Semua Bab White Love: Bab 41 - Bab 50
89 Bab
Jodoh Yang Tidak Diharapkan
Mentari termenung seorang diri di depan teras. Tidak pernah terbayang olehnya bahwa cintanya akan melukai orang lain.  Entah ini salah siapa? Cintanya yang datang tidak pada waktunya atau takdir yang mempertemukan mereka bertiga. Mentari bertekad untuk keluar dari Resto. Ia tidak ingin menjadi bulan-bulanan Dini setiap hari. Ia pun bergegas untuk pergi ke Resto walaupun hari itu adalah jatah liburnya. Suasana Resto sudah tampak ramai. Hampir semua meja telah dipenuhi pengunjung. Semua karyawan terlihat sibuk. Mentari  tidak sengaja melihat ke arah Dina. Gadis muda itu pun tampak sama sibuknya. "Biarlah aku yang mengalah, biarkan Dina bekerja dengan tenang di sini," gumam Mentari pelan. Mentari melangkah pasti menuju kantor pak Andri. Jantungnya berdetak kencang ketika hendak masuk ke sebuah ruangan berpintu cokelat. Setelah mengetuk pintu beberapa kali akhirnya menteri masuk.  tampak Pak And
Baca selengkapnya
Sahabat Lama
Keesokan harinya, Mentari sudah bangun dari subuh. Gadis muda itu sedang membersihkan rumah di bantu oleh Jaka. Mentari bertugas menyapu lantai, sedangkan Jaka sedang asik menyapu halaman rumah sambil bersenandung. Keduanya tampak kompak saling membantu.  Sungguh pemandangan yang jarang terjadi pada sepasang muda mudi. Selang beberapa menit, suara deru motor membuat keduanya menghentikan aktifitas mereka. Rangga tampak turun dari motor dan menatap lekat ke arah Jaka. Sosok pria asing yang baru pertama kali dilihatnya dan berada di rumah kekasih hatinya. Rangga pun bergegas menemui Mentari, keduanya saling bertatap penuh tanya. Kemudian duduk di kursi yang berada di teras rumah. "Siapa tuh cowok? tanya Rangga penasaran. " Nggak tahu, tanya aja sendiri," jawab Mentari ragu. Rangga tercenung untuk sesaat. Ia menatap lekat ke arah Mentari, kemudian beralih ke arah Jaka. "Siapa, lu. Ngapain di
Baca selengkapnya
Pilihan Mentari
Mentari yang sedari tadi menunduk, akhirnya mengangkat kepalanya. Kemudian menatap satu persatu orang yang ada di depannya. Hatinya sedang berperang antara memilih Rangga dan Jaka. Gadis itu harus memilih antara cinta dan dan patuh kepada orang tua, apalagi perjodohan itu  adalah wasiat dari almarhum Babe. "Iya, saya mau mau," jawab Mentari ragu. Jauh didalam lubuk hatinya. Gadis itu masih berharap bisa bersatu dengan Rangga. Akan tetapi, jika dirinya egois dan memaksakan kehendak. Akan ada banyak pihak yang terluka. Mentari pun memilih untuk terluka seorang diri memendam cintanya sedalam mungkin. Namun, ia lupa bahwa bukan cuma dirinya yang terluka, tapi Rangga pun akan ikut terluka, karena pria itu sangat mencintai Mentari. Pria bendarah Arab itu tidak ingin kehilangan gadis pujaan hatinya. "Alhamdulillah."Seisi rumah pun serempak mengucap hamdalah. Mereka tampak lega dan bahagia. Terlihat senyum lebar d
Baca selengkapnya
Menata Hati
