All Chapters of Love You Mr. Arrogant: Chapter 11 - Chapter 20
196 Chapters
Kamu Tidak Akan Lepas Dariku!
"Apa kamu masih belum mau bangun juga? Kamu pikir, menahan kepalamu semalam tidak membuat tanganku kesemutan?" Regan berkata tanpa membuka matanya sedikit pun. Dan Fanya barus sadar, saat kepala dan tangannya terikat dengan pria itu. "Oh, maaf. Saya tidak sengaja," jawab Fanya dengan menarik tangannya dengan cepat. Menegakkan tubuh, dengan memberi jarak di tengah-tengah mereka. "Mau ke mana?""Saya mau mandi. Pergi ke salon seperti biasa." "Kamu pikir kamu bisa lolos dariku, setelah kamu membuat tanganku mati rasa semalaman?""Saya sudah bilang, saya tidak sengaja melakukannya. Itu pun karena saya tidak sadar waktu tidur." "Aku tidak peduli," ujar Regan dengan menegakkan tubuhnya. "Yang aku tau, tanganku mati rasa sekarang, dan kamu harus bertanggung jawab untuk memijitnya." Regan mengulurkan tangan kirinya ke arah gadis itu. "Emmm ... apa saya bisa menundanya nanti? Saya sudah siang dan di hari Ming
Read more
Brother Complex
Niat yang akan menyusul Regan ke bawah untuk menanyakan ulah Kaisar, langkahnya terhenti saat ia baru saja memasuki pentry.Regan sudah berdiri dengan menyangga tubuhnya di meja. Terdengar suara seorang wanita dari ponsel yang tengah ia loudspeaker. Dan sudah bisa ia pastikan, Amandalah pemilik suara itu. "Aku akan kembali dalam dua minggu sayang, dan aku akan siap untuk menerima cincin pernikahan darimu." Begitu suara Amanda yang terdengar manja dari ponsel itu."Hmmm." Regan menjawab dengan menyodorkan cangkir ke arah Fanya. "Buatkan aku minuman hangat.""Apa yang harus aku buat?""Terserah. Yang penting jangan teh, aku tidak suka." 'Cih. Jadi dia melarangku keluar hanya untuk ini?'"Sayang, apa kamu bicara dengan wanita itu?" sahut Manda yang masih terhubung dengan Regan. "Hmmm.""Sayang, kamu marah sama aku?""Hmmm." Regan seolah tidak peduli dengan Manda. Ia justru mendekat ke
Read more
Fasilitas Pertama
Ada satu baju yang menarik perhatian dia. Sepertinya, itu akan cocok jika Regan yang memakai. Butuh waktu beberapa menit, untuk Fanya menimang-nimang harga yang terbilang bisa menguras jatah uang jajannya. Tujuh digit, membuat ia menelan saliva keras dan membalikkan bandrol itu dengan cepat. 'Harga apa, ini? Aku bisa membeli lima baju untuk menukar dengan kemeja santai seperti ini.' "Kenapa? Apa kamu perlu bantuanku untuk memilih?""Ah, tidak, tidak perlu. Aku sudah mendapatkan pilihan." 'Tidak mungkin. Bisa-bisa dia malah mengerjaiku dengan memilih harga paling mahal nanti.'Dengan terpaksa, Fanya menyahut pilihannya. Berharap ia tidak dicincang Regan karena memberikan baju murahan jika sampai di rumah nanti. 'Pergilah jatah uang jajanku sebulan, aku merelakanmu untuk membuang sial.' "Terima kasih, kamu sudah memberikan aku kado."'Cih. Aku juga tidak akan melakukan itu jika kamu tida
Read more
Kunjungan Tiba-Tiba
