Lahat ng Kabanata ng Princess Olivia: Former Princess of the Mandelein Kingdom: Kabanata 11 - Kabanata 20
50 Kabanata
#11 Suara nan Lembut
Tidak jauh darinya melangkah, Azura berdiri bersandar di tiang sembari melipat tangannya. Senyumnya selalu secerah matahari, namun dia bagaikan bunga indah yang berduri.“Ada apa, Azura?” Pangeran Gavin menghentikan langkahnya, ketika beberapa langkah dari Azura.“Kau ingin ke kamar Nona, kan? Aku ikut,” ucap Azura penuh semangat.Pangeran Gavin menatap Azura cukup lama, hingga akhirnya dia mengangguk menyetujui, “boleh. Jangan lakukan hal aneh.”“Oke~” Azura bersorak senang kemudian berjalan mengikuti Pangeran Gavin.Di dalam kamar, Putri Olivia duduk santai menyesap teh di dalam cangkir yang dipegangnya. Lucy dan Maya masih senantiasa menemaninya. Sesekali mereka bercerita mengenai beberapa hal menarik yang terjadi di kerajaan. Baik Lucy maupun Maya tidak berani menyinggung ataupun bertanya mengenai kehidupan Putri Olivia ketika di kerajaannya. Mereka tidak ingin Putri Olivia kembali bersedih.
Magbasa pa
#12 Memulai diskusi
Astra menoleh dan mendapati Putri Olivia berjalan mendekat ditemani Maya dan Lucy. Astra memperbaiki posisi berdirinya kemudian sedikit membungkukkan tubuhnya, “sore, Putri. Ada yang bisa saya bantu?”“Apa kau melihat Gavin?” Putri Olivia berdiri tidak jauh dari Astra.Astra kembali menegakkan tubuhnya, “Pangeran sedang ada di ruangannya. Apa anda ada perlu dengannya?”“Aku hanya ingin berbicara dengannya. Boleh aku masuk?” tanya Putri Olivia, meminta ijin.Astra terdiam. Putri Olivia jauh lebih ramah dibanding apa yang dibayangkannya. Suaranya begitu lembut seakan dengan suara itu tidak bisa melukai siapapun yang mendengarnya. Hal itu merubah pemikirannya mengenainya.Astra mengangguk, “silakan, Putri.” Astra melangkah mendekat ke pintu kemudian membukanya untuk Putri Olivia.Putri Olivia tersenyum, “terima kasih.”“Kami akan tunggu di sini, Nona,” uc
Magbasa pa
#13 Undangan
“Kau datang juga, Gavin. Sudah beberapa malam kau melewatkan pertemuan kita,” Gabriel membuka suara.Astra, Azura, Cora, dan Leo sudah duduk di kursi mereka, menatap ke arah Pangeran Gavin yang juga menarik kursi lantas duduk.“Apa tuan putri sudah tidur? Aku ingin menyapanya,” Azura membuka suara dengan ciri khas periangnya.Pangeran Gavin menoleh ke arahnya, “dia tidur. Jangan mengganggunya.”Mendengar jawaban dari Pangeran Gavin membuat Azura mengeluh pelan sembari tertunduk malas di atas meja.“Malam ini tidak ada penjagaan untuknya?” Astra membuka pembicaraan.“Kau ingin melakukannya untukku?” Pangeran Gavin balik bertanya pada Astra.Astra diam sejenak kemudian mengangguk, “sepertinya memang harus begitu. Kau juga butuh istirahat.”Mendengar adanya kesempatan, Azura mengangkat tangannya semangat, “aku saja yang melakukannya.”&ldquo
Magbasa pa
#14 Gabriel dan Leo
