Semua Bab Mirror : Death Note: Bab 41 - Bab 50
64 Bab
41. Rencana Liburan
"Ines! Ines! Kamu nggak apa-apa, sayang?" Suara Papa terdengar jelas di telinga. Namun aku kesulitan membuka mata. Rasanya seluruh tubuhku terasa sakit, terutama bagian perut. Pipiku mulai ditepuk-tepuk pelan. Kini suara Mama mendominasi. Tapi aku masih enggan membuka mata."Ros ... Bangun. Rosi, bangun!" "Rangga?!" "Iya, aku Rangga. Bangun, ya. Ayo, Ros!"Perlahan mataku berusaha bergerak, sinar cahaya lampu sedikit menyilaukan, walau aku belum membuka sepenuhnya kedua bola mataku ini. Masih dalam pandangan yang buram, sosok-sosok di hadapanku mulai terlihat. Makin lama makin jelas."Papa?""....""Mama?""Iya, sayang. Syukurlah kamu sudah sadar." Mama membelai pipiku dengan mata yang sembab."Aku kenapa? Perut! Perutku!" aku segera melihat ke bagian perut. Ingatan yang aku p
Baca selengkapnya
42. Tetangga vila
Nusa PenidaAdalah salah satu pulau yang ada di Indonesia. Letaknya ada di sebelah tenggara pulau Bali, dipisahkan oleh selat Badung. Di dekat Nusa Penida juga ada beberapa pulau kecil lainnya. Perairan pulau Nusa Penida terkenal dengan kawasan selamnya di antaranya terdapat di Crystal Bay, Manta Point, Batu Meling, Batu Lumbung, Batu Abah, Toyapakeh dan Malibu Point.Bukan pertama kalinya aku menginjakkan kaki di pulau Bali, namun berada di Nusa Penida adalah pertama kalinya buatku. Mama telah menyewa home stay di dekat salah satu pantai. Dalam liburan ini, Mama sangat bersemangat. Bahkan semua akomodasi serta kebutuhan kami selama di tempat ini ditanggung oleh Mama. Papa masih sibuk dengan pekerjaan walau dari jarak jauh. Semua bisa ditangani hanya lewat sambungan telepon dan email.Home stay ini memiliki beberapa kamar. Ada dapur sekaligus ruang makan,
Baca selengkapnya
43.Teror ular
"Mandi dulu aja sana, Nes."  Aku masih sedikit terguncang saat kejadian tetangga samping kami yang ternyata bukan manusia. Memang bukan pertama kalinya aku melihat hal-hal seperti itu, tetapi tetap saja aku selalu merasa takut. Bahkan sekujur tubuhku terasa lemas sampai sekarang. Bang Haikal berusaha menenangkan ku, bahkan Iqbal terus saja mengajakku bergurau, walau tidak aku tanggapi sedikit pun.  "Iya, mandi sana. Sebentar lagi malam, Nes." Iqbal menambahkan sambil mencomot camilan yang sudah kami bawa dari rumah.  "Ya udah deh. Aku mandi dulu." Tanpa berpikir dua kali, aku segera masuk ke kamar. Mengambil perlengkapan mandi lalu segera keluar.  
Baca selengkapnya
44. Ratu Ular
Angin berembus kencang di luar. Sampai-sampai jendela yang tadinya tertutup rapat, tertimpa sebuah batang pohon besar yang tumbang begitu saja. Jam sudah mendekati hampir tengah malam, namun kami masih berkumpul di ruang tengah dengan sedikit was-was. Iqbal dan Rangga sudah menaburkan garam kasar ke sekeliling rumah, terutama jalan keluar masuk, seperti pintu dan jendela. Menurut Bang Haikal, kemungkinan ular kembali sangat besar, karena kemunculan hewan melata tadi, sedikit aneh.Aku sudah menyeduh teh satu teko, karena kopi untuk mereka bertiga sudah habis, dan hanya meninggalkan ampas kopinya saja. Bang Haikal memerintahkan kami berjaga sampai pukul 02.00. Karena setelah jam itu, maka keadaan akan kembali terkendali. Rupanya teror di rumah beberapa hari lalu, bukan sesuatu yang biasa. Karena itu adalah awal mula teror lain akan datang, termasuk kedatangan ular tadi. Semua bersumber dari aku sendiri. Bang Haikal bilang, kalau ada orang yang sedang ingin
Baca selengkapnya
45. Masih mencintaimu
Jam sudah menunjukkan lewat pukul 3 malam. Kejadian siluman ular tadi, benar-benar menguras tenaga. Mereka semua sudah terlalu letih, hingga akhirnya memutuskan beristirahat di kamar masing-masing. Sudah 20 menit aku terus terjaga. Hening nya suasana malam justru membuat pikiranku melayang-layang.  Sejauh ini hanya ada angin yang berembus, menabrak dahan pohon yang terus terngiang di telinga. Aku terus berguling ke kanan dan ke kiri, berharap rasa kantuk datang, dan mengantarkan ku ke alam mimpi seperti yang lain. Bahkan suara dengkuran Iqbal terdengar sampai kamarku, saking sunyi nya rumah ini. Aku menyerah. Lalu beranjak dari pembaringan. Rasanya tenggorokanku kering. Seharusnya aku membawa minum sebelum masuk kamar tadi.Pintu kubuka, tidak langsung keluar, namun mengamati kondisi ruangan di depan kamar ini. Gelap. Tidak ada siapa pun. Kata Bang Haikal, setelah lewat pukul 02. 00 keadaan akan aman. Mereka tidak akan mengganggu lagi pada ja
Baca selengkapnya
46. Jalan-Jalan tipis
