Semua Bab Indra Keenam: Bab 51 - Bab 60
63 Bab
51
Kecolongan Ini hari ketiga setelah kehadiran hantu jahat, Amalia tetap saja tidak mau keluar. Dia kasihan sekali, alhasil aku berinisiatif mencari cara untuk membuat semacam penghalang di dalam kamarku. Sebagai antisipasi, mana tau dia datang dan akan menyakiti Amalia.  Memang sejak Kehadiran pertama Hantu Jahat itu membuat Amalia ketakutan. Dia bahkan tidak pernah keluar lagi dari dalam lemari selama tiga hari ini.  Bahkan aku sempat menganggap dia telah menghilang, tidak ada lagi di dalam lemari.  "Amalia. Apa kau masih didalam?" Panggilku dengan pelan menyebut namanya, dan sedikit mengetuk pintu lemari.  "Aku masih didalam." Jawabnya dengan pelan seperti berbisik. "Apa kau bosan di dalam sana?""Tidak apa-apa aku baik-baik saja" "Oke baiklah. Aku akan memberikanmu beberapa permen." 
Baca selengkapnya
52
"Carles... Carles..." Aku menyebut namanya sambil berpikir sendiri.  "Atau karna dia memakai kalung itu ayah?" "Kalung apa yang kau maksud?" "Aku melihat Carles sering memakai kalung. Tapi, aku tidak tau ukiran apa yang ada dikalung yang dia miliki." "Apa kau pernah bertanya-tanya padanya mengenai kalung itu?" "Tidak... Emm, barang kali Jack mengetahuinya. Karena, dia yang paling dekat dengan Carles." "Kalau begitu tanyakan adikkmu segera." Suruh Peter padaku "Baik. Aku akan segera kembali." Aku berlari menaiki anak tangga menuju kamar Jack. Semoga saja dia ada disana. Soalnya aku tidak melihat dia.  Suara ketukan pintu kamar Jack. Aku tergesa-gesa mengetuknya. "Jack. Apa kau ada didalam." Tapi dia tidak menyahuti panggilanku. Aku mencoba membuka gagang pintunya, dan ternyat
Baca selengkapnya
53
Karena, Amalia sudah setuju dengan apa yang akan kami lakukan, aku dengan semangat keluar dari kamar.  Kemudian aku menemui Peter dan Jack di ruang tengah. "Ayah. Aku ingin mengatakan sesuatu padamu" "Katakan saja" "Ini terkait dengan Amalia hantu yang bersama denganku" "Ok, kelihatannya kalian berdua telah bernegosiasi" "Ya mungkin begitulah" "Ayah yakin kalau dia setuju bukan" "Kenapa ayah begitu yakin?" "Pikirmu keahlian yang ayah miliki akan hilang begitu saja?" "Oke baiklah. Kalau begitu aku tidak perlu lagi membahasnya lagi" "Owh, ayolah. Ayah masih membutuhkan apa yang ingin kau katakan" "Oke baiklah" Aku menjelaskan semua apa yang aku bahas dengan Amalia.   "Diman
Baca selengkapnya
54
103 "Berapa lama aku berada disini?" "Tidak terlalu lama, dan tidak baru juga" "Kena aku harus melewatkan momen seperti itu," keluhku. "Tidak apa-apa nak, yang penting sekarang kamu bisa selamat, dan tidak ada korban" "Iya ayah. Aku hanya merasa melewatkan satu momen yang jarang terjadi" "Tapi, itu tidak akan bertahan lama nak"  "Maksud ayah?" "Paman kamu. Sudah menemukan perempuan yang bernama Layla itu"  "Benar ayah?" tanyaku, yang mencoba bangkit dari tempat tidur. Karena merasa speacles dengan kabar gembira itu. "Iya nak. Ini artinya kamu tidak akan merasakan lagi apapun juga yang berkaitan dengan dunia supranatural"  "Iya ayah." Aku kembali menyurutkan rasa senang di hatiku. Sepertinya aku merasa kehilangan sesuatu. 
