Semua Bab Aku Madu: Bab 31 - Bab 40
119 Bab
31. Cerita Berdua
 “Mama sama papa mau ke kamar atas lihat Sheren dan juga Devan, sekalian mau main-main sama mereka, udah kangen,” ucap Haryati yang memandang Fathir dan juga Clarissa. Haryati dan Burhan sengaja ingin meninggalkan putranya bersama dengan gadis yang akan menjadi istri putranya tersebut. Mereka berharap Fathir bisa berbicara lebih santai menyelesaikan masalah mereka. “Iya ma,” jawab Fathir. “Ibu ke atas ya Clarissa,” ucap Haryati yang mengusap punggung tangannya. Clarissa sedikit tersenyum dan menganggukkan kepalanya. Clarissa mengusap dadanya yang terasa begitu sangat lega, ketika Haryati dan juga Burhan pergi meninggalkan meja makan tersebut. “Kenapa,” tanya Fathir. “Grogi Bang,” jawab Clarissa. Fathir tersenyum memandangnya. “Mau duduk di belakang nggak,&rdquo
Baca selengkapnya
32. Cinta
 Fathir duduk di kursi kemudi, ekor mata pria itu tidak ada henti-hentinya mencuri pandang kearah gadis yang saat ini duduk disampingnya.“Bawa mobil itu konsentrasi Bang,” ucap Clarissa.Fathir tertawa mendengar ucapan gadis tersebut.“Tahu ya dari tadi diliatin,” ucapnya.“Ya tahulah,” jawab Clarissa.“Habisnya nanti kalau udah sampai di rumah, abang nanti pasti kangen,” ucapnya memandang Clarissa.Clarissa begitu sangat grogi saat mendengar ucapan pria tersebut. Jantungnya berdegup dengan hebatnya.“Tapi kalau boleh jujur Abang sepertinya beneran cinta sama Risa,” ucapnya yang berusaha untuk jujur dengan perasaannya. Fathir tidak memikirkan lagi bila Gadis itu menganggapnya genit. Fathir hanya ingin jujur dengan perasaannya.Clarissa hanya diam ketika men
Baca selengkapnya
33. Apa Salah Ku
 Farah memandang kamarnya yang kosong. Farah mengusap wajahnya. Farah membuka bajunya dan menjatuhkannya di lantai kamarnya. Ia berjalan mengambil handuk dan melingkarkan handuk itu di tubuhnya. Farah masuk ke dalam kamar mandi dan menyiram tubuhnya di bawah cucuran air shower yang hangat. "Saat aku pulang kamu nggak ada, ternyata kamar ini rasanya sepi juga ya Mas. Mungkin karena aku tidak dengar kamu mengomel,” ucapnya dalam hati. Farah sangat malu mengakui hal tersebut.   "Kenapa sekarang hubungan kita semakin jauh seperti ini,” ucapnya yang mengusap wajahnya yang basah oleh air yang bercucuran dari atas kepalanya. “Apa kamu tahu Mas, sikap kedua orang tua kamu yang membuat aku seperti ini.” Menjadi menantu yang tidak pernah diinginkan begitu sangat membuat Farah tidak nyaman dan pada akhirnya dia lebih memilih untuk bersenang-senang bersama dengan teman-temannya. Cukup lama Farah menghabiska
Baca selengkapnya
34. Tidak Terima
 Farah keluar dari rumah mertuanya. Kakinya terasa begitu sangat lemas. Air matanya tidak ada berhenti menetes. Di jam pagi seperti ini Farah mendapat kabar seperti ini. Bagaikan disambar petir di tengah hari, saat ia mendengar apa yang telah disampaikan mertuanya kepadanya. Farah sudah tidak sanggup berada di dalam rumah mertuanya. Farah berusaha mempercepat langkah kakinya agar bisa sampai di mana mobilnya terparkir. Farah masuk ke dalam mobil dan menyalakan mesin mobil tersebut.  Farah menangis di dalam mobil. “Aku nggak akan pernah mau kamu memiliki istri lain selain dari aku,” ucapnya. Kakinya gemetar ketika harus menahan rasa emosi dan juga sakit di dadanya. “Mereka memang sangat tidak menyukai aku. Mereka akan berbuat berbagai caranya agar kamu bisa menikah dengan yang lain,” ucapnya yang mengusap air matanya. Farah menatap sendu rumah mewah yang ada di depannya. "Aku tidak sebodoh itu, aku akan melakukan berbagai
Baca selengkapnya
35. Kemarahan Farah
Kedatangan Farah  Penulis, Lilik Hendriyani Clarissa mendengar suara ketukan pintu dari luar. "Tadi udah dibilangin nggak usah datang, kenapa datang juga.” Clarissa mengerutkan keningnya. Ia beranjak dari duduknya dan kemudian berjalan menuju pintu. Clarissa tersenyum ketika membuka pintu rumahnya. Senyum dibibirnya hilang seketika, saat melihat orang yang berada di depan pintu rumahnya. Clarissa begitu sangat terkejut, jantungnya berdegup dengan sangat hebatnya, wajahnya memucat dan keringat di keningnya bercucuran. Ketika menyadari salah satu dari tiga wanita itu sangat dikenalinya. "Terkejut melihat saya? Apa kamu tadi begitu sangat senang karena menganggap yang datang suami saya?" Farah berkata sembari memandang Clarrissa dengan tatapan yang begitu sangat marah.  "Maaf." Hanya kalimat itu yang keluar dari bibirnya. Ia tidak bisa menyembunyikan rasa gugup dan takutnya. Clarissa san
Baca selengkapnya
36. Ingin pulang ke panti
