Semua Bab A Wandering Star: Bab 21 - Bab 30
95 Bab
Part 20: Raja Fedrix
Pria tersebut adalah raja suku Bass, Fedrix. Ia hanya tertawa mendengar pernyataan Ratu Angel, dan membalas, "Ya, kalian memang tidak adil! Mengapa hanya suku Bass yang kalian musuhi? Bukan salahku jika aku harus mengambil energi kalian, ya karena kalian sendiri menganggap diri kalian sendiri adalah penjaga satu-satunya Dunia Musik, namun membunuh prajuritku, yang terang-terangan juga adalah penduduk Dunia Musik! Menganggap kami adalah ancaman, apa yang pernah kalian lakukan untuk suku kami? Apakah di dalam Dunia Musik hanya ada suku Simfoni dan Harmoni yang bisa memakai kekuatan musik dan lagu? Maksud kalian, kami tidak boleh dan tidak bisa?"Ratu Angel kali ini benar-benar kesal, melihat Fedrix justru tertawa lebar, ia lalu membalas, "Berhenti mengambil energi dari orang lain secara ilegal, menguras habis nyawanya dan mengambil keluarganya hanya untuk menjadi prajuritmu! Kami juga tahu bahwa yang kau incar bukanlah energi untuk bertahan hidup demi sukumu sendiri, yang kau inginkan ad
Baca selengkapnya
Part 21: Keinginan Terdalam
Beberapa hari kemudian, demi menjaga agar kepemimpinan suku Simfoni tidak kosong, lalu mengundang seluruh pemimpin suku-suku yang ada di dalam Dunia Musik, untuk menjadi saksi. "Sesuai amanat mendiang Ratu Angel, mulai hari ini aku akan mengambil alih pemerintahan sementara suku Simfoni, sebagai kepala suku, sampai nanti ditemukan seseorang yang cocok untuk menggantikan mendiang Ratu Angel," ucap X di hadapan semua orang yang hadir di istana suku Simfoni. Banyak yang menangis, para pelayan terutama, dan beberapa prajurit, termasuk X sendiri, yang terlihat mengepalkan tangannya, menahan amarah, sambil berucap dalam hati, "Fedrix, lihat saja. Anak itu akan membunuhmu dan menghancurkan sukumu suatu saat nanti, lihat saja!!"Sejak saat itu, Dunia Musik memang, sangat damai dan suku Bass terlihat agak terang, yang biasanya selalu gelap. Suku yang wilayahnya terbelakang dan terisolir ini, memulai pesta meriahnya. Pesta energi, sebut mereka. Di dalam istana suku Bass, Raja Fedrix memulai p
Baca selengkapnya
Part 22: Malam Pertama
Higiri lalu merasa bingung, ia lalu bergumam dalam hati, “Aku tidak bisa pulang tanpa baju ganti, haruskah aku pulang dalam keadaan basah? Ya sudahlah, aku akan mengganti bajuku, lagipula aku masih punya kekuatan magis, baju saja itu mudah!”Higiri lalu membuka telapak tangannya dan tongkat magis berwarna merah itu muncul. Ia berusaha menggunakan kekuatan bintang untuk mendapatkan baju dan celana baru, namun.., ternyata… dengan penuh rasa kesal, Higiri menggaruk-garuk kepalanya. Ternyata ia lupa mengisi ulang kekuatan magis di dalam tongkatnya! Kali ini, mereka berdua terdiam sejenak, seperti salah tingkah. Kenta lalu memutuskan untuk membawa Higiri ke atas, ke kamarnya, dan menunjukkan kamar mandinya. "Ini, silahkan, kau bisa mengganti bajumu, maaf aku di sini sendirian, tidak punya baju yang pas untukmu, namun di sini ada baju paman-pamanku, aku harap baju itu muat dan cocok denganmu!” seru Kenta sambil berusaha mencari baju paman-pamannyaIa berhasil menemukan beberapa baju dan
Baca selengkapnya
Part 23: Perjumpaan