Baca selengkapnya
55
  Seminggu sudah sejak peristiwa dengan hantu jahat. Dan kini sekarang aku harus menghadapi sebuah kenyataan, mengetahui kalau Amalia benar-benar sudah lenyap.   Hari ini adalah pesta pernikahan anak paman dan bibiku.  Aku memakai setelan jas hitam, dengan daleman menggunakan baju berwarna putih.  Aku terlihat sedikit iri dengan yang lainnya. Hampir semua anak muda memiliki pasangan masing-masing. Lain halnya denganku. Aku masih kosong melompong, tidak ada seorangpun yang aku jadikan pasangan.  Kebetulan aku duduk menyendiri, tanpa ada seseorangpun yang menemani aku. Aku hanya menghindari kebanjiran pertanyaan-pertanyaan dari keluargaku. "Hey bro. Kamu sudah punya pacar belum?" Tanya seorang yang sejak dari tadi berada di meja tepat dibelakangku.  "Belum bro hahah" jawabku dengan terkekeh. &
Baca selengkapnya
56
Berhari-hari apa yang dikatakan keluarga maupun orang-orang yang ada di acara pesta pernikahan paman dan bibi, masih terngiang-ngiang di kepalaku.  Pertanyaan yang menghujani aku sama saja. "Kamu sudah punya pacar?" Kepalaku terasa penuh dengan kata-kata mereka. Hanya paman Paul, Peter dan Jack yang tidak menanyakan hal tersebut. Bagaimanapun cara yang aku lakukan untuk menghindar, disitu juga ada orang dengan pasangannya masing-masing. Malah membuat aku merasa kesal dengan sendirinya. Benar-benar kena mental aku dibuat kata-kata mereka.  Hari ini kebetulan aku dan paman, akan menemui perempuan yang bernama Layla.  Aku masih bingung apa yang harus aku katakan kepada Layla. Pasti rasanya akan canggung dan akan terasa susah untuk mengungkapkan sepatah katapun kepada dia.   Tidak terasa ternyata aku dan paman sudah setengah perjalanan me
Baca selengkapnya
57
"Oh iya kalau alamat kamu?""Alamat aku ya?" Jawabku dengan ragu-ragu. "Kenapa ragu begitu?" "Kau tau kan?" "Tau apa?" "Kalau keluarga Morgan, selalu membenci kami," jawabku. "Oh, masalah itu. Tenang saja aku tidak akan memberitahukan hal ini kepada keluargaku" "Baiklah," kemudian aku menuliskan alamat lengkap rumahku. "Ini." "Memangnya keluargamu pernah disakiti keluarga Morgan?" "Sebenarnya..." "Tidak apa-apa. Aku tidak bermaksud begitu," Layla menyentuh tanganku.  Sedangkan aku hanya bisa merasakan tangan lembutnya sekali lagi. Dan ada sesuatu yang terasa aneh dengan diriku saat tangan Layla menyentuhku.  Tiba-tiba aku merasa tenang sekali, yang biasanya aku seakan-akan menggebu-gebu dengan kekuatan yang aku miliki. Tapi ini berbeda, pe
Baca selengkapnya
58
"Permisi!" Tuk... tuk... tuk...  "Permisi!"  Suara perempuan memanggil dari luar.  "Tunggu sebentar!" Teriakku dari dalam.  Tumben ada suara perempuan yang mengetuk rumah. Biasanya tamu selalu membunyikan bel. Mungkin dia tidak melihat tombol bel di sana.  Saat aku membuka pintu ternyata yang datang adalah Layla. "Hey, kenapa kamu datang ke sini?""Kebetulan aku lewat dari sebelah sini," dia mengibaskan rambutnya.  "Oh, kalau begitu ayo masuk," aku mengajak dia masuk kedalam rumahku. "Tunggu sebentar ya," dia melepaskan sepatunya."Ti... tidak usah dibuka..." "Udah nggak apa-apa"  "Siapa nak?" tanya ibu.  "Tamu bu," Jawabku.  "Ibu dengar sepert
Baca selengkapnya
59
Karena Layla belum juga pulang, ibu menyuruh aku untuk mengajak Layla menghabiskan waktu berdua.  Aku membawa dia kesamping rumah, karena suasananya disana cocok untuk mengobrol empat mata dengannya. Juga disamping rumah ada taman kecil dan juga ayunan dan kolam ikan punya paman Paul.  "Wah ini tempat yang bagus. Boleh kita duduk disana saja?" dia menunjuk kearah ayunan.  "Oke baiklah kalau kau mau duduk disana," jawabku. Aku membawanya kesana. Dia duduk dengan tersenyum. Mungkin dia teringat dengan masa kecilnya. "Jadi apa tujuanmu sebenarnya ke sini?" tanyaku pada Layla,  "Sebenarnya aku kesini ingin bertemu denganmu." "Kenapa?" "Hemm, aku hanya ingin memastikan saja ini alamat rumahmu yang sebenarnya atau tidak." "Memangnya kamu tidak percaya dengan alamat yang aku berikan?" 
Baca selengkapnya
60
"Bagaimana perasaan ayah berduaan dengan ibu lagi?" tanyaku pada Peter.  Peter malah tersenyum, mungkin dia malu mengatakan sesuatu. "Apa ayah melakukan sesuatu?" "Tidak... ayah malu mengatakan sesuatu pada ibumu. Jadi ayah hanya memandangi ibumu saja." "Sepertinya tidak begitu. Ayolah ayah katakan sesuatu bagaimana reaksi ibu? Apa dia masih secantik dulu seperti saat pertama kalian saling jatuh cinta?" "Dasar kamu ya... ayah nggak akan mengatakan apapun. Ini hanya ayah saja yang merasakan. Kamu tidak perlu, nanti juga kamu paham." "Atau aku kasih tau sama ibu kalau ayah..." "Eits... Tunggu dulu. Apa kau mau ayahmu ini ketahuan penyamarannya?" "Oke baiklah... kalau begitu katakan sesuatu ayah, aku hanya butuh mengetahui bagaimana mengatakan rasa cinta kepada seseorang yang kita sukai." "OOO..
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234567
DMCA.com Protection Status