Все главы Suami Kedua: Глава 21 - Глава 30
40
Part 21
Tak mudah bagi Jonan untuk berbicara yang sebenarnya pada papa. Papa sudah terlalu percaya dengan kehebatan Bagas yang memang ahli dalam mengurus perusahaan. Bukan hanya papa yang percaya dengan, tapi mama juga. Jonan akan kesulitan jika hanya sekedar berbicara tanpa menunjukkan bukti bahwa pernikahan Bagas dan Anin tidaklah bahagia.Harusnya malam ini Jonan ingin berbicara dengan Anin menyangkut masalah dengan Bagas, akan tetapi Jonan harus pergi ke luar kota untuk mengurus pengiriman barang dari pabrik. Kemungkinan Jonan menginap di luar kota selama dua hari.Sementara di rumah, Anin yang masih duduk sendirian terlihat sangat gelisah. Sedari siang, Anin hanya duduk, berdiri lalu kembali naik ke kamar dan kemudian kembali ke lantai satu dan duduk lagi di ruang tamu. Apa yang membuat Anin gelisah adalah Jonan. Entah kenapa Anin begitu merindukan sosok Jonan. Padahal, tadi pagi Anin sudah sembat bercengkerama dengan Jonan.“Kenapa aku jadi gelisah begini ya?” gumam
Читайте больше
Part 22
Malam berubah mencekam tatkala papa dan mama sudah melihat rekaman singkat di ponsel Bagas. Mama yang paling terkejut karena melihat terlebih dulu, seketika ambruk lunglai di atas sofa.“Apa-apaan ini, Anin?” sesal mama dalam helaan napas. “Mama nggak nyangka kamu ....” mama berhenti berbicara.Anin yang belum mengerti betul-betul apa yang telah mereka tonton, masih terlihat kebingungan. Anin bahkan seperti orang linglung yang sedang dihakimi tanpa tahu kesalahan yang sebenarnya.“Anin, sekarang juga, aku ceraikan kamu.” Bagas melontarkan kalimat yang memang sudah Anin tunggu selama ini.Harusnya Anin merasa lega bukan? Namun, Anin tetap membisu menantikan ada salah satu di antara mereka memberitahu apa yang ada di dalam ponsel itu.“Anin ....” kali ini papa yang bicara. “Apa sungguh ini kamu?” papa menyodorkan ponsel yang layarnya menyala.Perlahan-lahan, mata Anin terbuka dan membelalak sempurna. Anin yang tak menyangka, hanya bisa menutup
Читайте больше
Part 23
Sampai larut  malam Anin menangisi nasibnya. Anin masih tidak percaya kalau Bagas akan menceraikannya dengan cara picik seperti ini. Anin pikir dirinya akan diceraikan secara baik-baik tanpa ada kebohongan, tapi ternyata Bagas lebih buruk dari yang sempat Anin bayangkan.Masih berada di kamar, untuk saat ini Anin hanya bisa meringkuk di atas ranjang. Anin sama sekali tak peduli kemana Bagas akan tidur malam ini. Anin sudah mengunci pintu setelah pembicaraan tadi usai.Anin berlari menaiki anak tangga dengan tangis yang terus meluber.“Jonan, kamu di mana?” Anin masih berharap Jonan akan muncul.Pria itu mendadak menghilang saat Anin sedang membutuhkan. Anin ingin sekali marah pada Jonan. Kenapa Jonan harus menghilang di saat runyam seperti ini? Di mana dia?Anin masih terisak sambil beberapa kali memanggil lirih nama pria itu.“Jonan, aku lagi butuh kamu. Kenapa kamu malah pergi?” desis Anin.Membiarkan Anin menangis di dalam kamar sepe
Читайте больше
Part 24
