Lahat ng Kabanata ng Hati Seorang Perempuan (Indonesia): Kabanata 31 - Kabanata 40
48 Kabanata
Chapter 31(batal cerai?)
Senja baru saja tiba di rumah kostnya. Dan ada pemandangan yang tidak biasa, menyambutnya di ruang tamu. Tampak kedua orang tua Sabda dan Sabda sendiri. Juga kedua orang tua Abimanyu beserta Abimanyu juga. Dan satu hal yang lebih mengherankan lagi, ada Cakra dan ayahnya, Aryasatya Wisesa di sana."Ini ada perayaan apa ya, Yah? Ulang tahun Senja 'kan masih empat bulan lagi. Tapi kok semuanya sudah pada berkumpul di sini?"Senja menatap bingung satu-persatu wajah-wajah tegang di dalam sana. Hanya wajah Abimanyulah yang berbeda. Abimanyu terlihat begitu puas dan gembira."Senja, ada yang ingin Ayah bicarakan padamu. Tapi, sebaiknya kamu duduk dulu ya? Dan ini teh manis hangatnya di minum dulu." Senja mengangguk. Ia pun duduk di sofa.Segelas teh manis hangat diberikan oleh Arya pada putrinya. Arya sebenarnya sangat takut sekali kalau Senja akan shock, saat mendengar berita itu. Ia dan semua orang yang ada di
Magbasa pa
Chapter 32(calon adik ipar?)
Senja baru saja melepaskan tyre gauge, yaitu alat untuk mengecek tekanan angin di ban mobil. Setelah mengetahui tekanan ban sebelah kirinya kurang, dia menyarankan pada customer untuk mengisi angin ban dengan nitrogen saja."Apa sih bedanya gas nitrogen dengan angin biasa, Mbak Can?"Si costumer yang masih nampak seperti anak kuliahan itu, mulai mencoba menarik perhatian Senja. Dia ikut berjongkok di samping Senja."Nitrogen itu gas udara murni yang sudah tersaring dan tidak memiliki kandungan air di dalamnya. Berbeda dengan angin biasa, kandungan gasnya masih ada air. Alhasil saat ban diisi dengan angin biasa, akan terasa lebih berat karena proses pemuaian di dalam ban. Sementara kalau diisi dengan nitrogen, ban akan lebih ringan. Karena murni tanpa kandungan air, membuat tekanan ban akan lebih stabil. Dibawa berakselerasi pun akan jadi lebih ringan."
Magbasa pa
Chapter 33(keras kepala)
Mobil mewah yang membawa Senja, melaju cepat dalam keadaan lalu lintas yang cukup ramai. Sore menjelang malam ini kendaraan cukup padat. Senja yang sudah capek dan juga lapar, sebenarnya sangat merindukan bantal gulingnya. Jikalau teringat bahwa dia harus memberikan keterangan panjang lebar di kantor polisi, makin terasa lunglailah tulang-tulangnya. Tapi apa mau dikata, setiap persoalan harus dihadapi bukan? Percuma nama id linenya SenjaSetrong, kalau dia mudah menyerah begitu saja.Laju mobil tiba-tiba berputar ke kiri. Selanjutnya arah mobil mulai memasuki pelataran parkir sebuah apartement papan atas. Mobil terus naik dan berputar-putar sampai tertulis angka 10 BC di tempat parkir."Lho Pak KomJen, sejak kapan kantor polisi jadi pindah ke apartemen Grand Liberty?" tanya Senja heran."Sejak negara api menyerang!" sahut Badai ketus. Ia menjawab tanpa menoleh kearah Senja sama sekali.Saolohhh
