Semua Bab Pesan Kotor Di Laptop Anakku: Bab 31 - Bab 40
150 Bab
31
BAGIAN 31POV ZULAIKADUA MAYAT PEREMPUAN               Pagi itu, dengan sangat terpaksa, aku melayani Daddy dan John sekaligus. Tety yang masih terkulai lemah, bahkan juga dengan brutalnya mereka ‘pakai’. Bak seonggok bangkai, tubuh kurus Tety diterkam buas oleh dua lelaki kesetanan tersebut. Tak ada ringis, tangis, atau pekik histeris dari bibir birunya. Semakin lama aku semakin takut kalau Tety bukan hanya sekadar pingsan … tapi mati.              Aku dan Tety benar-benar menjadi objek bagi keduanya. Kami berdua sama-sama diletakan di atas ranjang dan aku yang masih sadar ini juga harus menuruti apa pun yang mereka perintahkan. Dalam penderitaan tak berujung, aku hanya bisa menangis. Meneteskan air mata, tanpa dapat menolak apalagi memberontak.      &nbs
Baca selengkapnya
32
BAGIAN 32POV ZULAIKAUANG MEMANG SEGALANYA              Aku bersikukuh menolak. Bagiku tidak untuk narkoba dan minuman keras. Sekali lagi, aku tak ingin merusak tubuh yang telah menjadi aset dan bahan ‘jualan’. Aku yakin 1000% bahwa barang-barang haram itu tidaklah baik untuk kesehatan apalagi bentuk tubuh.              “Dad, aku mohon. Aku mau melakukan apa pun untukmu, asal jangan disuruh minum atau pakai narkoba. Aku hanya ingin hidup sehat agar bisa melayanimu terus, Dad,” ucapku sembari memelas. Kugenggam tangan besar Daddy. Kuciumi punggungnya, berharap lelaki itu mau luluh.              “Dasar anak manis. Aku baru lihat ada anak perempuan yang menolak mati-matian saat diajak fly. Oke, Sweetheart. Daddy tidak akan mem
Baca selengkapnya
33
BAGIAN 33POV ZULAIKAPENGAKUAN DOSA               Pukul satu siang aku sampai di rumah dengan kondisi badan yang lagi-lagi cukup drop. Sekujur tubuhku dilanda pegal. Belum lagi jalanku yang agak terseok. Namun, coba tebak. Mami sedikit pun tak peduli. Saat melihat aku membuka pintu dengan ekspresi wajah yang kuyakini lumayan payah, wanita yang tengah bersantai di sofa ruang tamu itu malah menanyakan uang hasil jualannya.              “Ika, mana uangnya? Kamu tidak pakai untuk jajan, kan?” Mami yang semula bermain ponsel, leka melepaskan gawainya tersebut. Wanita yang mengenakan daster selutut warna biru dengan motif bulu-bulu burung tersebutt lekas bangkit dan berjalan ke arahku. Menengadahkan sebelah tangannya untuk menagih lima ratus ribu tersebut.       &
Baca selengkapnya
34
BAGIAN 34POV ZULAIKADIA MINTA DIPANGGIL BOO               Setelah saling terisak, Ario melepaskan dekapannya. Cowok itu kemudian mengusap air mataku dengan jemari, membuatku tersentuh luar biasa. Ternyata, di dunia ini memang masih ada yang benar-benar tulus mencintaiku. Ya, dia adalah Ario, adik semata wayang yang begitu kusayangi.              “Ika, kamu sehat-sehat, ya. Aku hanya ingin kamu hidup jauh lebih lama lagi.” Ucapan itu benar-benar membuat hatiku lumer. Laksana sepotong cokelat yang dipanaskan di dalam oven. Ario sungguh mampu mengubah suasana hatiku yang kelabu, menjadi cerah seperti sinar mentari pagi.              Aku mengangguk. Tersenyum kecil, sekuat tenaga mengobati perih hatiku sendiri. Aku berjanji untuk m
Baca selengkapnya
35
BAGIAN 35POV ZULAIKAPERTANYAAN JEBAKAN               Hubunganku dengan Ario kini semakin membaik. Anak itu sudah seperti biasa lagi. Mau mengobrol dengan santai dan sudah tak ada ketegangan di antara kami berdua. Aku bersyukur bahwa dia bisa menerima kakaknya ini dengan segala drama kelam yang kusuguhkan. Itulah arti saudara sesungguhnya. Saat kau bisa menerima mereka dengan apa adanya, meski seisi dunia sibuk mengutuki.              Pertemanan aneh di antara aku dan Jo pun semakin bergulir seiring dengan berjalannya waktu. Sudah tiga hari kami intens komunikasi. Anak itu semakin gencar mendekati. Belum lagi sogokan-sogokan berupa makanan maupun minuman yang dikirimnya lewat kurir. Bukannya aku merasa tak enak dengan perlakuan Jo. Sangat! Rasanya cowok itu ingin kutendang dari kehidupanku. Namun, setelah kupiki
Baca selengkapnya
36