Pagi menjelang, matahari juga sudah terbit agak tinggi. Udara pagi yang sangat segar. Di atas ranjang yang berantakan, mereka nampak masih tidur nyenyak, seolah malam barusan sangat melelahkan. Higiri tidur sambil memeluk Kenta. Mereka disatukan dengan selimut, dan masih tanpa busana sama sekali. Matahari semakin menunjukkan jati dirinya. Higiri tiba-tiba terbangun, karena matahari mengintip dari jendela kamar yang masih tertutup gorden. Ia menatap Kenta yang masih tidur di sebelahnya. Higiri lalu perlahan bangun, bergerak menuju kamar mandi. Ia melihat sebuah bak rendam (bathtub) yang berwarna biru muda, terletak di samping kamar mandi yang agak besar tersebut. Ada juga jendela transparan tepat di samping bak rendam tersebut. Ia lalu membuka keran air bak tersebut dan mengisinya dengan air hangat. Kenta terbangun setelah mendengar suara air yang agak keras mengalir dari sebuah keran di kamar mandinya. Ia bangun, dengan penasaran, ia lalu berjalan menuju kamar mandi, dengan menutupi
Baca selengkapnya
Part 24: Ujian Kecil
"Kenta sudah aman," ucap Ahr. X lalu berjalan mendekati Higiri yang masih berlutut sambil berseru, "Naikkan kepalamu" Higiri mengangkat kepalanya, lalu menatap X. X sendiri membalas tatapan Higiri dengan tatapan tidak senang, dan melanjutkan, "Beraninya kau ucapkan cinta kepada Kenta sementara kau sendiri menguji Kenta dengan Musical Scale yang bisa saja menolak Kenta. Kau bermain dengan kekuatanmu sendiri," ucap X. Higiri langsung dengan tegas menjawab, "Antara Musical Scale itu akan menerima atau tidak, perasaanku tidak terpengaruhi hal itu. Jika kalung itu menolaknya, aku akan mengundurkan diri sebagai pangeran. Memberikannya Musical Scale, adalah keinginanku, memberikannya kekuatan yang kumiliki, supaya ia merasa kekuatanku juga, aku ingin bisa melindunginya dengan kekuatan itu!” balas Higiri. Kali ini X tertawa kecil. "Jawaban cerdas memang, tidak salah bahwa kau adalah pangeran suku Harmoni, aku juga sangat berterima kasih bahwa suku Harmoni selalu bersedia memberikan suppor
Baca selengkapnya
Part 25: Perjalanan Baru
"Apa itu? Lagipula masih ada juga ramalan yang menyatakan bahwa seorang darah campuran akan berhasil menghancurkan eksistensi suku Bass, apa maksudmu, adalah kekuatan itu?" tanya Ahr kepada X. Kali ini seakan-akan, X bertubi-tubi mendapat pertanyaan, namun ia tetap berusaha tenang dan menjawab, "Ya, Kekuatan cinta. Cinta sejati, memang, Ratu Angel dan beberapa pemimpin dari suku lain juga meyakini bahwa ramalan itu bisa berubah, karena kekuatan cinta, namun ini tidak bisa dikonfirmasi, karena jika memang kekuatan cinta bisa membuat damai Dunia Musik, sudah dari dulu Ratu Angel melakukannya," jawab X. Tiba-tiba saja, Kenta keluar kamarnya dan langsung turun ke bawah, lalu menatap paman-pamannya dengan tatapan penuh rasa penasaran dan mata yang berkaca-kaca, lalu ia bertanya, "Aku.., apakah… aku seorang keturunan darah campuran? Maksud kalian apa?"Seluruh pamannya menatap Kenta yang tiba-tiba turun, dan mereka sendiri terkejut dengan pertanyaan itu. Mereka semua langsung terkejut, da
Baca selengkapnya
Part 26: Higiri & Pria Lain
Malam itu, mereka berendam bersama, sangat intim. Menikmati malam penuh bintang dari jendela kamar mandi yang transparan dan tidak terlihat dari luar, sambil berendam berdua saja. Higiri sangat suka memeluk Kenta dari belakang. Tubuh Kenta sangat wangi, ingin sekali Higiri terus mencumbunya. Selesai berendam, mereka lalu mengeringkan badan, dan berbaring di atas ranjang, tanpa busana sama sekali, hanya selimut besar yang menutupi badan mereka. Higiri memeluk Kenta dengan erat saat itu. Namun, Kenta justru memberikan pertanyaan, "Higiri, apa menurutmu, kau siap dengan segala konsekuensinya, atas keputusanmu mengambilku sebagai istrimu?"Higiri menunjukan kebingungannya, justru balik bertanya, "Maksudmu?"Kenta lalu langsung menjelaskan, "Aku sudah berpikir, dan perlahan mulai mengerti. Statusku seharusnya bukan seorang putri, namun seorang pemimpin, maksudku, ratu dari sebuah suku. Ibuku adalah seorang ratu, bukan? Apa menurutmu kau akan bisa memberikan alasan kepada orangtuamu? Bukank
