Semua Bab Nice to Meet You Again: Bab 41 - Bab 50
105 Bab
Ada Aku
 Meliana sampai tertidur menemani Arga yang tidak mau melepaskan atau sekedar jauh sebentar darinya, mata itu baru terbuka saat isakan Arga kembali terdengar. "Ga, ada aku di sini, kamu tenang ya ...." Arga pandangi wajah lembut dan perhatian Meliana, ia terisak kembali menunjukkan betapa hancur dan lemahnya dia saat ini. Satu tangan yang masih ada di atas perut Meliana seolah enggan untuk pergi, Arga menahan tubuh kecil itu dan tidak mau menjauh sedikit pun. Entah apa yang terjadi, sampai detik ini belum ada pesan dari kedua temannya yang mungkin mendapatkan informasi dari Harto. Meliana bahkan tidak melihat atau sekedar mendengar suara heboh dari kedua temannya, tidak mungkin bila tadi saat ia tertidur, kedua temannya itu memutuskan membawa Harto ke rumah sakit. "Sayang, boleh aku tinggal sebentar? Aku mau memastikan Rika mengobati ayah dengan benar, boleh ya?" Cukup lama Arga berfikir
Baca selengkapnya
Tidak Memperbaiki Keadaan
 Meliana usap lembut wajah yang banyak luka memar itu, suaminya masih terlihat tampan seperti biasanya, ia tidak menyangka kalau hari berat ini akan mereka lalui. Entah kenapa ia bersyukur karena ketika Arga menerima kenyataan pahit ini, Arga ada bersamanya, tidak bisa Meliana bayangkan kalau Arga berada di tangan orang lain atau seorang diri, pria itu bisa saja mengakhiri hidupnya karena sebuah pengakuan yang cukup membuatnya hancur. "Kau mau minum atau makan?" tawar Meliana, ada dua potong roti yang tadi Juna bawakan. "Aku ingin kau peluk saja, Mel." "Tidak dulu, kau sedang sakit, memelukmu saat ini tidak akan memperbaiki keadaan yang ada. Kau harus makan agar kuat dan bisa kembali pulih, ayah menunggumu untuk merawatnya, sayang," balas Meliana menolak lembut. Samar-samar Arga mengingat, batinnya kembali sesak hingga suapan Meliana bercampur dengan tetesan air matanya. Dengan tenang Meliana hapus ai
Baca selengkapnya
Menerima Kenyataan
 Heri masih menggenggam tangan teman baiknya itu, begitu juga Surti yang terus saja mengangguk saat banyak penjelasan Heri sampaikan untuk memperjelas kilasan masa lalu yang menjadikan dendam dan rasa sakit hati pada diri Neni selama ini. "Mas Heri benar, Nen. Dia tidak membencimu atau menganggap kau kalah dari Siwi, tapi dia terlalu sayang pada masa depanmu bila bersamanya yang tidak mempunyai apa-apa, kau mempunyai mimpi besar, bila dalam hubungan kekasih tidak bisa dia berikan, itu artinya memaksa kau untuk pergi, Mas Heri tidak mau itu sampai terjadi, dia sangat menyayangimu, mengharapkan kau mendapat kehidupan yang lebih baik bersama Harto waktu itu," tutur Surti, ia baru berucap saat ini. Mata Neni terus menatap pria yang sudah menjadi bait dalam masa lalunya itu, pria yang sampai membuatnya kehilangan arah karena merasa diabaikan dan tidak dicintai, pria yang membuat masa lalunya menjadi kelam hingga berbuat nekad dan kejam. Ia meng
Baca selengkapnya
Dia Juga Ibuku
