Lahat ng Kabanata ng Enam Tahun Tanpa Malam Pertama: Kabanata 21 - Kabanata 30
96 Kabanata
21. Hadirman Suteja
"Non, kalau ngantuk tidur duluan saja. Saya gak lama kok. Nanti juga balik. Ucapan Non barusan saya anggap tidak pernah ada ya? Kita tidak bisa main-main dengan pernikahan," ujar Mang Dirman padaku. Sungguh aku sangat malu ditegur seperti ini, tetapi hatiku mengatakan bahwa Mang Dirman bisa menolongku."Saya takut. Saya ikut saja ke rumah sakit, Mang. Tunggu, saya ganti baju dulu." Tanpa menunggu persetujuan darinya, langsung saja aku melangkah lebar menuju kamar, lalu menguncinya. Jantungku berdetak sangat cepat. Antara malu dan juga gugup. Lancang sekali aku bicara seperti itu pada lelaki dewasa seperti Mang Dirman. Semoga ia tidak mengundurkan diri karena ucapanku barusan.Sambil berganti pakaian, aku membuka laci lemari untuk melihat berkas lamaran yang pernah aku terima dari Pak Rahmat;lelaki yang membawa Mang Dirman bekerja di rumahku sebagai sopir dan penjaga rumah.Ya ampun, aku baru tahu ia memiliki nama yang bagu
Magbasa pa
22. Teror
"Woy, jangan kabur lu!" teriak Mang Dirman berusaha mengejar lelaki yang baru saja kabur dengan melompat tembok rumahku."Aargh ... Malang tolooong! Ulaaar! Toloong!" mendengar teriakkanku, Mang Dirman kembali lagi dan melotot melihat banyak ular."Allahu Akbar! Non, cepat telepon security! Saya tangkap semampu saya dulu!" Mang Dirman mendorongku menjauh hingga keluar pagar, sedangkan dia mendekat ke teras sambil mengambil batu dan juga sapu yang ada di halaman rumah. Dengan gemetar, aku memencet nomor keamanan perumahan dan memberitahu bahwa banyak ular di rumahku.Tak lama kemudian, dua petugas datang sambil membawa kayu panjang dan besar. Aku bergidik ngeri sendiri. Kakiku gemetar, rasa tak mampu untuk kuat menginjak bumi saat ini. Entah apa yang mereka lakukan di sana, aku tak berani melihatnya.Bunyi sirine mobil pemadam kebakaran pun datang mendekat. Hampir semua warga yang ada di dekat rumahku, kelu
Magbasa pa
23. Morning Kiss
Aku sempat syok dengan banyaknya ceceran darah yang berasal dari kepala Edwin. Kakiku gemetar dan seluruh tubuh ini berkeringat. Bukan karena takut, tetapi aku merasa sangat parno dengan darah. Perutku serasa bergolak, hingga aku jatuh terduduk di lantai hotel yang dingin. Mang Dirman yang sempat pingsan dihajar oleh Mas Edwin, tiba-tiba saja bangun dan menghampiriku. "Ya Allah, Non gak papa?" tanyanya dengan penuh rasa khawatir. Aku tak sanggup menjawab, hanya mampu menggelengkan kepala saja. Seorang petugas hotel datang membawakan ku minum dan memberikannya padaku. Tiga orang lelaki berbadan tegap menggotong Edwin keluar dari lobi dan secepat kilat petugas kebersihan hotel membersihkan ceceran darah tersebut. "Sepertinya ini masalah keluarga, tetapi karena adanya kekerasan, sebaiknya Masnya dan Mbak segera ke kantor polisi saja. Melaporkan semua yang terjadi, sejak awal sampai terlukanya lelak