Baca selengkapnya
Part 27: Buah Dari Penantian
"Apa yang terjadi?!" tanya X dengan wajah penuh penasaran dan terkejut. Kenta lalu menyentuh luka Higiri dengan tangan terbuka, lalu berusaha menyembuhkan luka tersebut dengan energi musik yang dimilikinya. Proses ini bisa kita sebut resurrect. Kenta mulai mengalunkan nada-nada merdu dan tidak butuh waktu lama, cahaya terang mulai menyembuhkan luka sayatan sepanjang delapan sentimeter tersebut dengan cepat hingga tidak berbekas.Untung saja kolam renang itu sudah mulai sepi. "Terima kasih," ucap Higiri, lalu ia mengambil nafas panjang dan berkata, "Aku rasa aku harus mempercepat pernikahan. Seorang pria misterius dengan topeng hitam dan berpakaian serba hitam, menyerangku baru saja di sebuah tempat kosong di pinggir pantai, di sana. Ia memiliki pedang panjang berwarna hitam legam, aku rasa ia salah satu prajurit suku Bass”X terkejut mendengarnya, lalu bertanya "Apa kau sangat yakin?"Higiri mengangguk dan menjawab,"Ia memintaku menjauhi Kenta, dan memintaku untuk mengurungkan niatku
Baca selengkapnya
Part 28: Malam yang Pekat
Kenta hanya bisa tersenyum. Higiri yang duduk di sebelahnya, lalu mulai memegang paha Kenta yang lembut. Untung saja taplak meja makannya besar dan panjang ke bawah, sehingga tidak ada yang melihat. "Higiri, sebaiknya kau menahannya," bisik Kenta. "Aku harus menahannya, tentu, karena hari ini sampai besok pagi, kita harus tidur di kamar terpisah. Tidak boleh bertemu sampai aku menjemputmu besok pagi, harap maklum, tradisi," balas Higiri. Malam itu mereka berbincang-bincang setelah selesai makan. Perbincangan yang kurang menarik untuk anak muda, namun sepertinya para orang tua sangat menyukai percakapan tersebut. Kenta mulai merasa kelelahan dan tidak terbiasa jika suasana terlalu ramai, ia lalu meminta izin kepada Raja dan Ratu untuk beristirahat terlebih dahulu. "Silakan, menantuku! Beristirahatlah dengan nyaman, anggap saja istana i j sudah menjadi rumahmu sendiri!" seru sang raja sambil tertawa lebar. Higiri memperhatikan Kenta yang berdiri dan pamit, lalu memberi hormat kepada
Baca selengkapnya
Part 29: Pernikahan
Para pelayan yang sudah dari tadi bolak-balik ke sana ke mari, membantu para pelayan lainnya untuk membuat dekorasi pernikahan, sementara para pelayan lainnya sangat sibuk menata dan menyiapkan semuanya termasuk hidangan, jamuan makan. Di dalam kamarnya, Kenta yang sedang tertidur lelap, mendengar suara sebuah piring jatuh di depan kamarnya, sepertinya seorang pelayan menjatuhkannya, ia tiba-tiba terbangun dan langsung berseru, "Gawat, ini jam berapa? Mengapa tidak ada jam! Sungguh aneh!"Lalu ia tersadar bahwa ia sudah tidur di kamarnya sendiri. Kenta juga menyadari bahwa Higiri ternyata sudah menggendongnya kembali ke kamarnya selagi ia tidur sangat pulas, kelelahan karena memikirkan seluruh memori buruk itu. Dari balik pintu kamarnya, tiba-tiba saja, seorang gadis pelayan mengetuk pintu, "Yang Mulia apakah sudah bangun?" teriak gadis pelayan tersebut. Kenta sangat terkejut namun ia menjawab, "Ah, baru saja!"Langsung saja pintu kamarnya terbuka, dan Kenta sangat terkejut dibuatny
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
10
DMCA.com Protection Status