Semua Bab Merry Go Around: Bab 51 - Bab 60
64 Bab
51. Undangan Pesta Perusahaan
Hari berganti hari, sebulan pun berlalu. Masa-masa awal hubungan yang Merry jalani berjalan dengan lancar dan sangat menyenangkan. Cathy dan Benny mendapatkan hadiah yang dijanjikan oleh Liam, uang tunai masing-masing sebesar seratus juta rupiah. Jumlah yang tentu saja membuat mereka berdua merasa seperti sedang kejatuhan durian matang. Apalagi Benny yang baru mau masuk kuliah. Dengan dana itu, dia tidak perlu mengkhawatirkan biaya masuk kuliahnya. Namun, seperti halnya roda yang berputar, masa-masa indah itu tidak berlangsung selamanya. Masa-masa yang penuh dengan canda dan tawa perlahan mulai digantikan dengan kekhawatiran dan pikiran yang terus berputar memikirkan satu nyawa yang bernaung di dalam rahimnya. “Merry, kamu lagi senang, ya?” tanya Susan suatu hari.“Ng, senang atau sedih tergantung apa yang terjadi sih, Bu. Kenapa?” balas Merry.“Entah perasaanku atau bukan, tapi sepertinya kamu gemukan,” ucap Susan lugas.Merry tertawa dipaksakan, “Ah, Ibu bisa aja. Tapi emang sih,
Baca selengkapnya
52. Rahasia Benny
“Sepi, ya!” ucap Merry saat dia dan Cathy sedang berjalan-jalan menyusuri pertokoan.Cathy memandang Merry sedikit bingung. Kemudian dia melihat sekelilingnya. “Perasaan mall ini rame banget, Mer!”“Maksud gue, kita biasanya bertiga sama Dawn. Tapi sekarang cuma kita berdua. Kok, sepi, ya!”“Jadi lo nggak cukup cuma jalan sama gue doang?” balas Cathy setengah merajuk.Merry terkekeh pelan, “Masa jalan sama Duchess Catherine nggak cukup! Keterlaluan banget gue!” candanya.Cathy pun ikut tertawa, “Sekarang coba kalimatnya di balik deh, Mer!”“Maksudnya?”“Gue yang ngomong, ‘Sepi, ya!’”“Terus?” balas Merry dengan wajah polos.Cathy berdecak kesal kemudian menjitak kepala Merry pelan, “Gue sama Dawn berminggu-minggu kayak gini pas lo asyik jalan berduaan terus sama Liam. Kita udah kayak pasangan lesbian. Mana Dawn pakai bajunya kalau nggak celana jeans, pasti joger pants. Terus nenteng tas fitness, otot bisep jadi, perut sixpack kadang dipamerin. Rambut pendek bob. Yang masih membuat dia
Baca selengkapnya
53. Curiga
Suasana menjadi bertambah tegang setelah Merry berteriak. Benny menatap wajah kakaknya sedikit syok. Menyadari situasi yang memburuk, Merry memutuskan untuk pergi. Dia langsung menarik lengan Benny dan membawanya keluar dari kafe. “Mer, lo mau ke mana?” teriak Cathy.“Gue capek! Pulang duluan, ya!” balas Merry sama sekali tidak menoleh.“Tapi, Kak,” Benny bermaksud menolak, namun tarikan lengan kakaknya sangat kuat. Akhirnya dia terpaksa mengikuti, “Bang Edo, gue pulang duluan ya! Besok gue kabarin lagi!” pamitnya pada pria itu. Edo hanya tersenyum sambil mengibaskan tangannya. Kemudian dia duduk di hadapan Cathy yang masih tersenyum senang.*****“Gue udah bilang kalau lo harus kuliah! Ngapain malah pengen main film?!” bentak Merry benar-benar marah saat mereka sudah sampai di apartemen.Benny sangat terkejut mendengar bentakan kakaknya. Sesungguhnya, semarah-marahnya Merry, perempuan itu tidak pernah membentak dirinya dengan sangat kasar. Dan entah kenapa hal itu malah membuat Be
Baca selengkapnya
54. Rencana Nyonya Sophie
