Semua Bab After We Married: Bab 21 - Bab 30
79 Bab
21. Sebuah Momen
Jantungnya berdetak kencang. Hansa menatap bibir ranum istrinya itu dengan keinginan tinggi untuk menciumnya. Bisakah dia? Istrinya tampak tidak menahannya. Karenanya bibir mereka menjadi lebih dekat. Semakin dekat dan...'Sepuluh meter lagi belok kanan.'Mereka berdua tersentak kaget mendengar suara dari google maps yang telah Hansa hidupkan kembali, hal pertama yang dia lakukan saat masuk ke mobil.Rhea mendorong Hansa menjauh dan tubuhnya bergerak menjadi sangat dekat dengan sisi pintu. Dia menggigit bibirnya, sesuatu yang dia lakukan sewaktu gugup. Dia tidak berani memandang ke arahnya.Hansa menahan diri untuk tidak meninju layar map di dasbor mobilnya. Merutuki suara dari sistem yang datang di waktu yang sangat tidak pas.Sial! Hansa merindukan bibir itu, dan karena kejadian ini, dia yakin Rhea akan kembali membuat jarak dengannya.Kenapa dia harus menghidupkan maps? Pikirnya kesal. Dengan pikiran kacau balau dan kesal, di
Baca selengkapnya
22. Aku Mencintaimu
Mereka berbalik dan mendapati seorang pemuda tengah berjalan cepat kearah mereka. Rhea dan Hansa saling berpandangan, jelas tidak ada dari mereka yang kenal dengan pemuda asing ini."Aku tidak sengaja memfoto kalian." Pemuda itu mengeluarkan ponselnya dan langsung mengarahkannya ke Hansa.Gambar dari ponsel pemuda itu menampilkan dirinya dan Rhea dalam posisi berpelukan. Itu difoto dari samping dan ekspresi tawa dan kaget di wajah Rhea dan cara dia memandangnya untuknya serta sinar sore yang berpendar di belakang mereka membuat Hansa mengagumi foto tersebut meski hanya dipotret lewat ponsel.Rhea ikut memberi perhatian terhadap foto yang dibuat."Bagus. Kau punya bakat memotret." Pujinya kepada pemuda itu.Pria itu tersipu malu mendengar pujian dari sang aktris. Sebenarnya dia hanya coba-coba mendapatkan sudut foto yang pas untuk memperindah feed akun media sosialnya, hingga kemudian dia mendapat momen yang pas dari dua pasangan yang tampak sempurn
Baca selengkapnya
23. Kesalahannya
"Ya, itu kesalahan. Benar, kesalahan." Rhea menggumamkan kalimat itu berkali-kali. Jantungnya berdetak kencang bahkan setelah dia mandi. Sekarang, dia sedang berada di salah satu kamar tamu yang rumah ini miliki. Dia mengungsi malam ini karena tidak ingin dia membuat kesalahan kembali. Kesalahan yang lebih besar.Ciuman itu salah. Jantung yang berdebar itu karena dia terkejut. Pikir Rhea dalam rangka meyakinkan dirinya sendiri.Dia mengacak-acak rambutnya kesal. "Kenapa aku melakukan itu?" Ratapnya. "-tidak, kenapa aku membiarkan dia melakukan itu?!"Rhea membenci situasi ini. Dia membenci kenapa setiap Hansa mulai menatapnya intens dari jarak dekat, jantungnya akan berdetak kencang. Dia membenci dirinya sendiri karena itu."Tenang Rhea, tenang." Dia bermonolog. "Kamu tidak boleh jatuh kedalam rayuan Hansa."Satu hal yang Rhea terakhir inginkan di hidupnya adalah kembali jatuh cinta ke orang yang salah. Hansa termasuk orang yang salah. Mau bagaiman
Baca selengkapnya
24. Kebohongan Indah