Keputusannya untuk keluar dari Resto, akhirnya, disesali Mentari. Sekarang, ia kebingungan mencari pekerjaan baru hanya berbekal ijazah SMA. Pencari kerja yang semakin banyak tidak sebanding dengan lapangan pekerjaan yang tersedia. Tanpa keahlian dan ijazah tinggi. Sulit untuk Mentari mendapatkan pekerjaan yang layak. Seperti mencari jarum di tumpukan jerami. Mentari menyusuri jalanan trotoar di pusat kota dengan membawa beberapa map berisi surat lamaran. Bukan karena ia kekurangan uang. Beberapa kontrakan yang ditinggalkan almarhum Babe sudah cukup menghidupinya dan Emak.Namun, rasa bosan dan ingin mandiri. Membuat gadis itu rela  bersusah payah untuk mendapatkan pekerjaan.Panas terik matahari membuat peluh mengucur membasahi dahi dan kerah bajunya. Mentari berhenti di sebuah cafe kecil yang ia lewati untuk beristirahat sejenak. Suasana cafe yang hijau dengan aneka tanaman hias membuat Mentari tersenyum. Ia memilih duduk d
Baca selengkapnya
Lamaran
Semua seolah terjadi begitu cepat. Aroma masakan menguar ke seluruh ruangan. Sanak saudara dan tetangga dekat tampak sibuk memasak dan berbenah. Acara lsmaran, rencananya akan berlangsung hari itu. Semua orang nampak sibuk mempersiapkan acara tersebut. Kirana duduk di ujung ranjang, berbalut kebaya sederhana. Wajahnya semakin cantik dengan polesan make up natural. Ia tersenyum tipis saat melihat pantulan diri di dalam cermin. Hatinya berbunga-bunga, menantikan sang pujaan hati yang akan datang melamar. Dari luar terdengar suara riuh tanda rombongan telah datang. "Mentari boleh masuk," ucap  Emak dari balik pintu. Sesaat kemudian, Emak pun masuk dan duduk di dekat Mentari. Wanita paruh baya itu menatap lekat putri kesayangannya, kemudian membelai lembut rambut Mentari yang panjang terurai. "Ayo keluar, rombongannya sudah datang!" ajak  Emak dengan tersenyum lebar.Mentari menatap lurus kedepan, hatinya berbunga-bung
Baca selengkapnya
Acara Lamaran
Setelah mendapat kabar baik dari Kirana. Rangga segera meminta orang tuanya untuk melamar sangat pujaan hati. Lelaki berdarah Arab itu tambak semringah sepanjang hari. Nyak dan Babe pun bergegas untuk menyiapkan hantaran yang akan di bawa. Beberapa keluarga inti turut membantu acara penting di dalam hidup Rangga. Sama halnya dengan Emak Kirana. Orang tua Rangga pun lebih mementingkan kebahagiaan anak lelaki satu-satunya itu. Mereka rela menanggung malu dan dicaci oleh keluarga Dina demi Rangga. Nasi sudah menjadi bubur. Hati memang tidak bisa diatur kemana akan berlabuh. Malam itu Rangga dan keluarganya tengah berkumpul di ruang keluarga. Berbincang sembari menikmati secangkir kopi dan pisang goreng kesukaan Babe. "Udah matep, lu. Ngelamar Mentari, awas aja klo tiba-tiba dibatalin lagi di tengah acara," ucap Babe geram. "Insya Allah, Be. Mentari itu ibarat matahari. Aye ngakak bisa hidup tanpa dia," sahut
Baca selengkapnya
Awal Petaka
keesokan harinyaKeluarga kedua belah pihak telah setuju untuk melangsungkan pesta pernikahan dua bulan ke depan. Persiapan pun dikebut dari mulai sekarang. Mentari dan Rangga sibuk mencari wedding organizer untuk mengurus pesta pernikahan mereka. Gadis cantik itu tidak ingin acara sekali seumur hidup baginya  berlalu begitu saja,  Ia ingin meninggalkan kesan yang tidak terlupakan di acaranya tersebut. Walaupun tidak mewah, tapi, tetap berkesan. Hari itu, rencananya Mentari dan Rangga akan berkunjung ke Wedding organizer terdekat. Mentari telah siap dari pagi buta. Hatinya berbunga-bunga menanti sangat pangeran yang akan menjemput. Gadis berlesung pipit itu melihat ke arah jam dinding beberapa kali. "Bilang ke Rangga biar Emak sama orang tua Rangga saja yang ngurus persiapan nikahan, lu," ucap emak yang terlihat khawatir. "Nggak apa, Mak. Biar kami aja yang urus. Biar lebih puas," sahut Mentari sambil tersipu malu.