Dari pagi sampai menjelang malam lagi, Anin tak kunjung menemukan sosok Jonan. Sudah dua hari ini Jonan tidak pulang ke rumah. Ingin bertanya, tapi Anin tahu kalau seisi rumah sedang membencinya. Tentang perceraian itu, Anin sebenarnya tidak terlalu dipikirkan, toh Anin harus merasa lega karena sudah terbebas dari jerat pernikahan tipu-tipu dengan Bagas.Masalahnya sekarang, Anin harus mencoba hidup mandiri tanpa bantuan keluarga ini. Ini mungkin salah Anin juga karena menuruti mertuanya yang memintanya untuk tidak usah bekerja. Mereka bilang, kalau Bagas bisa membiayai tanpa Anin ikut bekerja. Bodohnya, Anin sama sekali tidak memikirkan  akan berimbas seperti ini.“Kamu belum juga menemukan Jonan?” tanya Nana. Jam makan siang Nana terpaksa digunakan untuk menemani Anin yang tengah bersedih.“Aku nggak tahu Jonan pergi kemana. Aku bisa saja menelpon, tapi aku ragu. Bisa jadi dia memang  nggak mikirin aku lagi kan?” Anin menatap sendu.“Jangan bilang
Читайте больше
Part 25
Merayakan kebebasan karena telah berhasil menceraikan Anin, Bagas lakukan bersama dengan sang kekasih, Ela. Kedua orang itu tengah menikmati kencan malam di salah satu kafe mewah di pusat kota.“Sebentar lagi Aku dan Anin akan resmi percerai,” kata Bagas sambil menggenggam tangan Ela di atas meja. “Setelah ini, kita bisa langsung menikah.”“Makasih ya, Mas Bagas. Aku jadi tambah cinta.” Ela tersenyum dengan satu kerlingan mata.“Harus dong ....” Bagas mencubit ujung dagu Ela. “Setelah resmi bercerai, aku akan kenalin kamu sama papa dan mama.”Ela mendadak diam. Bibirnya dilipat ke dalam sementara tangannya sudah terlepas dari genggaman Bagas. “Kalau papa sama mama kamu nggak suka, bagaimana?” Ela terlihat cemas.Bagas menarik tangan Ela lagi. “Nggak usah khawatir. Papa dan mamaku sudah terlanjur kecewa sama Anin, melihat ada kamu, pasti mereka akan langsung setuju.”Rasa khawatir berkurang, Ela kembali mengukir senyum. “Semoga saja ya, Mas.”
Читайте больше
Part 26
Dua hari sudah berlalu, dan kini justru menjelang satu minggu. Anin masih setia menunggu kepulangan Jonan dari urusan bisnisnya di luar kota. Anin tak tahu mengapa dirinya sangat rindu pada Jonan, yang jelas, Anin selalu uring-uringan sendiri karena tak kunjung melihat wajah JonanSementara di sisi lain, perceraian sudah usai dan Anin justru tak peduli akan hal itu. Bahkan saat surat resmi dari pengadilan datang dan harus sidang, Anin justru dengan entengnya mengatakan ‘Ya, saya memang melakukannya’. Anin hanya ingin perceraian cepat selesai dan tak mau berlarut-larut.Namun, jika Anin merasa nyaman dengan perceraian ini, lain dengan Bagas. Bagas merasa tak terima karena saat sidang Anin sama sekali tak memberi perlawanan. Anin hanya mengangguk dan selalu berkata iya.“Jadi, kamu memang sudah berniat melakukan ini sama aku kan?” tanya Bagas kala persidangan telah usai.Anin yang hanya berjalan sendirian di lorong, tak mau ambil pusing dan memilih tak meng
Читайте больше
Part 27
Anin benar-benar pergi meninggalkan rumah mewah yang sudah saru tahun lebih ia tinggali. Sebuah rumah yang dulu Anin kira akan menjadi istana kehangatan setelah ditinggal pergi oleh Kakek, ternyata tidak sesuai bayangan. Anin tidak mengelak kalau selama ini keluarga mertuanya memang begitu baik. Mereka tak pernah kasar. Hanya karena satu berita bohong, dengan mudahnya mereka langsung percaya. Tentu saja semua ini tak lain karena Bagas dan orang yang tega menjebak Anin.Satu jam setelah kepergian Anin, sosok Jonan tiba-tiba muncul. Jonan masuk begitu saja ke dalam rumah tanpa curiga tentang apapun. Jonan terlihat tersenyum-senyum sambil menyeret gagang koper.“Lebih baik Aku temui Anin besok pagi,” gumam Jonan saat langkah kakinya sudah sampai di depan pintu kamar.Meninggalkan malam yang lelah, pagi pun akhirnya datang. Jonan sudah terlalu sangat bersemangat untuk segera menemui Anin. Jonan tak peduli jika ada Bagas, asal bisa melihat wajah Anin, Jonan akan merasa