"Akhirnya aku bisa melihatnya dari dekat." Kay berfangirling ria.Dia adalah pengagum pria tampan, dan menurutnya, Malik adalah aktor tertampan di Indonesia. Dia tidak pernah melihatnya dari dekat karena Malik berbeda agensi. Baru kali ini Rhea akhirnya bermain drama bersama aktor tersebut. Sehingga Kay senang bukan main ketika nama-nama pemeran dramanya mendatang diungkapkan.Rhea bisa mengerti kegilaan Kay akan selebriti tampan. Dia juga mengakui Malik memang memiliki ketampanan yang membuat sebagian besar perempuan menggila kepadanya. Itulah kenapa fanbase Malik juga merupakan yang paling ganas."Ada adegan kamu menciumnya." Asistennya menambahkan. "Aku begitu iri. Kak Jenna memang ahli menyeleksi naskah untukmu." Dia menyebut manager Rhea yang sekarang sedang cuti melahirkan tetapi tetap memantau mereka dari jauh."Pada akhirnya peranku bernasib mengenaskan di akhir drama." Rhea mengingatkan ending menyedihkan dari perannya."Setidaknya bukan d
Baca selengkapnya
25. Home Sweet Home
Kafe itu berada di gang sempit. Tertutupi oleh gedung yang menjulang didepannya. Hampir semua pelanggannya berasal dari daerah lokal yang tahu lokasi kafenya. Pemiliknya adalah seorang wanita tua yang tidak memiliki ambisi untuk mengembangkan kafenya menjadi lebih besar, sehingga di jam-jam tertentu, tempat itu bisa menjadi sangat sepi karena tidak ada pelanggan yang datang.Rhea  bukan orang lokal kawasan itu tetapi dia tahu kafe itu. Dia dikenalkan oleh Jenna, managernya yang dulunya tinggal didaerah itu. Dia bahkan telah dikenal sebagai pelanggan setia oleh pemilik kafe. Disamping tempat itu sebagian besar dalam keadaan sepi, racikan kopinya dan sandwichnya sangat enak dan sesuai dengan seleranya.Di kafe Sarang Hati itu, rata-rata para pelanggan yang satu waktu dengannya tidak menyadari keberadaannya. Mungkin dikarenakan persepsi bahwa selebriti rata-rata hang out ditempat terkenal dan fancy sedangkan kafe ini tidak memiliki kedua kriteria itu.Disinila
Baca selengkapnya
26. Siapa Dia?
Suasana hatinya sedang tidak baik-baik saja. Faktanya dia tengah berduka, berkabung karena ibunya meninggalkannya. Firasatnya benar, penyakit kronis ibunda tercintanya itu sudah tidak bisa ditolong lagi bahkan oleh tabib istana sekalipun.Kini dia terduduk mangu di samping makam yang gundukan tanahnya masih basah. Bekas aliran air mata di wajahnya menjadi penanda betapa banyak air mata yang telah ia keluarkan. Dia sendirian. Dia telah mengusir enam dayang untuk menunggunya di kejauhan. Dia sedang tidak ingin di ganggu.Dia memakai cundik berlukiskan bunga melati pemberian ibunya hari ini. Sebagai pengingat atas cintanya yang tidak terbatas untuk anak perempuan satu-satunya. Ibunya adalah sosok wanita yang tegar dan kuat yang selalu membalas orang-orang yang mencoba mempermalukannya karena sebagai istri sah, dia tidak bisa melahirkan anak laki-laki sebagai penerus.Sekarang, setelah kepergiannya, dia merasakan kekosongan yang amat sangat. Tidak ada lagi ibunda ya
Baca selengkapnya
27. Rindu
Kay melambaikan tangannya dengan semangat ketika melihat Rhea menatap sekeliling mencari mereka."Bagaimana bunganya?" Tanyanya langsung setelah Rhea menarik kursi terakhir yang tersedia di meja mereka."Berjalan bagus." Ucap Rhea.Dia tersenyum kearah dua sosok lain di kiri kanan meja. Nino dengan adik perempuannya, Camila."Kami kesini setelah Nino menghadiri pembukaan toko brand sponsornya di lantai dua." Terang Kay. "Ah,  aku telah memesankan minumanmu."Rhea mengerang ketika pelayan membawa jus jeruk kearahnya. Itu membuat Kay dan Nino tertawa melihat reaksinya yang sesuai dugaan. Camila disisi lain masih menjaga citra dirinya didepan aktris papan atas yang biasa dia lihat di film-film yang ia tonton. Dia awalnya mengira Rhea akan menjadi orang pendiam dan menakutkan, tetapi melihat dia tertawa dan bercanda dengan suadaranya, citranya yang menakutkan di kepalanya langsung menghilang."Aku sudah berekspektasi kau akan memesankanku b