Nyonya Sophie menghela napasnya, kemudian beliau berkata, "Kecuali Ashton, kalian boleh menunggu di luar." Mereka semua menurut. Dawn mengikuti Liam keluar dari ruangan. Tanpa sepengetahuan siapa pun, mata Nyonya Sophie tidak pernah lepas dari memperhatikan gerak-gerak Dawn dan Liam. Sekarang hanya tinggal Ashton di dalam ruangan itu. "Ashton, kalau pertunangan kalian masih berjalan, berapa lama lagi sampai tanggal pernikahan kalian?" tanya Nyonya Sophie. "Sekitar dua bulan lagi," jawab Ashton. "Dan berapa dana yang sudah keluar sejauh ini untuk mempersiapkan pernikahan kalian?" Ashton tidak langsung menjawab, otaknya sibuk mengkalkulasi keseluruhan pengeluaran sejauh ini. "Sudah keluar sekitar dua ratus juta," jawab Ashton. Nyonya Sophie tersenyum tipis, "Siapa yang paling banyak mengeluarkan duit?" "Semuanya saya, Tante." "Ashton, Tante cukup kagum padamu. Dibandingkan teman Liam yang lain, hanya keluargamu yang tidak berasal dari keluarga pengusaha. Bahkan kalau dilihat dari
Baca selengkapnya
55. Tenang Sebelum Badai
"Ternyata lo datang ke pesta keluarganya Liam?" pekik Cathy saat mereka bertiga facetime larut malam. "Yup, surprise surprise! Benar-benar lavish banget!" jawab Dawn sambil membersihkan riasan wajahnya dengan micellar water. Dia belum mengganti gaun yang dikenakannya. "Pasti banyak orang penting yang datang ke sana ya, Dawn? Ah, asli mupeng, coba gue ikut! Eh, tapi lo nggak boleh ngajak sembarangan tamu, ya?" balas Cathy terlihat jelas kalau dia ingin sekali menghadiri pesta yang hanya diisi oleh orang-orang penting, seperti pejabat dan selebritis. Dawn mengangguk, "Banyak wajah yang sebelumnya cuma bisa gue lihat dari berita. Iya, semua yang datang pasti tercatat namanya, nggak bisa ada tambahan. Kecuali kalau memang punya privilage banget ya! Ah, tapi, mau seseru apapun, tetap aja ngebosenin, karena nggak banyak wajah akrab dan ramah di sana. Semuanya wajah menghakimi, kelihatan dari lirikan mata mereka." "Ya, lo bisa ngomong gitu karena udah ngalamin dan bosan sama pesta-pesta s
Baca selengkapnya
56. Perjodohan yang Tidak Diinginkan
Merry duduk dengan gelisah di kursi sambil sarapan. Berkali-kali matanya menatap ke arah jam dinding yang baru menunjukkan pukul sebelas siang. Benny tidak pulang dari malam, anak lelaki itu bahkan tidak menjawab pesan dan telepon darinya.“Berani-beraninya dia tidak acuh saat aku telepon,” Merry menggeram kesal. Namun, kekesalannya cepat berubah menjadi rasa khawatir. Merry tentu saja khawatir di mana adiknya tidur tadi malam, dan makan apa dia pagi ini. Merry meraih ponsel dan mengusap layar untuk membuka kunci. Ada banyak telepon tidak terjawab dan pesan yang belum dibacanya, salah satunya dari kekasihnya, Liam. Dia sedang tidak bersemangat mengecek pesan dari siapa pun. Namun, untuk mengalihkan pikirannya, dia mulai membuka semua pesan-pesan yang masuk. [Merry, kenapa kamu belum membaca pesan dariku? Kamu nggak apa-apa?] Begitu isi pesan dari Liam. Merry terus menelusuri pesan yang masuk dari Liam. Dan akhirnya dia sampai pada bagian saat Liam membicarakan Benny. [Benny tidur d
Baca selengkapnya
57. No Cancellation
"Ah, maafkan saya tidak sengaja menyenggol piring dan mengganggu perbincangan kalian," ucap Liam dingin walau masih terdengar sopan. Nyonya Sophie tersenyum, "Tidak masalah, Nak. Parmi, tolong bereskan piring yang pecah dan ganti yang baru," perintah beliau. Tanpa perlu diperintah dua kali, seorang pelayan sudah sigap membersihkan pecahan piring itu. Kemudian satu orang pelayan lainnya sudah membawakan piring yang baru di hadapan Liam. "Terima kasih karena sudah memakluminya, Nyonya Sophie," ucap Liam dengan sengaja mengubah panggilan ke ibunya dengan menggunakan nama. Nyonya Sophie menyadari perubahan intonasi suara dan panggilan yang diberikan Liam padanya. Beliau tidak terlalu terkejut, Liam pasti akan merasa keberatan, namun Nyonya Sophie sudah mempersiapkan rencananya dengan matang. "Tidak masalah, Liam. Piring yang pecah masih bisa digantikan. Namun, hati seorang ibu yang pecah dan terluka akan sulit untuk diobati. Bukan begitu?" balas Nyonya Sophie dengan nada bercanda na
