumu, Rose. Setidaknya menjadi teman bagimu untuk mencurahkan isi hati….” Ada apa lagi ini? batin Rosemary tak percaya. Masa orang ini menaruh hati padaku? Tiba-tiba gadis itu tertawa terbahak-bahak. Damian memandangnya keheranan. “Apa ada kata-kata yang lucu, Rose? Kamu kok sampai tertawa seperti itu?” tanyanya kebingungan. “Kata-katamu puitis sekali, Dam. Hehehe…. By the way, thanks a lot ya, Bro. Aku benar-benar menghargai maksud baikmu,” kata Rosemary tulus. “Tapi apa kamu ng
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
10
DMCA.com Protection Status