Semua Bab CINBU dan HURIN (Cinta Seorang Budak): Bab 41 - Bab 50
73 Bab
Bab 41 : Kerisauan Hati Fakhrurrazi
Bab 41 : Kerisauan Hati Fakhrurrazi  "Dia tadi memperhatikanku, ya, 'kan?" tanya Zara memastikan.  "Maafkan ketidaksopanan pembantuku itu, Nyonya Zara. Nanti akan aku tegur dia sekali lagi," jawab Roseline merasa tidak enak hati.  "Ya. Mungkin dia terbiasa seperti itu di Andusia," tebak Zara.  "Tidak ... tidak, Nyonya. Sungguh, Andrew tidak demikian. Dia pria yang sangat sopan. Hanya saja aku tak tahu mengapa dia tadi melihat Anda demikian. Baru kali ini aku melihat dia menatap wanita dengan begitu lekat seperti itu," bantah Roseline.  Selama kenal dengan Andrew, memang lelaki itu selalu bersikap sopan. Makanya Roseline cukup nyaman berada dekat dengan pembantunya itu. Bahkan kasih sayang sang ayah yang memudar semenjak ibunya wafat seolah tergantikan oleh adanya Andrew di samping gadis jelita itu.  Dahi Zara mengernyit.
Baca selengkapnya
Bab 42 : Apa Keistimewaan Islam?
Bab 42 : Apa Keistimewaan Islam? Seusai shalat Dzuhur, Fakhrurrazi berdzikir sebentar. Sang putra yang ada di sampingnya mengangkat tangan, berdoa kepada Yang Kuasa. Suara bocah itu lirih, tapi cukup terdengar oleh sang ayah.  "Ya, Allah ... aku ingin ibuku si putri cantik bermata biru. Semoga dia masuk Islam. Kabulkan ya Allah, aamiin!" Mendengar isi doa sang anak, sontak dahi Fakhrurrazi mengernyit. Ia pun menggeleng-geleng, heran dengan putranya itu.  Usai berdzikir, Fakhrurrazi meraih lengan Haris dan mengajaknya pulang ke istana. Dengan mengendarai kuda mereka menuju ke kediamannya.  "Tadi mengapa berdoa seperti itu?" tanya Fakhrurrazi di antara suara tapak kuda kepada sang putra kesayangan.  "Ha?" Haris mendongak berusaha melihat ke arah ayah yang berada di belakangnya.  "Mengapa minta putri bermata biru unt
Baca selengkapnya
Bab 43 : Tanda Tanya
Bab 43 : Tanda Tanya "Kurang ajar!" geram Fakhrurrazi dengan cengkeraman tangan yang semakin keras di jubah pria di hadapannya.  "Tu–Tuan Fakhrurrazi! Sabar ... sabar, Tuan .... " Umar spontan menghalangi Fakhrurrazi yang hendak melayangkan pukulan kepada Andrew.  Mata Haris terbelalak. Ia sangat terkejut dengan apa yang dilakukan sang ayah. Sontak ia meraih lengan sang nenek, merasa ketakutan.  Zara berusaha menenangkan sang cucu dengan membelai pundak kecilnya.  Jena yang tadi ingin menyampaikan pesan Roseline kepada Andrew kaget dengan insiden tersebut. Belum sempat ia menyampaikan bahwa sang putri memesan buah, Jena pun membalikkan badan dan langsung berlari kencang melapor kepada Roseline.  "Kalian tamu di negeri ini! Tapi apa kalian tidak tahu etika!" seru Fakhrurrazi. Kali ini tangannya sudah melepaskan jubah Andrew denga
Baca selengkapnya
Bab 44 : Dia yang Kembali
Bab 44 : Dia yang Kembali Setelah Fakhrurrazi pergi dari tempat itu, Umar langsung memerintahkan Andrew untuk segera berangkat. Tadinya pembantu Roseline tersebut ingin mendatangi Zara dan meminta maaf, tetapi tidak sempat. Ia harus segera mengurus pekerjaannya.  Umar pamit dengan terburu-buru. Karena mereka sudah terlambat.  Haris menatap Roseline dan bertanya, "Tuan Andrew mau ke mana?" Ia tampak keheranan karena pria itu pergi begitu saja.  "Tuan Andrew harus bekerja dulu, Sayang ...." Sang putri membelai rambut halus Haris.  "Bukankah kita mau membuat layangan dan pedang bersama Tuan Andrew?" tanya Haris lagi mendongak melihat sang putri.  "Iya, dia akan kembali segera. Setelah itu baru kita minta bikinkan layangan dan pedang." Roseline tersenyum di balik cadarnya.  "Sudah. Kita temui dulu Nenek Benazir."