Baca selengkapnya
58. Curhat
Sesuai dengan janji pada Nyonya Sophie, hari ini Ashton akan memberikan Brittany kesempatan untuk memperbaiki hubungan mereka. Minggu ini mereka janjian untuk makan siang bersama di sebuah restoran.Ashton masih mengendarai mobilnya saat dia mendapatkan telepon dari Liam.“Yes, Bro?” jawab Ashton.“Lo di rumah?”“Nope, gue udah di jalan. Hari ini Brittany ngajak gue ketemuan.”“Oh, jadi sudah dimulai?”“Yep! Nyonya Sophie memang tidak pernah menunda waktu.”“Nyonya Sophie bukan nyokap lo, tapi lo nurut?”Ashton tertawa mendengar ucapan Liam yang penuh dengan nada sindiran.“Njirr, Nyonya Sophie juga bos gue keleus. Gue kerja di perusahaannya.”“Nyonya Sophie bukan satu-satunya pemilik. Masih ada gue dan bokap.”Ashton mendesah, memang sangat menyebalkan kalau dia harus selalu diingatkan masalah pada siapa dia sedang bekerja saat ini. Sebenarnya setelah menikahi Brittany, hal pertama yang akan dia lakukan adalah membuka perusahaan sendiri. Tentu saja dengan meminjam uang mertua. Tapi ka
Baca selengkapnya
59. Penjemputan
Mereka bertiga berjalan bersama ke mall setelah mandi dan berganti pakaian. Mereka memutuskan untuk makan di foodcourt sehingga mereka bergantian membeli makanan. Saat Merry sedang berkeliling membeli makanan, Cathy dan Dawn duduk berdua saja sambil sesekali sibuk memeriksa ponsel mereka.Cathy tertawa membaca pesan dari Jason, cowok yang baru dikenalnya beberapa saat yang lalu. Tentu saja Jason mengajaknya untuk jalan hanya berdua di lain waktu, dan Cathy membalasnya dengan senang hati. Lumayan buat mengisi rasa bosan.Namun kemudian dia menyadari kalau Dawn diam saja sejak mereka berada di kolam renang. Padahal Dawn biasanya tidak berbeda jauh darinya kalau sedang berkenalan dengan cowok, agak centil dan banyak melempar candaan. "Oke, ada apa, Dawn?" tanya Cathy meletakkan ponsel di atas meja.Dawn terkejut karena Cathy tiba-tiba bertanya padanya, padahal perempuan itu sedetik sebelumnya terlihat asyik menatap layar ponselnya."Hah, oh ... gue ... nggak apa-apa, kok!" jawab Dawn se
Baca selengkapnya
60. Cinta Pertama
Wajah Merry masih terasa panas saat akhirnya dia sudah tiba di IGD rumah sakit terdekat. Kompleks apartemennya memang cukup dekat dengan rumah sakit, hanya perlu menyebrang, dan dia sudah sampai di halaman rumah sakit. Dan sepanjang jalan itu, sang Budi terus membopongnya. Benar-benar otot pria itu bukan kaleng-kaleng. "Apa yang sakit, mbak?" tanya perawat yang bertugas memeriksanya. "Ka-kaki saya, sus," jawab Merry. Sesekali matanya melirik ke tubuh sang Budi yang sedang berbicara dengan petugas administrasi di ruangan sebelah. Kebetulan lokasi tempat tidurnya bisa melihat ke ruangan itu. "Yang ini?" perawat itu memencet pergelengan kaki kanan Merry. "AAW!" Merry berteriak kaget karena dia sedang fokus mengintip. "Pelan-pelan, sus," ucap Merry meringis kesakitan. "Maaf, Mbak, lalu mana lagi yang sakit?" Mau tidak mau, Merry terpaksa berhenti mengintip dan fokus memberitahu perawat mana saja dirasa sakit olehnya. "Ada apa lagi lo ke sini, Bud?" Tiba-tiba Merry mendengar suara
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234567
DMCA.com Protection Status