Di dalam Kerajaan Wisteria, Putri Olivia diijinkan untuk mengunjungi perpustakaan dengan syarat tidak boleh berkeliaran kemana-mana. Sembari menunggu Lucy mengambil minuman untuknya, Putri Olivia berjalan sangat pelan ke arah yang dijelaskan oleh Lucy. Sedangkan Maya sudah menunggu di perpustakaan untuk memastikan tidak ada orang yang berkunjung selain Putri Olivia.Putri Olivia menghentikan langkahnya ketika di hadapkan dengan lorong gelap di sisi kanannya. Lucy mengatakan jika perpustakaan tepat bersebelahan dengan ruangan milik Pangeran Gavin. Putri Olivia baru saja melewati ruangan itu dan ia tidak melihat ruangan setelahnya, yang ada hanyalah lorong gelap yang entah mengarah kemana.Putri Olivia berbalik menatap koridor di belakangnya yang kosong. Masih belum ada tanda-tanda Lucy datang mendekat. Kepalanya kembali menoleh menatap lorong di kanannya.“Bagaimana jika memang perpustakaan ada di dalam sana? Tapi ... lorong itu menakutkan.” Putri Oli
Magbasa pa
#15 Yang Mulia Glocius
“Tunggu. Kenapa kita tidak sekalian berbincang-bincang sejenak? Kau juga suka buku, kan? Bisa beritahu aku, buku apa yang menarik di sini?”Leo memutar badannya, menghadap Putri Olivia yang tengah tersenyum ke arahnya. Semua yang dikatakan Azura memang benar, Putri Olivia sangat cantik. Awalnya Leo berpikir kalau Azura terlalu melebih-lebihkan apa yang diucapkannya, namun hari ini semua itu benar-benar sebuah kenyataan.“Apa kau keberatan?” Putri Olivia kembali membuka suara, ketika Leo hanya diam menatapnya.Leo juga ingin tahu, kenapa Pangeran Gavin begitu mati-matian melindungi Putri Olivia. Di luar wajah cantik Putri Olivia, Pangeran Gavin pasti memiliki suatu alasan kenapa dia melakukan semua ini.Leo menganggukkan kepala. “Aku tidak keberatan.”Putri Olivia tersenyum lega. Ia membawa buku di tangannya menuju ke tengah ruangan sembari mengajak Leo untuk mengikutinya. Mereka duduk di sofa dan mulai berbicara
Magbasa pa
#16 Rela
Keraguan yang sempat dirasakan oleh Yang Mulia Glocius kini sirna begitu saja. Senyumnya mengembang. Dia menoleh ke arah prajurit yang masih senantiasa menemaninya. “Siapkan kereta kuda sekarang. Aku akan pergi ke Kerajaan Wisteria.”“Baik, Yang Mulia.” Prajurit melenggang pergi dari ruang perawatan dan segera melakukan apa yang diperintahkan.Yang Mulia Glocius kembali menatap utusannya. “Berbaringlah. Kau harus mengistirahatkan tubuhmu. Omong-omong, kau mendapatkan informasi itu dari siapa?”Utusan tersebut perlahan membaringkan tubuhnya sembari sesekali meringis kesakitan ketika menggerakkan tubuhnya. Matanya kembali menatap Yang Mulia Glocius. “Ada remaja laki-laki yang sedang bermain di tengah hutan. Dia yang menceritakan semua itu pada saya.”“Achoo!” Azura mengusap kasar hidungnya. Tiba-tiba dia bersin di tengah latihannya di dalam hutan. Sekalipun matahari bersinar terik namun dia sama se
Magbasa pa
#17 Pantaskah Aku?