Baca selengkapnya
Bab 45 : Penantian yang Tak Sia-Sia
Bab 45 : Penantian yang Tak Sia-Sia Pria itu melangkah perlahan, semakin mendekat. Tampak kristal-kristal memenuhi permukaan matanya. Ada bulir bening yang siap memecah dari bendungan pelupuk manik safirnya.  Zara bangkit dari duduk, begitu juga Benazir yang ikut tertegun. Wanita yang tidak memudar kecantikannya walau usia sudah kepala empat tersebut mengerjapkan mata basahnya. Alisnya bertaut berusaha menajamkan penglihatan yang buram.  "Ya ... ini aku, Rasyad," ucap pria di hadapannya. Air mata penuh kerinduan telah jatuh berderaian dari pelupuk netra safir itu kini. Suara berat tersebut terdengar serak.  "Yaa, Allaah ...!" pekik tertahan Zara setelah mendengar pengakuan itu. Seketika tubuhnya luruh, berlutut. Ia menutup wajahnya yang kembali bersimbah air mata. Bahunya berguncang-guncang, menangis sejadi-jadinya.  Andrew yang kini mengaku bernama Rasyad lan
Baca selengkapnya
Bab 46 : Bermain Bersama Tuan Andrew
Bab 46 : Bermain Bersama Tuan Andrew Rasyad berusaha bersikap normal. Begitu juga dengan Zara dan Benazir.  "Yang Mulia," sahut Rasyad membalas teguran sang putri.  "Apa yang kau lakukan di sini?" tanya Roseline heran seraya melangkahkan kakinya mendekat menyusul Haris yang sudah di pangkuan sang nenek.  "Aku mau minta maaf kepada Nyonya Zara soal insiden tadi, Tuan Putri," jawab Rasyad dengan suara tenang. Dia mampu menguasai diri walaupun jantungnya berdegub lebih kencang, khawatir sang putri curiga.  "Iya, Tuan Andrew meminta maaf kepadaku, Tuan Putri. In syaa Allah aku sudah memaafkannya." Zara menimpali sembari membelai rambut halus sang cucu yang ada di pangkuannya.  "Oh, begitu. Baguslah kalau Nyonya Zara sudah memaafkanmu, Andrew," sahut sang putri, "pekerjaanmu sudah selesai?" tanya Roseline lagi.  "
Baca selengkapnya
Bab 47 : Bagaimana Mengenal Tuhan?
Bab 47 : Bagaimana Mengenal Tuhan? Sudah sepekan Haris tidak diizinkan oleh Fakhrurrazi berkunjung ke kastil. Bocah itu mulai bosan di istana. Ia ingin bertemu dengan Roseline.  "Nek, aku ingin bertemu ibuku," rengek Haris kepada Zara. Rengekan bocah tersebut sangatlah mengganggu.  "Nanti kita minta ayah agar mau mengantar ke sana ya," ujar Zara. Di dalam hati, wanita itu pun sangat merindukan suaminya.  "Ayah selalu bilang sibuk!" Wajah Haris tampak kesal, tapi menggemaskan.  "Nanti nenek yang bicara ke ayah," hibur Zara seraya membelai pundak kecil cucunya.  "Janji ya?"  "Iya, in syaa Allah," sahut sang nenek.  "Aku mau main sama Rubi dulu!" Haris lalu berlari meninggalkan Zara di ruang tersebut.  Di halaman dekat kebun istana Haris mengajak temannya yang
Baca selengkapnya
Bab 48 : Ikrar nan Suci
Bab 48 : Ikrar nan Suci Seketika sorot mata Benazir menjadi cerah. Bibirnya tertarik ke atas. Ia merasa bahwa sang putri makin tertarik kepada Islam. "Menjadi muslim itu dengan mengucapkan ikrar kesaksian bahwa tidak ada yang haq disembah kecuali Allah dan Muhammad itu utusan-Nya. Hanya saja itu bukan sekadar ucapan belaka, Tuan Putri," papar Benazir.  "Ap–apa yang harus aku lakukan jika ingin masuk Islam, Nek?" tanya Roseline lagi.  "Tentu Anda harus mengingkari semua sesembahan lain. Anda sudah melakukan itu." Benazir tersenyum lebar.  "Oh, ya?" Alis Roseline bertautan. Ia masih belum mengerti.  "Ya. Anda sudah separuh muslim. Hehehe .... " Benazir terkekeh.  Sang putri semakin bingung. Dahinya berkerut.  "Ketentuan dari kesaksian itu ada dua, Tuan Putri," ujar Benazir.  "Per
Baca selengkapnya
Bab 49 : Belajar Surat Al Fatihah
Bab 49 : Belajar Surat Al Fatihah Rasyad sedikit heran, mengapa sang putri kelihatan begitu gembira. "Aku dengar Anda mencariku, Yang Mulia?"  "Ya, Andrew. Ke mana saja kau seharian kemarin?" tanya Roseline masih dengan senyuman di balik cadarnya.  "Ada pekerjaan yang harus aku lakukan di pasar," jawab Rasyad.  "Oh, begitu." "Apakah ada hal yang penting, Tuan Putri?" tanya Rasyad lagi.  "Ya! Ini penting sekali." Netra biru nan indah sang putri berbinar-binar. Hatinya terasa membuncah karena kebahagiaan yang sangat.  Rasyad menyimak. Dahinya mengernyit, tapi bibirnya tersenyum melihat sang putri yang tampak sangat bahagia. "Sekarang aku adalah seorang muslimah," ujar sang putri dengan menarik kedua ujung bibirnya. Entah mengapa suaranya terdengar bergetar dan matanya kini dipenuhi kaca-kaca.
Baca selengkapnya
Bab 50 : Tawaran dari Zara
Bab 50 : Tawaran dari Zara Bocah itu terlihat sangat antusias mendengar berita ke-Islaman sang putri.  Benazir mengangguk seraya menyunggingkan senyuman ke arah Haris. "Aku mengajak Tuan Putri Roseline ke masjid menemui Syaikh Ahmad Imran. Beliau yang menuntunnya bersyahadat," ujarnya seraya mengedarkan pandangan kepada Zara dan Fakhrurrazi.  "Alhamdulillaah! Doaku dikabulkan Allah. Allah baik ...!" Haris tampak sangat riang.  Zara dan Fakhrurrazi tercengang mendengar hal itu.  "Maa syaa Allah, alhamdulillaah," seru Zara sembari melihat ke arah sang putri.  Roseline tersenyum di balik cadarnya. Ia melirik ke arah Fakhrurrazi, hendak melihat reaksi sang pejabat menteri. Entah mengapa gadis itu penasaran dengan tanggapan pria itu. Jantungnya berdegup kencang.  "Kalau itu benar, suruh Tuan Andrew menghadapku. Bi
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
345678
DMCA.com Protection Status