BAGIAN 36POV ZULAIKAAIR MATA MAMI               “Sorry, Jo. Kurasa kamu mulai terlalu ikut campur. Kalau begitu, sebaiknya hubungan kita sampai di sini saja!” Aku bangkit dari rebahku. Merasa sangat kesal dengan penuturan Jo yang kunilai terlalu lebay. Sejujurnya, aku juga cemas dengan rasa ingin tahu cowok tersebut yang terlalu besar. Dia benar-benar ancaman bagiku.              “Lho, jangan begitu, dong. Aku kan, hanya bertanya.”              “Pertanyaanmu membuatku tidak suka! Kamu seperti orang yang sedang menginterogasi pencuri saja. Padahal, kamu aku juga tidak pernah bertanya detail tentang kehidupanmu. Kamu yang ingin dekat denganku! Kamu yang masuk ke dalam kehidupanku. Kalau kamu terlalu banyak berta
Baca selengkapnya
37
BAGIAN 37POV ZULAIKALUKA YANG MAMI DAN PAPI CIPTAKAN               “Iya, Mi. Sabar, ya. Setidaknya, Tante Yeslin juga sudah menerima karmanya. Itu, orangtuanya malah meninggal dunia setelah dia merebut Papi dari kita.” Akhirnya, aku mampu juga untuk mengucapkan kalimat penghiburan kepada Mami. Walaupun terasa sulit untuk ikhlas dalam rangka mengayemkan hati mamiku, tapi namanya anak tetap saja tak bisa mengabaikan orangtuanya bila sudah menangis tersedu-sedu macam begini.              “Bukan karma. Mungkin sudah umur orangtuanya segitu. Ah, sudahlah. Mami mungkin harus mengikhlaskan semuanya. Mami harus menyembuhkan luka ini sendirian. Kalian masih terlalu kecil juga untuk mengerti betapa hancurnya perasaan Mami.” Mami melepaskan pelukannya. Menghapus air mata di wajah lelahnya, kemudian
Baca selengkapnya
38
BAGIAN 38POV ZULAIKABERLIAN PEMBAWA PETAKA               Aku bangun pagi-pagi sekali hari ini. Semalaman praktis mataku sulit sekali terpejam. Meskipun ngantuk, tidur seakan menjadi hal paling menakutkan dalam hidup. Seolah bila aku terlelap, dunia akan mengisapku ke dalam pusaran black hole yang menyeramkan. Astaga, kedua orangtuaku benar-benar telah merusak mental ini secara nyata. Hanya Tuhan yang tahu betapa berat perjuangan untuk tetap mengembuskan napas dalam keadaan waras.              Pukul lima pagi aku sudah mandi dan berkemas. Sebelum keluar kamar, aku menyempatkan diri untuk makan roti sandwich isi selai cokelat yang kubeli kemarin. Sebagai minuman penutupnya, sekotak susu UHT rasa stroberi langsung kuseruput lewat sedotan hingga tandas. Perutku sudah lumayan terisi. Tak lupa aku menarik selembar ua
Baca selengkapnya
39
BAGIAN 39POV ZULAIKAMENGULITI PAPI DAN TANTE YESLIN               Aku memandang ke arah Ario lagi. Anak itu kini tampak kesal campur cemas. Membatalkan perjumpaan ini tentu bukanlah hal yang oke. Nasi sudah jadi bubur. Apa mau dikata, kami harus menjalaninya, meskipun nenek lampir itu harus ikut-ikutan tampil.              “Ayo, masuk ke mobil. It’s okay. Kita bisa hadapin sama-sama,” bisikku sambil meraih jemari Ario. Kutarik tangan anak itu, kemudian berjalan terus menuju mobil Papi. Gaya tubuh Ario menunjukan sebuah keterpaksaan. Namun, dia tak bisa berkutik sebab langkahku sudah kadung melesat ke depan pintu mobil. Kubuka pintu belakang, lalu kusuruh Ario masuk duluan untuk duduk di belakang kursi Papi. Sedang aku, kini duduk di belakang kursi milik Tante Yeslin.   &
Baca selengkapnya
40
BAGIAN 40POV ZULAIKAMATI KAU!               “Ika, sekarang kita makan dulu, ya?” Papi mendadak bermanis lidah. Tuturnya lembut. Senyumnya jadi menawan. Dia jelas ketakutan kalau semuanya kubongkar.              Aku diam. Sebab perut sudah lapar, kuputuskan buat menyantap makanan yang sudah tersedia di depan. Kusikut pelan adikku. Memberinya kode agar segera tancap gas. Jangan buang-buang waktu di sini, pikirku. Usai makan, kalau bisa langsung pulang naik ojek saja.              Ario manut. Cowok itu lekas mengambil sendok garpu dari tempat warna biru yang berada di tengah meja. Dia buru-buru makan dengan lahap dan mengambil semua lauk yang kami pesan. Aku setali tiga uang dengannya. Tak ingin membuang kesempatan dan terus makan
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
15
DMCA.com Protection Status