Magbasa pa
24. Berdamai atau tidak?
Keadaan hening untuk beberapa saat;bahkan aku mampu mendengar detak jantung yang berpacu dengan sangat cepat. "Jangan seperti ini lagi, Non. Kita belum sah. Saya khawatir, nanti saya yang tidak dapat mengendalikan diri. Saya lelaki normal dan sudah lama sendiri. Lebih baik kita sedikit berjarak ya. Non masis berstatus istri Tuan Edwin," ucap Mang Dirman padaku dengan penuh penegasan.  Tidak bisa dibayangkan bagaimana malunya aku saat ini. Perbuatan konyolku malah membuat harga diriku terjun bebas di depan seorang lelaki dewasa seperti Mang Dirman. "Iya, maaf," kataku lagi tanpa berani membalik tubuhku untuk menatapnya. Tak lama kemudian, langkah lelaki itu menjauh dan pintu kamar tertutup. Aku mengembuskan napas lega, lalu terduduk lemas di atas ranjang. Sungguh memalukan sekali yang kulakukan barusan. Sepertinya aku benar-benar wanita kurang belaian, dan semua ini gara-gara Edwin. POV Dirm
Magbasa pa
25. Eva Rianti
Damai. Itulah kesepakatan yang kami putuskan hari ini. Mas Edwin melupakan kejadian kemarin, sedangkan aku juga tidak meneruskan kasus teror dan gugatan tindakan kekerasan yang pernah dia lakukan. Biarlah untuk masalah rumah tangga, aku ajukan bukti kuatnya di pengadilan saja. Termasuk video Mas Edwin yang tengah berciuman di dalam mobil.Aku tahu, ibu mertuaku sempat tidak percaya dengan tuduhan yang aku layangkan pada anaknya. Tentu saja, mana ada orang tua yang bisa percaya begitu saja perihal kesehatan organ vital anaknya. Di kepalanya hanya ada aku yang mandul dan tidak bisa memberinya cucu. Dia sama sekali tidak curiga dengan Raka dan Mila. Apakah wanita paruh baya itu telah benar-benar diperdaya oleh anaknya?Soal harta Mas Edwin yang sudah atas namaku, berikut tabungan. Akan tetap aku perjuangkan di meja pengadilan agama. Dia yang memulai semuanya, sehingga aku memang harus sigap mengambil langkah agar harta penghasilan suamiku set
Magbasa pa
26. Rencana Pernikahan
Pov Edwin  "Ibu!" Aku berlari menghampiri ibu yang pingsan setelah mendengar kenyataan yang diucapkan oleh Mila.  "Mila, bantu aku bawa ibu ke rumah sakit!" pintaku padanya. Wanita itu mengangguk dan langsung berlari untuk membuka pintu, lalu menyiapkan mobil.  Kami membawa ibu dengan perasaa khawatir. Mila duduk di belakang memangku kepala ibu di pahanya. Kuperhatikan ia jug sangat syok. Ibu pingsan setelah mendengar ocehannya tentang masa laluku yang tak ada siapapun yang tahu, kecuali Mila. Semua ini terpaksa aku sembunyikan dari Ibu, karena wanita yang melahirkanku ini tidak pernah suka dengan Eva. Apa jadinya jika ia tahu Eva mengandung anakku di luar nikah? Bisa-bisa namaku dicoret dari kartu keluarga dan tak memperoleh warisan sedikit pun. Sekarang, Ibu sudah tahu dan aku tak bisa lagi menghindar. Semua harus aku ceritakan begitu bel
Magbasa pa
27. Fitnah yang Keji
 “Terima kasih atas restunya, Bu. Saya berjanji akan menjadi menantu penurut,” ujar Mila dengan wajah tersipu malu. Aku sudah tak bisa membantah jika Ibu sudah membuat keputusan. Walau jauh dari dasar hatiku masih ragu untuk menceraikan Ria. Apakah tidak perlu menunggu dulu sampai hartaku kembali lagi padaku? Agar aku bisa lebih tenang menjalani hidup baru dengan Mila.“Apa lagi yang kamu pikirkan, Win? Lekas urus perceraian kamu dan cari ustazd untuk menikahkan kalian berdua. Tidak perlu resepsi. Nikah siri saja dahulu. Jika kamu sudah resmi bercerai secara Negara dari Ria, baru kalian urus pernikahan secara Negara. Bagaimana Mila?” tanya ibuku pada wanita yang sebentar lagi akan menjadi istri siriku.“Baik, Bu. Saya tidak masalah. Asal kami segera dihalalkan,” jawabnya dengan senyum terkembang. “Tapi kamu harus janji, bahwa kamu akan memberikan saya cucu. Jika tidak kembar, cucu per