Baca selengkapnya
Godaan
Entah kapan Rangga akan bangun dari komanya. Yang jelas Mentari masih tetap setia menunggu. Gadis berparas cantik itu hampir setiap hari mengunjungi calon suaminya yang masih terkapar di ranjang rumah sakit. Seperti biasanya hari itu Mentari akan mengunjungi Rangga di rumah sakit. Ia berjalan melewati koridor dengan membawa makanan kesukaan Rangga. Langkah Gadis itu terhenti tepat di depan pintu kamar Rangga. Gadis itu merasakan sesuatu yang tidak enak di hatinya. Seperti ada yang mengganjal.Ia pun membuka pintu perlahan. Netranya membeliak seketika saat melihat seorang pria sedang duduk di sisi Rangga, membelakangi dirinya. "Ehm," Mentari berdehem. Pria itu pun menoleh dan tersenyum manis ke arah Mentari. "Sudah lama ya? kita nggak ketemu," ucap pria yang familiar di mata Mentari itu sembari tersenyum ramah. Mentari masih mematung. Mencoba mengingat sosok yang ada di depannya. wajahnya tidak asing Namon Iya se
Baca selengkapnya
Hilang Ingatan
Mendung bergelayut di atas Cakrawala. Mentari tengah dalam perjalanan menuju rumah sakit. Gadis berambut panjang itu sengaja memakai ojol karena terburu-buru dan ingin cepat sampai di rumah sakit. Pesan telepon dari suster yang menjaga Rangga membuat gadis itu bahagia dan bersemangat. [Halo selamat siang, pasien atas nama Rangga sudah siuman tadi siang.Mohon segera datang ke rumah sakit]Pesan telepon itu seolah terngiang kembali di telinga dan membuat senyumnya merekah"Cepetan bang, udah mau hujan nih," ucap Mentari dari belakang jok motor. "Iya Mbak," jawab sang ojol kemudian melaju dengan cepat membelah jalanan Ibukota yang sudah ramai. Pengendara ojol yang berpengalaman dan cekatan berhasil membawa Mentari sampai di rumah sakit tepat pada waktunya. Sebelum hujan turun.Mentari pun berlari menuju kamar kekasih hatinya. Mentari Berhenti sejenak tepat di depan pintu. Dadanya berdebar, diikuti jantung yang berdetak se
Baca selengkapnya
Kemelut
Hari itu, Mentari sengaja akan berkunjung ke rumah Rangga. ia membawa beberapa makanan kesukaan Rangga dan beberapa barang kenangan mereka. Mentari sudah bersiap sedari pagi, ia berdandan cantik dan memakai baju yang dibelikan Rangga. Hatinya berbunga-bunga membayangkan akan segera bertemu sang pujaan hati. Mentari pergi setelah berpamitan dengan Emak sebelumnya. ***Mentari segera turun dari ojol dan berlari kecil menuju rumah Rangga. Gadis muda itu sepertinya sudah tidak sabar ingin segera bertemu dengan Kekasih hati. Namun, langkahnya terhenti tepat di depan pintu rumah yang sudah terbuka ketika melihat Rangga sedang disuapi oleh Dina. Hati Mentari sakit seketika, dadanya terasa sesak hingga mendesak bulir bening bersarang di pelupuk mata. Mentari mencoba untuk menguatkan hati dan memaklumi keadaan Rangga. Gadis berambut panjang itu pun masuk menyembunyikan luka di dalam hatinya dan melangkah ke dalam dengan se
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
34567
...
9
DMCA.com Protection Status