 Clarissa duduk meringkuk menangis dengan Posisi tidak berubah sama sekali. Clarissa tidak menyangka akan mendapatkan perlakuan seperti ini. “Apa pantas Risa diperlukan seperti ini." Clarissa memandang potongan rambutnya yang berserakan di lantai. Clarissa memegang rambutnya. Di saat dia mendapatkan perlakuan yang tidak semestinya, mengapa tidak ada satu orang pun yang mengasihaninya. Mengapa tidak ada satu orangpun yang mau membantunya. Bahkan Mereka terlihat begitu sangat menikmati pertunjukan yang ada di depan mereka. Clarissa merasakan sakit di tubuhnya. Air matanya tidak ada henti-hentinya mengalir dengan derasnya. Clarissa memegang dadanya yang terasa begitu sangat sakti dan sesak. "Bunda tolong Risa,” ucapnya sambil menangis.  "Bunda, Risa benar-benar gak tahan. Kenapa hidup Risa harus seperti ini. Maafkan Risa bunda. Bila waktu itu Risa mendengarkan ucapan bunda. Risa pasti tidak akan mengalami ini semua
Baca selengkapnya
37.Keadaan Clarissa
 “Kenapa kalian menghalangi ku. Aku belum puas memberikan pelajaran untuk wanita itu." Farah begitu sangat kesal memandang kedua temannya. Ia masih belum puas dengan apa yang telah dilakukannya.  “Aku sudah tidak tega lihatnya," ucap temannya yang bernama Mirna.  “Apanya yang tidak tega. Dia sudah begitu berani dekat dengan suami ku. Aku benar-benar tidak puas." Farah ingin turun dari dalam mobilnya dan melanjutkan aksinya kepada Clarissa. “Kamu enggak lihat kalau tadi cewek itu udah sampai lemas. Aku rasa pelajaran yang kamu kasih itu sudah cukup untuk buat dia jera. Bila kamu masih belum puas. Silakan lakukan. Tapi jangan bawa kami. Kami tidak ingin terlibat dengan masalah ini," ucap Susi yang menjalankan mobilnya.  “Aku akan melakukan perhitungan lagi dengannya, bila dia masih tidak mau melepaskan suami ku." Farah berkata dengan sangat mara
Baca selengkapnya
38. Maafkan Aku
 Clarissa berbaring di atas tempat tidur dengan memiringkan tubuhnya. Punggungnya terasa begitu sangat sakit dan juga pedih. Sepatu yang dipakai Farah yang mengenai punggungnya begitu sangat terasa. Mungkin saat ini kondisi punggungnya dalam keadaan yang sangat tidak baik dan bahkan terluka. Clarissa mengingit bibir bawahnya saat merasakan punggungnya yang begitu amat perih dirasakannya. Kepalanya juga terasa sakit dan pusing. Clarissa berulangkali mengusap air matanya ketika mengingat apa yang dialaminya. Berada diposisi seperti ini tidak pernah ada di dalam bayangannya. Namun mengapa dia mengalami semuanya seperti ini. Clarissa menangis ketika merasakan sakit di sekujur tubuhnya. "Ayah, Ibu kenapa kalian tidak pernah mengingat Risa. Apa kalian tahu seperti apa sekarang kondisi Risa. Risa juga anak kalian, kenapa kalian lupakan begitu saja,” ucapnya yang mengusap air matanya. “Risa selalu kuat dalam menjalani hidup dan cobaan. Namun kal
Baca selengkapnya
39. Kacang Rebus
 Farah memberhentikan mobilnya di depan rumah mertuanya. “Apa mereka sudah tahu apa yang aku lakukan terhadap perempuan itu?" ucapnya yang turun dari dalam mobil. Farah merasa takut ketika turun dari dalam mobil. Ia berusaha untuk tidak memperlihatkan rasa takutnya. Farah mencoba untuk terlihat santai seperti biasanya. Farah bersikap seakan semuanya baik-baik saja.  Farah masuk ke dalam rumah mertuanya. Farah tersenyum memandang suaminya yang duduk di sofa. Wajah Farah memucat saat melihat wajah suaminya yang begitu sangat marah. Bahkan suaminya tidak pernah marah seperti ini sebelumnya. Farah begitu sangat takut memandang tatapan mata suaminya.  “Ada apa ma?" ucap Farah yang berjalan mendekati Haryati.  “Ada apa kamu bilang?" ucap Haryati yang melayangkan tangannya ke pipi menantunya.  Wajah Farah memerah ketika telapak tangan m
Baca selengkapnya
40. Makan Kacang
 Fathir keluar dari dalam kamar Clarrissa dan menutup pintu kamar Clarissa dengan sangat rapat. Fathir melintas di depan kamar mamanya. Fathir tersenyum ketika mendengar suara ketawa putra dan juga putrinya yang sedang bermain dengan opa dan Oma mereka.  Fathir menuruni anak tangga. Fathir masih sibuk dengan pikirannya. Kacang rebus dia belum pernah mendengar istilah tersebut apalagi memakannya. Fathir menggaruk kepalanya ketika yang diingatnya adalah kacang lupa dengan kulitnya. Fathir kembali naik ke atas dan mengetuk pintu kamar mamanya.  Haryati yang duduk di lantai bermain dengan cucunya memandang kearah pintu kamarnya yang terbuka. "Ada apa,” tanyanya ketika melihat putranya berdiri di ambang pintu. “Aku mau keluar ma,” ucap Fathir. “Mau ngapain?” tanya Haryati. "Aku mau beli yang di minta Clarissa.” 
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
12
DMCA.com Protection Status