Sore ini, Fanya berangkat terlebih dulu ke rumah Atmaja. Dia juga tidak berharap kedatangan Regan di sana. Entah datang atau tidak, terserah dia. Yang penting Fanya sudah mengundangnya. Meskipun tidak ada acara yang wah, tapi tetap saja tamu undangan para partner kerja Atmaja sudah terlihat memenuhi halaman rumahnya. "Selamat sore," sapa Fanya dengan menyunggingkan senyum selebar-lebarnya.Suara Fanya, mengalihkan pandangan mereka. Bukan tertarik melihat Fanya, pasalnya mereka mencari-cari keberadaan Regan. Cibiran tentang rumah tangga mereka pun mulai berterbangan. Fanya tau itu, hanya dia pura-pura tidak tahu saja. Terkadang, pura-pura itu bisa jadi jalan terbaik dari pada membuat sakit hati."Selamat ulang tahun Ayah," ucapnya dengan mencium punggung telapak tangan Atmaja dan mencium kedua pipinya."Kamu sendirian?" tanya Atmaja yang masih saja belum puas dan kembali mencari-cari Regan. Barangkali pria itu nyempil di bel
Read more
Peringatan Untuk Keluarga Atmaja
"Yang keras!" seru Regan."Aku ini udah pakek tenaga dalam!" protes Fanya dengan nada kesal. Pasalnya, sejak tadi Regan selalu protes dengan pijatannya yang tidak terasa apa pun."Apa kamu tidak makan, tadi? Setidaknya gunakan tenagamu sedikit!"Kesal sejak tadi diprotes, Fanya menekan punggung Regan dengan sangat keras. Hingga pria yang sejak tadi tengkurap itu membalikkan badan dengan cepat."Sengaja, ya kamu!" teriak Regan dengan melototkan matanya. "Katanya tadi suruh nekan," ujar Fanya dengan menundukkan kepalanya. "Sekarang kamu harus tanggung jawab.""Kan udah, tadi." "Kamu pikir punggungku gak sakit!" teriak Regan. "Sekarang sini, cepat sini!"Fanya memajukan dirinya. Menatap Regan dengan wajah polosnya."Tidur sini," ujar Regan dengan menunjuk tempat tidur tepat di sisinya."Tidak apa-apa, aku masih betah tidur sofa, kok."Melihat tatapan Regan yang semakin tajam, Fanya meringsut dan t
Read more
Mengembalikan Hak Fanya
Mereka mengira akan lepas setelah Regan keluar dari rumah mereka. Ternyata tidak, kaisar kembali lagi setelah menutup pintu mobil Regan. Seharusnya mereka tau, pria itulah yang akan memberikan hukuman yang sebenarnya malam ini. Mereka tertunduk tanpa berani melirik Kaisar sama sekali. Jangankan melihat wajahnya. Mereka hanya bisa melihat ujung sepatu Kaisar yang mengkilat. "Ambil kartu Nona Muda, dan kembalikan padanya sendiri. Sebelum kamu menggantinya, jangan berharap lepas dari saya. Dan untuk anda yang telah menyuruh Nona Muda bekerja di dapur, mulai saat ini semua pelayan di rumah ini saya liburkan dengan gaji normal atas saya yang akan menjamin mereka. Begitu pun sebaliknya, saya yang akan menentukan, kapan anda bisa mendapat pelayan rumah lagi."Bagi Sarah, ini adalah hukuman paling berat. Bahkan ini mimpi buruk. Ia tidak akan bisa membayangkan bagaimana membereskan pekerjaan rumah dengan tangannya sendiri. Memasak, yang padahal d
Read more
Karena Aku Suamimu
'Iya, iya, dia yang membuat kami seperti ini dan itu karena kamu!'"Ah, tidak. Dia tidak melakukan apa pun. Kita ke sini memang untuk minta maaf sama kamu." Tidak mungkin juga Raisa mengatakan semuanya. Bisa-bisa ia akan digantung di alun-alun kota nanti. "Anya, maafkan Mama ya? Selama ini Mama sudah berlaku buruk padamu. Kami sungguh minta maaf," ujar Sarah dengan menundukkan kepalanya. "Jangan membuatku sungkan dengan menundukkan kepalamu, Ma! Aku tidak apa-apa, sungguh." "Apa kita bisa memulai semuanya dari awal?" tanya Raisa.Cih. Sok baik sekali dia. Padahal Raisa pun tidak ingin  meninggalkan dirinya yang sewaktu-waktu membutuhkan uang. "Kenapa tidak? Kalian keluargaku. Kita bisa memperbaiki hubungan ini."Mendengar perkataan Fanya, hati Raisa seolah diguyur air dari kutub selatan. "Akirnya bank berjalanku masih aktif!" serunya dalam hati. Tuntas sudah tugas mereka hari ini. Minta ma
