Semua Bab Without You [Indonesia] : Bab 11 - Bab 20
48 Bab
9. Breaking My Heart
"Saya suka sama kamu."Kata-kata itu terus menerus terngiang semalaman dikepala Dinar. Kata-kata sederhana yang pernah Lingga ucapkan ketika pertama kalinya Dinar bertemu dan melihat laki-laki culun, dengan seragam rapih yang selalu dimasukkan ke dalam celana, memakai kacamata bulat minusnya, serta wajah yang dingin dan tatapannya yang tajam, mengungkapkan perasaannya pada Dinar saat itu.Bahkan kata-kata itu masih terus terngiang sampai sekarang.Kata-kata yang diucapkan dengan nada dan juga wajah datar tidak berekspresi yang sukses membuatnya menganga terkejut, namun mampu membuat seorang Dinar menganggukkan kepala menerima kata-katanya. Tidak ada rangakaian kalimat romantis seperti i love you, will you be my girlfriend? dan kata-kata lainnya, atau juga bahkan sebuah kejutan spesial seperti pemberian bunga, coklat dan boneka.Hanya beberapa kata itu. Dan kata-kata itu sekarang
Baca selengkapnya
10. He Returned
Terik matahari melihat masuk melalui celah jendela yang berada tidak jauh dari keberadaan Lingga. Menyorotkan cahayanya pada buku yang sedang dibacakan oleh Lingga saat ini. Terlihat tidak merasa terganggu dengan adanya cahaya itu, tapi justru ada hal lain yang mengganggunya ditengah kefokusannya membaca bukunya.Lingga pun mendongak, mengungkapkan diam kursi kosong yang berlawanan dengan posisi saat ini. Ia selain memandang tanpa ada apapun ekspresi diwajahnya datar tidak bisa dijelaskan. sesuatu yang berada dikepalanya terus mengganggunya sejak tadi, dan membuatnya tidak nyaman.
Baca selengkapnya
11. Each Other
"Bundaaaaaa."Suara teriakan keras Sheza sambil menuruni anak tangga terdengar menggema diruang meja makan pada pagi hari itu. Bunda yang sedang sibuk mempersiapkan sarapan pun mengintip dibalik konter dapur."Kenapa kak? Masih pagi kok teriak-teriak gitu sih? Pamali tau."Bunda berjalan menuju meja makan sambil membawa masakannya dan memperhatikan anak pertamanya yang memasang wajah tertekuk."Bunda liat binder aku nggak yang warna pink?" Sheza bertanya dengan wajah kusutnya. Bunda jelas menggelengkan kepalanya."Binder apa sih? Bunda nggak liat, kak."Sheza seketika memasang wajah sedih saat Bunda mengatakan tidak melihat barang penting itu. "Bunda beneran nggak liat?"Bunda menggeleng lagi. "Emangnya kamu taruh mana kemarin-kemarin? Coba di inget lagi."Sheza semakin mengerucutkan bibirnya dan menggeleng. "Aku lupa, Bun, makanya itu aku
Baca selengkapnya
12. End of His World
Dinar dan Kean berjalan berdua melewati koridor sekolah yang ramai dengan lalu lalang para murid, meski saat ini bukan jamnya istirahat. Kean, yang hari ini merasa dirinya sedang terlihat lebih ganteng dari biasanya, dia berjalan penuh gaya layaknya Adam Levin yang sedang menyapa para fansnya dengan senyuman dan cengiran tebar pesona. Dinar yang berjalan disebelah Kean hanya menatapnya dengan malas. Ralat. Dinar tidak melihat bagaimana gayanya temannya itu sekarang, tapi dari banyaknya para siswi yang menatap terpana laki-laki itu, sudah membuat Dinar mengerti tanpa harus melihat bagaimana menjijikannya Kean seperti itu."Muka lo rasanya pengen gue lelepin ke wc.""Dih, sirik aja lo jadi orang." Lirik Kean jengah. "Gue tau kok, si Lingga itu nggak ada tai-tainya dari gue." Kean terkekeh yang kemudian mendapatkan pukulan dari Dinar tepat dikepalanya, yang membuatnya mengaduh kesakitan."Anj*r! Sakit, Ci!"D
Baca selengkapnya
13. Why Don't You Kill Me?
  Dinar terdiam menatap hadapannya dengan kosong. Kepalanya kembali teringat bagaimana kilas balik dulu saat ia masih bersama dengan Lingga. Bagaimana pertemuannya pertama kali, cara Lingga mendekatinya, menyatakan perasaannya, menjalin hubungan dengan lika-liku, kejadian-jadian manis, dan kata-kata dari Lingga yang tidak pernah Dinar lupakan sedikitpun. Seperti saat bagaimana ia bisa mulai mencintai Lingga dengan perlahan, saat Lingga yang tidak pernah mengatakan putus walaupun hubungan mereka tidak bisa disebut baik-baik saja, dan ketika Lingga pernah mengatakan sekali selama hubungan mereka terjalin. Dia mengatakan kalau tidak akan meninggalkannya. "Iya untuk hari ini." Seperti sebuah janji pernikahan yang diucapkan dengan sakral oleh Lingga, sekali, seumur hidupnya. Hanya hari itu, untuk selamanya. Itu yang Dinar pikirka