Melihat ekspresi Pangeran Gavin, Putri Olivia tersenyum kemudian mengalihkan pandangannya menatap bulan yang bersinar redup di atas langit. “Aku tidak berkeinginan untuk kembali ke sana, Gavin. Jadi kau tidak perlu berpikir untuk mengambilnya kembali untukku.” Ucapan Putri Olivia sontak menghentikan langkah Pangeran Gavin. Tanpa dia bertanya, Putri Olivia sudah mengatakannya lebih dulu. Padahal dirinya sangat menghindari mengeluarkan pertanyaan itu pada Putri Olivia. Pangeran Gavin memutar kepalanya, menatap ke arah Putri Olivia yang saat ini sedang tersenyum ke arahnya. Tidak ada keraguan di mata Putri Olivia membuat Pangeran Gavin kesulitan untuk berkata-kata. “Terima kasih sudah mengantarku sampai ke kamar. Kalau begitu, aku masuk ke kamar dulu.” Putri Olivia berbalik dan berniat membuka pintu kamarnya. Namun tangannya lebih dulu dicekal oleh Pangeran Gavin dan berhasil membuatnya kembali berbalik. Pangeran Gavin menurunkan tangannya beralih mengge
Magbasa pa
#18 Keributan Malam
Pukul 11 malam. Pangeran Gavin keluar dari ruangannya kemudian berjalan ke lorong yang gelap. Pertemuan rutin harus bisa dihadirinya. Sekalipun jarang membahas hal yang penting, namun pertemuan itu harus tetap dilakukan.Pangeran Gavin memutar gagang pintu kemudian mendorongnya pelan. Seperti di malam sebelumnya, lima orang sudah datang lebih dulu dibandingkan dengannya. Kali ini tersedia beberapa jenis makanan di atas meja, yang sudah bisa dipastikan kalau Cora yang membuat semua itu.“Apa yang sebaiknya kita bahas malam ini?” Astra membuka suara tepat ketika Pangeran Gavin sudah duduk.Dengan penuh semangat, Azura mengangkat tangannya sembari menegakkan tubuhnya. “Aku! Aku!”Semua mata beralih menatapnya. Sangat jarang Azura memiliki topik untuk dibicarakan. Di sisi lain, mereka semua berpikir mungkin Azura ingin mengatakan sesuatu yang serius.“Pagi menjelang sore tadi, aku dan Leo bertemu dengan utusan Kerajaan Gam
Magbasa pa
#19 Kedatangan Tamu tak Diundang
Pangeran Gavin hanya berdehem kemudian keluar dari ruangan. Tanpa sadar jarum jam sudah menunjukkan pukul satu malam. Masih ada beberapa hal yang harus diselesaikannya, jadi dia tidak bisa langsung istirahat. Pangeran Gavin melangkah masuk ke dalam ruangannya dan duduk di belakang meja kerjanya. Tak lama kemudian, Gabriel membuka pintu dan melangkah masuk. “Kau juga harus segera istirahat, Pangeran.” Gabriel mengambil duduk di sofa sudut ruangan, menatap Pangeran Gavin yang berada di seberangnya. Pangeran Gavin menyandarkan punggungnya tanpa mengalihkan matanya dari Gabriel. “Kapan Ayahku menyuruhmu untuk menemaninya?” “Kemarin siang. Yang Mulia bahkan menunjukkan padaku undangan yang dikirim ke Kerajaan Thorn.” Jelas Gabriel. “Kau yakin kalau yang akan datang adalah Yang Mulia Geld? Bagaimana jika Louis yang datang?” bahkan Pangerang Gavin pun ikut khawatir jikalau Pangeran Louis yang datang di perjamuan itu. Gabriel menggeleng pelan. “Aku yakin yang akan datang adalah Yang Mulia
Magbasa pa
#20 Penerus yang Tidak Terduga
Pukul 10 pagi. Jalanan kota sedang menyambut kedatangan kereta kuda milik Yang Mulia Glocius. Sesekali Yang Mulia Glocius melambaikan tangannya ke arah rakyat yang menyapanya. Siapa yang tidak mengenalnya, semua orang pasti mengenalnya sebagai raja kerajaan terbesar yang ada di negeri ini.“Mereka semua benar-benar menyambutku hangat.” Yang Mulia Glocius mengulas senyum ketika seorang anak kecil melambaikan tangannya. Dia tidak pernah bosan untuk berkunjung ke Kerajaan Wisteria. Rakyatnya ramah, ditambah dengan rajanya yang begitu disegani oleh semua orang.Kereta kuda berhenti tepat di depan gerbang istana Kerajaan Wisteria. Salah satu prajurit berbincang dengan kusir. Tak lama kemudian, prajurit membuka pintu untuk kereta kuda masuk ke pelataran istana.Kabar kedatangan Yang Mulia Glocius sudah didengar oleh hampir seisi istana. Yang Mulia William pun bergegas menyambutnya di teras istana. Senyumnya merekah ketika melihat Yang Mulia Glocius turun d
Magbasa pa
PREV
12345
DMCA.com Protection Status