Read more
Karena Kamu Hanya Milikku
Tidak ada yang berbicara apa pun dari mereka. Puncak kemarahannya sudah mencapai ubun-ubun. Fanya hanya meringsut di pojokan mobil dan memalingkan pandangannya. "Aku tidak ingin pulang.""Baik, Tuan." Fanya sebenarnya ingin protes saat itu juga. Tapi mulutnya tertahan. Ia sudah menjadwalkan demo sampai Regan meminta maaf padanya. Kalu perlu ia akan berdiri mematung di rumah Regan, dan membawa poster bertuliskan, "Ceraikan aku." Mobil mereka berhenti tepat di depan sebuah luxury hotel. Dan Fanya tetap tidak mau tahu. Sepertinya Fanya sudah memulai aksi protesnya. "Turun, atau aku yang menyeretmu!" Pura-pura tidak dengar hanya akan menambah level kemarahan Regan. Mengalahkan pedasnya cabe level 15 belas."Aku bilang turun!" Regan semakin meninggikan intonasi. Jika tidak ada hukum KDRT, mungkin Fanya sudah ditarik-tarik seperti menyeret kambing liar sekarang. Oke. Gadis itu sepertinya benar-
Read more
Fanya Kabur?
Semua perlakuan Regan solah menjadikan Fanya satu-satunya wanita di dunia. Bukan hanya sekedar mengobati wanita itu, tapi dia juga meminta Kaisar untuk menyiapkan semua baju dan makan malam untuk mereka. Tidak ada penolakan dari gadis itu sekarang. Tapi Fanya juga tidak berbicara apa pun padanya. Sampai Regan menyuapinya pun, Fanya tidak menolak dan juga tidak membuka mulut."Kamu pantas marah padaku. Tapi barikan aku kesempatan untuk memilikimu," ujarnya dengan memeluk tubuh Fanya. Fanya tetap diam. Memiringkan tubuh dengan membelakangi Regan.Regan tidak tahan didiamkan. Ia justru lebih suka Fanya yang marah-marah padanya. Ia lebih suka mendengar Fanya mengomel sendiri. Tidak apa-apa. Mungkin Fanya masih syok dengan perlakuan Regan. Pria itu hanya perlu bersabar sedikit lagi. Mungkin besok Fanya mau membuka mulut. Tidak ada obrolan apa pun hingga suara jarum jam terdengar begitu jelas. Tidak masalah. Tidak per
Read more
Finding Fanya
Kaisar melajukan mobilnya dengan cepat menuju kantor Rendi saat ini. Jika Mira tidak tahu, tidak ada orang lain lagi kecuali pria itu. Melihat kedatangan Kaisar, semua karyawan Rendi menunduk hormat. Wajar saja, Regan adalah pemegang saham tertinggi di sana. "Ke mana Rendi?" tanya pada Sekretaris yang berada di depan ruangan CEO. "Ada, Pak. Ada di dalam. Mari, silakan," ujar wanita itu mempersilakan dengan tangannya. Melihat kedatangan Rendi pun pria itu langsung berdiri tegak. Mempersiapkan diri, siapa tau ia mendapat pukulan tiba-tiba seperti kemarin. "Ada apa anda sampai datang ke mari?" "Jangan coba-coba membawa kabur Nona Muda!""Kabur? Jadi Anya kabur?" Rendi dengan cepat meraih ponselnya. Percuma saja, Rendi pun mendapat jawaban yang sama. Jika dilihat dari aplikasi yang bersimbol gagang telepon, ia terakhir mengaktifkan ponsel sejak tengah malam tadi."Apa yang kalian lakukan samp
Read more
PREV
123456
...
20
DMCA.com Protection Status