Baca selengkapnya
14. What Happen To You?
Dinar duduk diam melamun ditempat tidur berukuran King miliknya. Sejak terbangun dua jam yang lalu, tidak ada yang ia lakukan selain melamun, melamun dan melamun. Kepalanya terus memikirkan kejadian beberapa hari lalu di kelab.Dinar pikir, saat itu memang Lingga yang datang menjemputnya seperti yang biasa laki-laki itu lakukan ketika ia mabuk di bar atau kelab malam. Tapi nyatanya bukan. Wajah Lingga hanya ilusi yang Dinar gambarkan sendiri di kepalanya ketika itu saat mabuk. Dan ilusi itu terbentuk karena Dinar sendiri terlalu dan bahkan dikepalanya sudah dipenuhi oleh Lingga, kemudian ditambah ia sedang dalam keadaan mabuk. Seperti pada kenyataannya juga, sebuah minuman beralkohol jika dikonsumsi secara berlebih dapat menyebabkan gangguan pada sel-sel saraf pusat, dimana bagian utama otak akan sangat terpengaruh.Dan itulah yang terjadi.Kepalanya juga memikirkan bagaimana bisa Juan selalu ada disaat ia sedang dalam kea
Baca selengkapnya
Special Part: Birthday Lingga, One Years Ago.
12 januari, 1 years ago.   To Arvega: Taman. Send. Lingga menaruh ponselnya didalam tas dan kembali membaca bukunya yang sempat terganggu. Pesan masuk dari Dinar itu sempat mengganggu waktu luangnya yang biasa digunakan untuk membaca. Meski hanya sekedar membaca sebuah pesan, tapi rasanya sangat menganggu bagi Lingga. Namun kini ia sudah mencoba untuk kembali fokus. Suasana yang saat ini sedang tenang pun membuatnya lebih mudah kembali terlarut dalam bacaannya. Ditengah keseriusannya membaca, terdengar langkah kaki seseorang yang mendekat bahkan langsung mendudukkan dirinya dikursi kosong sebelahnya. Dan tanpa menoleh pun Lingga sudah tahu siapa seseorang itu. Tentu saja orang yang mengiriminya pesan tadi.
Baca selengkapnya
15. Find A Way
Sebuah mobil Rush berwarna hitam mengkilap terlihat melewati jalanan Ibukota dengan kecepatan standar Jakarta yang selalu terkena macet. Di dalam, Dinar yang duduk disebelah kemudi itu duduk diam melamun. Selama di perjalanan menuju sekolah atau bahkan saat Calvin menjemputnya, pikirannya hanya terus tertuju pada persoalan Lingga yang keluar begitu saja dari MPK dengan alasan yang tidak Dinar ketahui. Lingga keluar dari sana seolah-olah mendapatkan jabatannya itu adalah hal yang mudah. Atau memang karena alasan lain? Mungkin saja, tapi alasan lain itu yang tidak Dinar ketahui dan membuatnya penasaran. Semalaman pun Dinar benar-benar memikirkannya. Ia sangat penasaran. Sampai akhirnya pagi tadi, Dinar memutuskan untuk menanyakannya secara langsung pada Lingga disekolah nanti. Walaupun ia tahu ia sendiri masih belum siap bertemu atau berpas-pasan lagi dengan Lingga, dan bagaimana bodohnya nanti ia akan menanyakannya pada Lingga yang seolah
Baca selengkapnya
16. Fly Then Fall
Dinar duduk diam sambil memainkan ponselnya. Saat ini ia sedang sibuk melihat-lihat kembali pesan lamanya dengan Lingga yang ternyata sudah berakhir dua minggu lalu. Tidak disangka, semua itu sudah dua minggu berlalu. Dinar akui ia sangat merindukannya. Bukan, Dinar bukan hanya rindu dengan Lingga, tetapi juga dengan pesan-pesan singkat yang Lingga kirimkan padanya itu meski sangat jarang dilakukannya. Namun jika laki-laki itu mengiriminya, terdapat banyak kata yang membuatnya selalu tersenyum bahagia meski hanya berisi kata-kata biasa.Saat ini Dinar sedang berada disalah satu Kafe ternama langganannya, bersama dengan Sheza disana. Setelah kurang lebih hampir dua jam mereka sempat berkeliling Mall untuk mencuci mata dan sudah memenuhi apa yang mereka butuhkan, akhirnya mereka memilih beristirahat disini untuk melepas lelahnya karena berkeliling, dengan memesan sebuah minuman."Eh, tadi gue liat temen lo tuh, Nar." Sheza
Baca selengkapnya
17-1. I'll Try It
BRAK!Suara pintu di banting dengan keras terdengar sangat jelas mengisi seluruh apartemen, begitu juga suara tangisan yang datang setelah bantingan itu muncul memekakkan telinga siapapun yang mendengarnya. Dinar, menangis sejadi-jadinya di dalam apartemennya. Ia menangis terisak dengan keras karena kata-kata jahat Lingga di sekolah tadi. Perkataan yang benar-benar menusuk dalam ke hatinya, yang membuatnya langsung memilih pulang ke apartemen di bandingkan harus berada disana. Tidak peduli ia kembali membolos dan pelajaran yang dilewatkannya lagi. Ia seperti ini pun karena ia ingin melepaskan semuanya. Melepaskan rasa sakitnya karena perkataan Lingga, dan juga amarahnya yang tertahan tidak mampu di lampiaskan pada laki-laki itu.Dinar memang tidak habis pikir, bagaimana bisa Lingga melakukannya seolah-olah semuanya bukan apa-apa? Maksudny
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12345
DMCA.com Protection Status