Magbasa pa
28. Liciknya Edwin
"Saya terima nikah dan kawinnya Milariani binti Ahmad Muzakki dengan mas kawin seperangkat alat salat dan cincin emas tujuh gram dibayar tunai."Pernikahan siri ini pun terjadi juga. Setelah sepekan ibuku keluar dari rumah sakit. Wajah Mila nampak sumringah dan merona. Dia memang cantik, mirip sekali dengan Eva. Tak heran jika aku bisa jatuh cinta padanya, setelah kepergian Eva untuk selamanya. Aku memang menyukai  dan mencintai Ria, tetapi kedekatanku dengan Mila karena adanya Raka, membuat perasaan ini terbagi dua. Aku menginginkan keduanya menjadi wanita-wanitaku, walau aku tak bisa memberi nafkah batin untuk mereka.Jika Ria bisa diberi pengertian tentang hal itu, asal rekeningnya gendut. Namun bagi Mila, aku masih bingung. Khawatir ia kecewa dengan keadaanku yang sebenarnya. Biarlah, untuk beberapa bulan ini aku beri obat tidur saja sebelum kami berhubungan."Saya mandi dulu ya, Mas," katanya dengan wajah menundu
Magbasa pa
29. Bertemu Dirman
Akhirnya aku sampai juga di Garut menjelang Subuh. Mobil sengaja kukemudikan dengan kecepatan sedang, karena mengendarai mobil saat malam hari, aku masih belum terlalu percaya diri.Singgah di masjid begitu memasuki azan Subuh, membuatku sempat beristirahat sebentar. Baru kali ini aku mengendarai mobil dalam jarak cukup jauh.Selesai salat berjamaah, aku memutuskan untuk memejamkan mataku sejenak. Tidak ada rasa was-was sama sekali, karena sedang ada taklim yang berlangsung setelah salat. Untunglah bilik salat perempuan, dibatasi oleh gorden panjang, sehingga saat kuterlelap, tak ada jamaah yang menyadarinya.Alamat Mas Dirman sebenarnya tidak jauh lagi, tetapi mataku sungguh tak dapat diajak bekerja sama. Daripada terjadi apa-apa di jalan, lebih baik aku tidur sejenak di masjid.Entah berapa lama aku tertidur, yang jelas saat kumembuka mata, langit sudah terang dan lalu-lalang kendaraan mulai padat. Seger
Magbasa pa
30. Rahasia Mila
Akhir pekan yang aku harapkan bisa kulewati dengan tenang di Garut, harus pupus. Mas Edwin lagi-lagi mengganggu dengan terror kampungannya. Aku tak menyangka, lelaki sepintar Mas Edwin melakukan cara konyol untuk masuk ke dalam rumahku. Ya, sekarang itu benar-benar rumahku. Bukan lagi rumah bersama. Apalagi sekarang dia sudah menikah dengan Mila, tidak sudi sepeser pun aku memberikan harta gono-gini pada lelaki itu. Untunglah Mas Dirman memberitahu temannya yang bertugas sebagai satpam komplek perumahanku, sehingga Mas Edwin dan orang-orangnya bisa diusir saat itu juga. Aku juga minta tolong pada Herman untuk mengamankan rumahku sementara. Tepatnya, aku rela membayar satu orang  petugas kepolisian untuk menjaga rumah mewah yang aku punya. Jangan sampai rumah seharga tiga milyar itu jatuh kembali pada Mas Edwin dan istri sirinya. Harta yang didapat lelaki itu selagi berumah tangga bersamaku dan sudah atas namaku, tentu tidak akan mau aku kembalikan.
Magbasa pa
PREV
123456
...
10
DMCA.com Protection Status