Semua Bab My Possessive Sugar Daddy: Bab 91 - Bab 100
152 Bab
Last dinner.
Tidak terasa Dominic dan Chalondra sudah menghabiskan waktu selama satu minggu di Dubai. Entah sudah berapa banyak rupiah yang mereka habiskan demi menciptakan memori yang tidak akan pernah mereka lupakan. Bagi Dominic, mendapatkan Chalondra setelah gagal dalam biduk rumah tangganya yang pertama adalah sebuah anugerah yang begitu besar. Tidak ada jumlah materi yang bisa dijadikan sebagai ukuran betapa berharganya Chalondra, betapa mahalnya setiap tawa dan kebahagiaan yang dia saksikan setiap kali mereka mengunjungi tempat-tempat yang ingin didatangi oleh wanita itu.   Menginap semalam di hotel berbintang tujuh Burj Al Arab, mengunjungi mall terbesar di dunia yaitu Dubai Mall, mengunjungi Museum Dubai, berfoto di frame raksasa Dubai, bahkan sampai melakukan aktifitas sky diving yang memacu adrenalin di atas pemukiman Palm Jumeirah. Chalondra begitu antusias. Tawanya tidak pernah lekang sekali pun dia sangat ketakutan saat harus terjun dari atas helikopter. Wanita
Baca selengkapnya
An erotic flight.
Emirates EK-359, maskapai yang akan membawa Dominic, Chalondra dan juga Louis kembali ke Jakarta. Pukul sepuluh pagi waktu Dubai, pesawat sudah siap untuk melakukan take-off. Dominic, Chalondra dan Louis berada di kelas VIP yang memiliki kabin masing-masing dan bisa dikunci dari dalam. Chalondra sebenarnya sudah curiga saat mengetahui Dominic membeli tiket untuk seat dengan tipe yang seperti ini. “Tolong pegang.” Dominic menyerahkan ponselnya kepada Chalondra yang sudah duduk di dalam kabinnya. Posisi Chalondra kini ada di sebelah kiri, Dominic di tengah, sementara Louis di bilik paling kanan. “Kenapa dikasih ke aku?” tanya Chalondra kebingungan. Dominic tidak menjawab dan langsung berpura-pura sibuk dengan Louis yang ada di sebelah kanannya. Dia mengulangi instruksi yang sebenarnya sudah diberitahu oleh pramugari yang baru saja meninggalkan bilik Louis. Dia juga menurunkan sandaran seat pria itu supaya bisa tidur dengan posisi yang baik. Setelah Loui
Baca selengkapnya
Jangan kepo.
Setelah mengantar Louis ke kediaman Marcus dan bercengkerama di sana sekitar hampir satu jam, kini Dominic dan Chalondra mengunjungi kediaman keluarga Ellordi. Jika tadi mereka berangkat pukul sepuluh pagi waktu Dubai, yang artinya pukul satu siang di Jakarta, dengan perjalanan kurang lebih delapan jam lamanya, itu artinya mereka sudah tiba malam hari di kediaman Marcus. Itulah sebabnya mereka hanya sebentar di sana dan berencana akan menginap di kediaman Ellordi. Chris Ellordi, Amber, Brandon dan Janice masih terjaga karena memang mereka sudah tau pasangan pengantin baru itu sudah tiba di Jakarta. Chalondra langsung berlari memeluk mamanya saat mereka tiba di ambang pintu. “Mamaaa, kangeeeeeeennnnn.” Dia histeris karena memang benar-benar merindukan wanita yang sudah melahirkannya itu. Tak berbeda dengan Amber, wanita itu pun memeluk Chalondra dengan sangat erat. Dominic sendiri langsung menyalami Chris, ayah mertuanya dan menan
Baca selengkapnya
Pengakuan.