 Klek, Meliana tahu suaminya itu sengaja menjatuhkan botol kosong bekas air minumnya untuk mencari perhatian, terbangun dari tidur dan tidak melihat Meliana ada di dekatnya. Ia ingin tertawa pasalnya Arga seperti anak kecil kalau sedang sakit seperti ini, lucu dan menggemaskan, Meliana seperti sedang mengasuh anak kecil sakit. Tapi, benar sekali karena Arga adalah bayi besanya. Membahas bayi, Meliana jadi teringat akan program kesehatan dan kesuburan yang telah ia jalani sejak berpisah dari Natan, beberapa bulan ini tidak rutin, nanti akan ia ulangi lagi dengan rasa senang karena kabar baik dari Neni sudah ia dapatkan. "Sayang," sapanya. "Jangan memanggilku seperti itu!" melengos, tidak mau melihat Meliana. "Oh, marah ya? Oke, kalau gitu, aku akan kembali ke luar ruangan ya ...." Dua langkah kaki Meliana terdengar, Arga bergumam dan sengaja ia keraskan agar Meliana mendengarn
Baca selengkapnya
Tidak Ada Mantan Anak
 Bila tadi Rika sudah mendapatkan anggukan dari Neni akan tawaran yang ingin Meliana sampaikan. Kini tugas beralih pada Meliana di mana ia harus mencari hati yang lapang dari ayah mertua dan suaminya akan kehadiran Neni dengan sejuta luka yang tercipta.  Meliana duduk tepat di samping Arga lebih dulu, pria itu baru saja bertemu kembali dengan dokter yang mengatasi rasa takut juga trauma dalam jiwanya.  "Apa kau sebaik itu sampai mau merawat dan menerimanya?" tanya Arga memalingkan wajahnya, ia bahkan tidak ingin melihat wajah Neni lagi.  Wanita kejam dan tidak punya hati nurani itu tidak pantas berada di rumah atau ia anggap dengan sebutan ibu.  Bahkan bila ada yang harus ia rawat, Arga akan memilih Harto saja sebagai ayahnya.  "Arga, siapa tahu lewat jalan ini DIA memberikan kita kesempatan untuk menciptakan hubungan yang baik dan keluarga yang utuh, maafkan dia, apa yang terjadi j
Baca selengkapnya
Bukan Menantu Pilihan
 "Apa kau sesenang itu melihatku tidak bisa memakai celana begini, hem?" tanya Arga malu, ia sedikit geram juga karena Meliana tergelak kencang melihat ia kesusahan memakai celana. Meliana sampai berpegangan pada tepian ranjang, ia tidak bisa menahan gelak tawa yang terus memuncak pada dirinya itu. "Ahahahahah, maafkan aku, sayang. Tapi, kau lucu sekali," ujar Meliana berusaha untuk berhenti tertawa. Arga sudah berusaha keras untuk menaikkan celananya, tapi begitu ia memindahkan kedua tangan untuk bergantian, justru celana itu kembali melorot dan menampilkan celana dalam berwarna kelabu dengan motif awan pilihan Meliana itu. Usai sudah perjuangannya hari ini, banyak keringat yang bercucuran hingga tubuhnya pegal-pegal, begitu sulit menyeimbangkan tubuh yang sudah lama tidak melemah, Arga ingin menyerah, tapi wanita yang tengah tertawa menjadi pembangkit semangatnya. "Aku bantu, sayangku, sini!" Meliana berjalan me
Baca selengkapnya
I Like It
 Rika sengaja datang lebih pagi di rumah utama itu, ia ingin melihat seberapa berani Neni menunjukkan batang hidungnya dengan Meliana yang kini memegang kuasa penuh di rumah Arga. Bukan bangunan mewah seperti rumah yang hancur dan ia tinggalkan sejenak itu, tapi rumah sederhana yang cukup nyaman dan mungkin di bawah standart Neni yang sudah lama melejit menjadi orang berkecukupan. Neni tampak menarik kursi rodanya sendiri menuju ruang tamu, bertemu Rika yang sontak menampilkan seringainya, kalau tidak ada Meliana dan ada perintah untuk balas dendam, ia pastikan tangan itu mencekik leher Neni sampai putus, ia ingin wanita itu mati sebelum kembali pulih. Dia bukan Meliana yang mudah percaya dan berhati lembut, tapi dia bisa jauh lebih licik dari Neni bila wanita itu berulah lagi, tidak akan ada yang tahu kapan ular itu kembali memiliki bisa mematikan yang bisa membuat Meliana hancur. "Apa malammu cukup nyenyak, Bu Neni?" tanya R