Baca selengkapnya
28. Ciuman Penyemangat
"Kenapa kamu seperti ini?"Rhea memutar tubuhnya dan mendapati wajahnya berhadapan dengan dada bidang Hansa karena jarak tubuh mereka yang begitu dekat.Karena perbedaan tinggi dua puluh sentimeter, Rhea harus mendongak agar bisa menatap wajah suaminya. Rhea ingin melangkah mundur untuk memperlebar jarak, tetapi tubuh belakangnya telah menekan pinggiran marmer dingin."Bisakah kau membuatkanku segelas susu?" Tanya Hansa. Sadar bahwa Rhea tampak tidak nyaman, dia memutuskan untuk mundur selangkah."O-oke." Jawab Rhea, bingung dengan pertanyaan tidak terduga.Dia segera mengambil gelas lain di rak dan bekerja membuat dua gelas susu hangat untuk dia sendiri dan Hansa. Dia melirik kearah laki-laki itu yang sekarang tengah berdiri di belakangnya, tengah mengawasi dirinya. Diamati seperti itu, membuatnya sedikit gugup. Rhea juga melihat bahwa suaminya itu telah memakai setelan piyama tidur.Rhea mengambil nampan hitam dari laci bawah lalu meletakk
Baca selengkapnya
29. Sebuah Realita
Seluruh orang di ruangan terkesiap melihat kejadian yang terjadi. Rhea masih terduduk di kursinya, mata coklat madunya menatap dadanya yang kini tercetak noda hitam kecoklatan yang menjijikkan. Dia juga merasakan panas di kulitnya."Maaf, aku tidak sengaja. Maafkan aku."Rhea menghiraukannya. Dia masih terpaku dan mencoba untuk mendinginkan emosinya agar tidak melakukan hal-hal yang dia akan sesali nanti,  marah-marah misalnya. Dia tidak ingin tampil di headline berita lagi dalam citra negatif."Rhea kau tidak apa-apa?"Kay langsung secepat kilat mendatangi Rhea dan bersimpuh didepannya. "Tisu, mana tisu?" Ia bertanya dalam keadaan panik dan menoleh ke sekeliling untuk meminta yang lainnya membantunya mencari benda itu."Ini." Tak diduga, Malik lah yang langsung bertindak mencari sekotak tisu dan menyerahkannya. Kay menatapnya terkejut tetapi sedetik kemudian mereka langsung bekerja sama mencoba membersihkan tumpahan kopi di baju
Baca selengkapnya
30. The Dark Side
"Tentu saja itu urusanku, suamiku."Selepas kalimat itu diucapkan, Hansa langsung berdiri dan berjalan keluar dari kungkungan mejanya untuk berhadapan langsung dengan wanita tersebut yang kini tersenyum penuh kemenangan."Sudah mengingat istrimu ini?" Tambahnya. Wanita itu menutup jarak diantara mereka. Tangannya bergerak menjalari dada Hansa dan menyentuhnya. Senyum tak pernah lepas dari bibir mungilnya.Hansa menoleh sejenak kearah pintu untuk memastikan bahwa hanya ada mereka berdua, setelahnya dia bergerak mencengkram bahu wanita didepannya."Aggh!"  Tangan Hansa bergerak cepat untuk mencekik leher perempuan ini. Tidak ada eskpresi selain kekejaman murni yang tertera diwajahnya. Ekspresi yang jelas tidak pernah ia tampilkan didepan Rhea. Wanita itu tersedak dan tangannya memukul-mukul pergelangan tangan Hansa untuk membebaskan diri. Itu semakin membuat Hansa mengetatkan cengkraman lehernya. Menekan wanita itu hingga punggungn
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234568
DMCA.com Protection Status