Seperti biasa, jika hanya sedang berdua dengan Brandon, Janice akan kembali menjadi pribadi yang dingin. Hampir menandingi sikap bawaan lahir laki-laki yang ada di sebelahnya. Mereka hanya berdiam diri sejak keduanya masuk ke dalam mobil. Janice masih kesal karena semangat paginya harus rusak gara-gara Brandon. Sejak tadi differenta melihat ke luar jendela mobil karena tidak tau harus melihat apa lagi di dalam ponselnya. "Laporan kunjungan ke Bandung kemarin sudah selesai?" Brandon tidak tahan untuk hening lebih lama lagi. Untuk apa dia bela-belain ke kantor kalau hanya berdiam diri seperti sekarang? "Sudah, Pak." "Kenapa harus memanggil 'pak' kalau hanya ada kita berdua?" Janice tidak dapat memungkiri dia sedikit terkejut ditanya demikian. Bukannya memang biasanya juga begitu? Kenapa sekarang pria itu seperti keberatan?? Janice bergeming. Wajahnya tetap melihat ke luar jendela. "Janice!" Wanita itu tersentak. What happened?! K
Baca selengkapnya
Jalan-jalan (1)
Janice menjauh dari Brandon setelah dia mengucapkan kata-katanya barusan. Gadis itu melepaskan pelukan mereka dan kembali bersandar di kursinya. Diambilnya tisu dari dalam tas untuk membersihkan wajahnya yang basah. “Apa maksudnya?” Brandon yang masih belum ikhlas dilepaskan begitu saja dan masih belum mengerti arti dari ucapan Janice, bertanya meminta penjelasan. Dahinya berkerut sambil menatap gadis itu. Perasaan dia sudah meminta maaf berkali-kali. Apakah itu belum cukup bagi Janice? “Kita tidak mungkin langsung akur hanya karena kau sudah meminta maaf, kan?” “Kenapa tidak mungkin? Aku meminta maaf memang supaya kita akur.” Brandon semakin bingung. Lalu mau Janice sekarang ini apa?? “Aku yang tidak mau.” Brandon terbelalak. What the ...?? Dia langsung meraih satu tangan Janice lagi dan membuat mata gadis itu terbelalak. Brandon tiba-tiba mencium punggung tangan gadis itu dengan posesif. “Kau tidak akan bisa mengabaikanku lagi jika itu yang
Baca selengkapnya
Jalan-jalan (2)
Seluruh tubuh Janice membeku. Aliran darahnya seperti jebol karena dia merasa cairan kental di dalam tubuhnya itu sedang berdesir kencang. Aroma parfum Brandon yang selalu mendominasi mobil, memenuhi indera penciuman Janice. Seakan menghipnotis wanita itu sehingga terlena dalam ciuman yang ditawarkan oleh Brandon.Brandon merasa tubuh Janice mengejang namun tidak menolak ciumannya. Wanita itu tanpa sadar semakin mengencangkan genggaman tangan mereka berdua bersamaan dengan kedua matanya yang menutup dengan rapat.Brandon hampir tidak percaya kalau ini adalah ciuman pertama Janice. Jelas sekali. Gadis itu sangat kaku. Dari deru napasnya pun Brandon bisa merasakan kalau dia sedang gugup.Cukup sepuluh detik, Brandon melepaskan ciuman yang lebih ke saling menempelkan bibir tersebut. Itu saja. Laki-laki itu tidak ingin melakukan sesuatu yang akan dia sesali setelahnya. Dia tidak ingin Janice menganggapnya kurang ajar."Thank you," ucapnya pelan sambil mengusa
Baca selengkapnya
Jalan-jalan (3)
Pada akhirnya Janice mengetahui bahwa roof top tersebut ternyata sudah disewa seluruhnya oleh Brandon saat pelayan kafe mengantar bill bertepatan dengan Brandon yang kebetulan sedang ke toilet. Dan hal itu pula lah yang menjadi sumber keributan di antara mereka setelah keduanya turun untuk pulang. Brandon tidak tau jika Janice sudah membayar bill yang seharusnya menjadi tanggung jawabnya. Brandon terperangah melihat Janice yang bisa-bisanya melenggang dengan santai ke luar kafe saat kasir memberi tahu bahwa tagihannya sudah dibayar. Gadis itu berpura-pura bodoh. Bahkan si kasir juga tidak bersedia menunjukkan struk pembayarannya karena tadi Janice berpesan demikian. “What the hell are you doing?!” tanya Brandon seraya menarik lengan Janice saat mereka sudah berada di parkiran. “What? Aku hanya membayar tagihannya. Apa tidak boleh?” jawab wanita itu santai, tidak merasa tertekan sama sekali. Dia sebenarnya tau kalau Brandon akan marah karena ini. Tapi mana lah
Baca selengkapnya
Sama-sama kepo.