Magbasa pa
Chapter 34(salah paham... lagi)
Euughhh... eughhh...Senja yang kekenyangan akhirnya bersendawa keras tanpa bisa ditahan. Untung saja si Badai-Badai itu sedang mandi. Coba kalau tidak, entah pasal apa lagi yang akan dijejalkan kepadanya, mengenai tindak ketidaksopanannya di meja makan.Senja yang baru selesai mandi saat ini hanya menggunakan kemeja putih Badai. Besarnya ukuran kemeja sampai menenggelamkan kedua lengannya. Penampilannya kini menyerupai Wak Deden. Salah seorang tetangganya yang memang maaf, tidak mempunyai lengan lagi karena kecelakaan kerja di pabriknya.Untungnya panjang kemeja itu menutupi paha Senja hingga mencapai atas lututnya. Sehingga dia tidak perlu repot-repot lagi untuk ikut meminjam celana Badai. Setelah merasa kenyang, Senja membereskan meja. Ia berniat membantu Badai berbenah. Baru saja menyusun piring, pintu apartement tiba-tiba saja terbuka. Senja yang kaget dan nyaris menjatuhkan piring-piring kotor yang akan dibawanya ke
Magbasa pa
Chapter 35(kejutan)
Senja baru saja ingin memejamkan mata, saat ponselnya bergetar. Sembari meraba-raba nakas, Senja meraih telepin. Ternyata Ibu Riani, ibu mertuanya yang melakukan panggilan. Tumben sekali mantan ibu mertuanya itu meneleponnya malam-malam begini."Assalamualaikum, Ibu. Ada apa ibu malam-malam begini menelepon Senja? Ibu sehat-sehat aja 'kan?Ayah sehat Bu?""Alhamdullilah semuanya sehat-sehat saja, Nja. Ibu menelepon karena ingin mengundangmu makan malam di rumah besok. Kamu bisa datang tidak, Nja? Bima sedang cuti. Jadi dia pulang ke sini. Ibu ingin membuat acara makan malam kecil-kecilan. Kamu mau menghadirinya Senja?Benak Senja langsung berfikir cepat. Kalau saja Dayu tahu, Bima ada di sini, pasti anak ini bakalan girang bukan kepalang. Apalagi bila dia ikut diaj
Magbasa pa
Chapter 36(ular penggoda)
"Kalian berdua sudah saling kenal?" Bima memandang Danti dan Sabda secara bergantian. Keningnya berkerut dalam."Jangan bilang dia ini dulu mantan pacar kamu ya, Sab? Kalau memang iya, belibet banget ini semua urusannya ya? Seperti acara reunian para mantan aja di mari hahahaha?!"Bima tertawa sembari menggeleng-gelengkan kepalanya. Speechless dia melihat kebetulan-kebetulan yang terus saja berputar-putar mempermainkan nasib mereka."Kebetulan kenal karena kami dulu satu sekolah saat SMU. Dan jangan khawatir Bro, dia bukan mantan pacar gue. Melainkan mantan pacar adek Gue."Sabda langsung mengklarifikasi soal hubungannya dengan Danti di masa lalu, sebelum mereka semua mempunyai asumsi macam-macam tentang hubungan mereka."Ya, saya memang sempat pacaran dengan Badai. Itu terjadi karena dia menggantikan posisi seseorang, yang karena sikap pengecutnya tidak berani mengungkap
Magbasa pa
Chapter 37(bahaya!)