Читайте больше
Part 28
Ketegangan yang tinggal menyisakan tiga orang saja, masih terus berlanjut. Bagas yang penasaran, pada akhirnya menyaksikan sendiri siapa gerangan pria yang berbicara secara tenang namun lantang di rekaman tersebut. Pria yang bernama Tian itu duduk secara tenang sambil direkam, lantas mulai berbicara mengenai seorang wanita yang dijebak hingga mabok. Pria tersebut juga mengatakan, kalau dirinya yang menolong Anin saat hendak dibawa keruangan oleh dua orang pria. Sebagai pemilik kelab, Tian tidak mau ada kasus seperti ini, itu sebabnya Tian memilih membantu Anin.Sampai di situ saja penjelasannya. Namun, rekaman tersebut sudah bisa membuktikan kalau Anin benar-benar masih bersih. Karena apa? karena Tian sudah membawa Anin pergi lebih dulu. Dan di menit terakhir, Tian mengatakan, “Kenapa Aku menolong wanita yang bernama Anin itu, karena Aku sudah muak melihat kelakuan pacar adikku. Dia hampir selalu mencelakai wanita yang dianggap mengganggunya.”Sementara Bagas masih fokus
Читайте больше
Part 29
.Sudah seminggu ini, rumah terlihat kacau. Hampir setiap hari isinya hanya perdebatan yang berawal dari perceraian Bagas dan Anin. Jonan sudah masuk kamar sekitar satu setengah jam yang lalu, membiarkan ketiga orang di lantai satu untuk merenungi apa yang sudah mereka lalukan terhadap Anin.“Kamu tega sekali bohongi mama, Gas,” sesal mama masih sambil menitikkan air mata. Mama tak kuasa menatap wajah Bagas yang pernah dibela di hadapan Anin.“Apa benar yang dikatakan Bagas? Kamu yang selingkuh dari Anin?” salak Papa.Bagas membisu seribu bahasa. Ia masih duduk mencondong dengan kedua tangan menyangga wajah. Bagas sudah lunglai seperti tak bertenaga. Beberapa detik kemudian—masih tak mau menjawab—Bagas beranjak kemudian memungut lembar foto kecil yang tadi dilempar Jonan.“Kamu mau kemana, Gas?” teriak papa saat Bagas berlari keluar tanpa mengatakan apapun.Bagas tak menoleh dan tetap keluar dari rumah. Buru-buru masuk ke mobil, Bagas tancap gas melajuka
Читайте больше
Part 30
Belum sempat Jonan duduk ikut makan siang, dari arah lain Bagas sudah lebih dulu menarik lengannya.“Di mana Anin?” tanya Bagas.Jonan berdecak, kemudian mengibaskan tangan hingga terlepas dari genggaman Bagas. “Apaan, sih!”Mama, papa yang awalnya duduk, terpaksa berdiri.“Katakan, di mana Anin?” Bagas menarik pundak Jonan yang hendak duduk. “Kamu tahu di mana Anin kan?”Jonan mendecih lantas menyingkir. “Kalaupun aku tahu, aku tidak akan memberi tahumu!”“Sialan kau, Jo!” salak Bagas. Bagas maju menyingkirkan kursi yang menghalangi. “Katakan, di mana Anin!”“BAGAS!” suara tinggi bernada gertakan itu membuat Bagas yang hendak meraih Jonan lagi, urung. “Berhenti mempermalukan dirimu sendiri!” papa berkata lagi.Mama memutari meja makan dan berjalan menghampiri Bagas. Mama sudah merasa lelah karena hampir setiap pagi selalu ada keributan.“Jangan begitu, Gas?” cegah Mama. “Kamu hanya akan memperkeruh keadaan!”“Jonan yang su
Читайте больше
Предыдущий
1234
DMCA.com Protection Status