Di Jakarta …    Chris, Amber, Dominic dan Chalondra baru saja selesai makan malam. Sepanjang hari ini mereka berempat menghabiskan waktu untuk saling bercerita. Setelah selesai makan pun, Amber dan Chalondra masih menikmati quality time mereka di kamar. Chalondra memiliki banyak hal yang ingin dia diceritakan kepada wanita yang sudah melahirkannya ke dunia itu. Bagaimana tingginya Burj Khalifa, indahnya pemandangan gedung-gedung pencakar langit dari atas awan, panasnya gurun pasir, mahalnya kerang tiram yang mereka nikmati di dinner terakhir mereka dan lain-lainnya.   Chalondra juga menceritakan bagaimana Dominic memperlakukannya dengan begitu manis dan baik. Bagaimana Dom menjaganya setiap waktu dan memastikan dia bahagia dalam bulan madu mereka. Chalondra juga menunjukkan foto-foto mereka berdua yang langsung membuat Amber iri. Foto berlatar belakang Burj Khalifa yang terdapat nama Chalondra, foto di atas udara saat mereka sky diving,
Baca selengkapnya
Ketan bakar.
Setelah puas bercumbu di parkiran Skyline dengan mengabaikan panggilan dari ibunya, Brandon kembali menjalankan mobilnya dan membawa Janice ke arah Lembang. Mereka sepakat jika kentang dan sosis yang mereka makan tadi, ternyata tidak mengenyangkan dan sekarang keduanya sudah lapar lagi."Ketan bakar, gimana?" usul Janice saat Brandon menanyakan rekomendasi makanan. Kebetulan ketan bakar yang ditaburi abon itu merupakan kuliner yang cukup terkenal di daerah Lembang."Yang di mana?""Sepertinya di alun-alun banyak yang jualan." Seingat Janice, saat beberapa kali ke daerah ini untuk kunjungan lapangan, memang cukup banyak yang berjualan di daerah alun-alunnya."Oke. As your wish," jawab Brandon sambil tersenyum sekilas. Entah bagaimana senyum sudah tidak pernah lekang dari bibirnya. Dia harus berterima kasih kepada Dominic yang sudah menyarankan dia untuk mengajak Janice pergi tanpa embel-embel pekerjaan.Sekitar sepuluh menit kemudian, Brandon menepi
Baca selengkapnya
Dann oh Dann.
"Chaaaaa ...." Suara Dominic terdengar menggema dari kamar mandi apartemen tempat tinggal mereka. Akhirnya Dom memutuskan untuk pulang karena Brandon dan Janice tidak kunjung muncul di rumah kediaman Ellordi. Dominic ingin berduaan dengan Chalondra saja sepanjang hari ini karena besok dia akan mulai kembali ke kantor. "Iya, Dadd?" Cha berlari mendekati pintu kamar mandi dan menjawab panggilan Dom. "Sini masuk." Chalondra pun membuka kenop pintu yang seperti biasa tidak pernah dikunci. Dia pun tidak pernah mengunci pintu saat sedang berada di kamar mandi. "Kenapa, Dad?" Dia menyembulkan kepalanya di celah daun pintu. Dilihatnya sang suami sudah selesai mandi dan sedang berdiri di depan cermin dengan hanya berbalutkan handuk di pinggang. "Tolong ambilkan kotak P3K, Sayang." Chalondra mengerutkan dahinya dan langsung masuk ke dalam. Curiga kenapa suaminya meminta kotak P3K. Lalu dia pun melihat Dom sedang menahan jari telunjuk tan
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
89101112
...
16
DMCA.com Protection Status