Setelah semua berkumpul kembali di meja makan, acara makan malam yang sempat tertunda tadi pun kembali dilanjutkan. Tetapi atmosfernya sudah jauh berbeda. Wajah Bima yang tadinya sumringah, kini menjadi kecut. Wajar, niat hati ingin membuat kejutan dengan memperkenalkan wanita pujaan hatinya, malah diri sendiri yang mendapatkan kejutan. Perubahan prilaku Danti telah menjawab semuanya.Danti yang seyogyanya di sini diperkenalkan sebagai pacar Bima, malah tampak berusaha memikat Sabda. Dimulai dari mengambilkan makanan kesukaannya, mengisi air minumnya, hingga terus menerus mengulang kisah masa-masa SMA mereka. Akibatnya semua orang yang duduk di meja makan saling memandang satu sama lain. Senja sendiri sampai muak mendengarnya.Bima yang mula-mula mencoba bersikap biasa walau kecewa bercampur malu tentu saja, akhirnya merasa gerah juga. Ia membentak Danti agar diam selama mereka makan. Penghuni meja lainnya hanya pura-pura tuli saj
Magbasa pa
Chapter 38(nyaris ternoda)
Danti melarikan mobilnya dengan kecepatan gila-gilaan. Dia memang orang yang materialistis dan juga manipulatif. Habis mau bagaimana lagi, hidup itu memang butuh uang bukan?Dia bukanlah orang yang berprinsip biar miskin harta asal kaya hati. Karena menurutnya kalau seseorang sudah miskin harta, emosi pun akan menjadi tidak stabil. Yang jika terus menerus berakumulasi, akan menyebabkan sebuah penyakit baru yang bernama tidak percaya diri dan sakit hati.Yakin deh kalau orang yang selalu berkoar-koar uang itu bukan segalanya, pasti karena dia memang belum pernah saja punya uang banyak. Coba kalau dia sudah pernah berada pada posisi punya uang banyak, dan tiba-tiba jatuh miskin. Pasti bawaannya ingin mati saja daripada hidup miskin. Percayalah, dia juga pasti bakalan lupa dengan kata-katanya sendiri dulu, yang bilang biar miskin harta asal kaya hati. Mengaku saja.Drttt... drtt... drttt...Si pengatur rencan
Magbasa pa
Chapter 39(selamat!)
Senja memalingkan wajah, saat Badai yang baru saja kembali dari rumah sakit, ikut duduk di sofa. Saat ini Badai akan disidang oleh keluarganya. Setelah hampir dua jam didinginkan oleh Sabda dibawah curahan shower, barulah keadaan Badai sedikit lebih baik. Setelahnya ia langsung dibawa kerumah sakit oleh kedua orang tuanya.Saat pertama sekali mereka tiba di rumah Bu Ajeng, menjerit histeris ketika melihat keadaan Badai yang babak belur dengan sekujur tubuh penuh luka. Wajahnya lebam dengan lengan kiri patah. Badai terlihat seperti korban begal motor. Bu Ajeng sempat marah besar pada Sabda. Menurut Bu Ajeng Sabda kelewatan saat menghajar adiknya. Tetapi setelah mendengar cerita Sabda dan juga melihat sendiri keadaan Senja yang trauma berat karena ulah Badai, Bu Ajeng mengerti mengapa Sabda bisa sampai kehilangan kendali."Jelaskan!" Hanya satu suku kata yang diucapkan oleh Fajar Ramadhan. Tetapi sudah mewakili pertanyaan s
Magbasa pa
Chapter 40(pikiran jahat)
Badai sedang duduk termenung di kebun belakang, saat menyaksikan Sabda mengantarkan Senja pulang ke kos-annya. Dalam hati, Badai malu sendiri karena mempunyai perasaan-perasaan yang mulai tumbuh terhadap 'milik' abangnya lagi. Padahal baru beberapa hari lalu ia berjanji untuk tidak lagi 'mengambil' apa yang sudah menjadi milik abangnya seperti dulu. Dalam kediamannya itu, Badai tidak menyadari kalau sang ibu menyusulnya."Dai, ibu boleh bicara?" Bu Ajeng perlahan mendekati kursi malas yang sedang diduduki Badai. Menyadari kehadiran sang ibu, Badai menegakkan tubuh. Ia mengangguk dan menggeser duduknya. Memberikan tempat agar sang ibu bisa menempatkan diri di sana."Boleh dong, Bu. Ibu mau bicara apa?" Badai mencoba bersikap santai. Padahal ia tau, pasti ada hal penting yang ingin disampaikan sang ibu. Tidak biasanya ibunya bersikap serius seperti ini."Ibu mau bicara dari hati ke hati denganmu. Bisa 'kan Nak?" Badai terdia
Magbasa pa
PREV
12345
DMCA.com Protection Status