Baca selengkapnya
Kumpulan Orang Gengsi
 Sengaja Meliana sibakkan rambut basahnya ke depan wajah Arga, itu bentuk pembalasan karena suaminya memaksa lagi saat pagi tiba dan dia harus mengulangi mandinya. Kesal, tapi ia izinkan karena itu bukti cintanya pada sang suami yang berangsur-angsur pulih. Meliana adalah mood booster Arga, bila Meliana menuruti semua maunya, dia akan melakukan juga seperti apa yang Meliana mau. "Kau jadi pergi bersama Rika saja?" tanya Arga memastikan, ia ingin ikut, sayangnya tidak berdaya. Meliana mengangguk, ia bantu suaminya dulu merapikan baju setelah itu ia bersiap diri untuk pergi berbelanja. Orang yang menghuni rumah ini semakin bertambah, itu artinya bahan makanan mereka juga harus sedia banyak, begitu juga buah dan camilan yang harus tersedia untuk menemani waktu luang selama Arga dan yang lain belum pulih total. "Jangan cemberut begitu, aku tidak meninggalkanmu di rumah sendirian kan? Ada ibu dan ayah yang
Baca selengkapnya
Harapan Besar
 "Astaga, Arga, Ibu, Ayah!" Meliana segera berlari. Tidak ia hiraukan seruan Arga yang memintanya diam dan tenang dahulu setelah mengangkut banyak barang belanjaan dan melemparnya begitu saja, beruntung kumpulan telur ada di tangan Rika. Meliana dekatkan kursi roda Neni, ia angkat ibunya itu terlebih dahulu tanpa mendengarkan dan melihat ekspresi datar Neni yang mampu membuat orang kesal. Setelah Neni dipastikan aman, Meliana bersama Rika membantu Harto untuk kembali berdiri dan duduk ke kursi rodanya. Sementara khusus Arga, pria itu meminta Meliana dan Rika untuk berhenti lebih dulu, Arga justru berkacak pinggang meskipun posisinya tengah duduk di lantai. "Sayang, aku bantu ke sana, ayo!" ajak Meliana berusaha membujuk. Arga masih menggelengkan kepalanya, "Aku tidak mau, kau harus mencuci kaki dan minum lebih dulu, baru bantu aku." Ah, ya ... Meliana dan Rika tersadar kalau belum melakuk
Baca selengkapnya
Berikan Aku Cucu
 Tarik nafas dalam-dalam, lalu buang perlahan. Kabar dan niat ini harus diutarakan dengan fikiran dingin dan kelegaan hati pendengarnya. Untuk pertama kali Meliana dan Arga duduk di depan keluarga inti yang terkumpul pagi ini, mereka akan menyampaikan dan meminta doa restu atas niatan yang akan mereka jalani ke depannya. "Aku dan Amel akan melakukan program kehamilan mulai bulan depan," ungkap Arga. Deg, Mata Neni sontak terbelalak, apa yang Harto katakan semalam bukanlah kebohongan belaka untuk mengikat atau memojokkannya. Telinganya mendengar sendiri dari mulut Arga bahwa mereka berdua akan melakukan program kehamilan untuk menghadirkan nyawa baru di keluarga ini, hal yang sangat Neni tentang keras dulu. Arga genggam tangan Meliana yang duduk tegang di sampingnya, ia lihat sebentar dan mengangguk, meyakinkan Meliana kalau semua akan menerima dan baik-baik saja, dia yang akan membela bila ada yang me
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
34567
...
11
DMCA.com Protection Status