PASIH UWUG Dalam artian yang sebenarnya Pasih Uwug artinya pantai yang rusak. Tapi sesungguhnya tidak seburuk itu tempat tersebut. Justru kami diberikan pemandangan indah sebuah pantai dengan tebing yang berlubang. Terlihat rusak, tapi justru disitu letak keindahannya. Di sini merupakan spot yang cukup baik untuk berfoto dan menikmati sunset. Kami lantas pindah ke wisata lain, menaiki mobil membuat aku sedikit mulai akibat jalan yang rusak. Nusa penida bisa terbilang wisata baru yang masih belum sempurna akses transportasinya. Menaiki mobil membuat pantat sakit, perut seperti dikocok-kocok dan membuat tidak nyaman selama perjalanan. Untung saja tempat yang kami datangi mampu menjadi penetralisir hal-hal tidak menyenangkan ini.Mobil yang dibawa oleh Iqbal kali ini memang sesuai dengan medan saat ini. Terjal. Namun tetap saja, aku ti
Baca selengkapnya
47. Haris
"Eum, iya. Dia mantan pacar aku, Pa. Tapi apa itu sebuah masalah? Kan hubungan kami sudah selesai lama.""Nah dia orangnya! Kita nggak pernah tau apa yang ada di benak seseorang, Nes. Buat kamu mungkin semua selesai, tapi tidak buat dia." Kalimat Papa membuatku tersadar. Ternyata memang tidak semua hubungan yang sudah diakhiri akan berakhir dengan baik.Haris adalah pacar pertama saat aku duduk di bangku SMP. Dia adalah anak OSIS, sekaligus atlet taekwondo. Memiliki wajah yang cukup tampan dan memiliki banyak penggemar. Hubungan kami terjalin singkat. Hanya sekitar satu bulan saja. Semua terjadi karena saat itu, aku memang tidak memiliki perasaan spesial padanya. Sekalipun dengan segala kelebihan yang dia punya, Haris tidak bisa membuat ku jatuh cinta. Aneh memang. Pasti banyak orang bertanya-tanya, bagaimana aku dan dia bisa menjalin hubungan. Semua karena ketidak sengajaan.2000
Baca selengkapnya
48. Sarang kuntilanak
Setelah berdiskusi tentang apa yang harus dilakukan, Bang Haikal dan Papa memutuskan akan me-rukiyah diriku. Ini memang jalan terbaik dan satu-satunya jalan yang tidak melenceng dari norma agama. Aku beruntung memiliki kakak yang agamis, Papa juga sama seperti Bang Haikal, hanya saja masih belajar lagi.Malam ini, aku akan dirukiyah oleh kedua pria itu. Sementara yang lain akan ikut membantu mendoakan di sekeliling. Setelah berwudhu dan mengenakan mukena, aku duduk di tengah. Bang Haikal mulai menginstruksikan apa yang harus aku lakukan."Pejamkan mata, konsentrasi, dalam hati terus istighfar, ya."Aku hanya mengangguk menanggapinya, Papa juga duduk di samping ku, sementara Mama dan yang lain duduk melingkar, ikut melantunkan doa.Bang Haikal memulai dengan basmallah. Tiba-tiba lampu berkedip-kedip, tentu hal ini membuat kami semua tidak fokus dan menatap sekitar. Hampir semua lampu mengalami hal serupa. N
Baca selengkapnya
49. Pulang
Papa dengan sigap terus membawa tubuh lemah ku pulang. Rupanya hutan yang kami lewati tidak begitu jauh dari rumah. Mama dan Mama Rangga terlihat menunggu di rumah, bersama Om Heri juga. Mereka terlihat cemas begitu melihatku berada di punggung Papa."Astaga! Ines kenapa, Pah?" Mama bertanya dengan panik, dia terus menyentuh ku saat Papa membawaku masuk ke dalam."Ines nggak apa-apa kok, Ma. Untung cepat ketemu. Biarkan dia istirahat dulu, ya." Aku lantas dibawa ke kamar, semua orang mengerubungi dan terus menatapku iba. Aku masih sadar sampai sekarang, hanya saja terlalu lelah untuk menjelaskan apa yang aku rasakan."Ini ketemu di mana?!" Mama bertanya sambil menatap mereka yang tadi ikut mencari ku."Rangga yang nemuin dulu. Dia udah duduk aja di tanah. Mirip orang linglung," jelas Iqbal."Kamu ke mana saja, sayang? Untung kamu nggak kenapa-kenapa," kata Mama kembali mengelus kepalaku. D
Baca selengkapnya
50. Dunia sebelah
"Serius? Nggak mau gue tunggu, Nes?" tanya Iqbal saat kami sedang dalam perjalanan ke kantor Dunia Sebelah."Iya, Bal. Takutnya lama. Soalnya gue ketemu teman-teman lama. Nanti pas balik, gue bisa pakai angkutan umum kok. Elu balik aja.""Oke deh. Kalau ada apa-apa langsung kabarin gue, Nes. Nanti gue kena omel Papa kalau elu kenapa-kenapa!""Oke, Bos!"Kami mulai masuk ke pelataran parkir sebuah gedung bertingkat. Tempat ini adalah sebuah redaksi majalah serta stasiun radio yang menjadi satu naungan, dengan tema mistis. Sebelum sampai tempat ini, aku memang sengaja membeli beberapa kotak donat sebagai buah tangan. Beberapa karyawan yang bekerja di sana, adalah kenalan ku, dan kami sudah lama tidak bertemu. Tentu aku harus membawa buah tangan untuk mereka. Kedua tangan sudah penuh oleh kotak donat dengan brand ternama. Aku masuk dengan riang seolah tidak sabar ingin segera bertemu de
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234567
DMCA.com Protection Status