Bab.9 Akan Kukembalikan Jodohmu♧♧♧Pintu terbuka. Wajah Ryan menyembul dari balik pintu. Matanya membeliak, menatap heran bercampur kaget pada tamu yang tak diundang itu. “Ryan,” sapa Agung sembari mengulurkan tangan. “Apa kabar?”Ryan memaksa senyum. Dia melebarkan daun pintu kemudian menjabat uluran tangan Agung. “Sakit apa? Kata Raya kamu sakit parah?” tanya Agung.Ryan menoleh pada Raya. Gadis itu memainkan mata. Berkedip hingga tiga kali disertai senyuman memelas.“Nisa mana, Yan?” Tanpa menunggu sang tuan rumah, Raya menyerobot masuk. Menabrak Ryan yang masih tertegun di depan pintu.“Ada di kamar.”“Di kamar?” tanya Agung. Dia berharap itu hanya salah dengar. “Di kamar, ngapain?”“Di kamar si Mbok, lagi nonton TV.” Ryan melengos. Sama sekali tak tertarik dengan pertanyaan Agung.Nisa muncul di tengah basa-basi yang membuat jengah. Disambut hangat oleh Agung. Direngkuh tubuh Nisa yang mematung tak berdaya.“Aku rindu kamu, Sayang.” Agung mencium kening dan pipi Nisa. “Happy A
Bab.10 Mundur Selamanya ♧♧♧“Oh, iya Lis...,” seru Sari ingat sesuatu. “Nisa bilang suami kamu kerja di supermarket. Di mana itu?”Lisa terdiam. Gugup. Suaminya sudah kabur. Belum kembali sampai sekarang. Dia memutar otak, mengingat salah satu nama supermarket yang pernah dikunjungi bersama Anjas sehari sebelum melahirkan Reyza.“Di Semarak Mart.”Ketiga orang dewasa itu menoleh pada Lisa. Sari menaruh sendok dan garpu di atas piring. Sepotong daging ayam di tangan Ryan terjatuh. Nisa duduk mendekat ke samping Lisa.“Oh, kebetulan sekali,” seru Sari antusias. “Nanti minta sama Ryan buat promosikan dia.”“Semarak Mart itu punya keluarga Ryan,” terang Nisa. Kalau tahu sejak awal, sudah pasti dia memintakan pada Ryan agar suami Lisa naik jabatan. Atau paling tidak naik honor.Senyum Lisa memudar. Kebohongan demi kebohongan membuat hidupnya tambah semrawut. Inikah balasan karena melawan restu orang tua?“Siapa namanya?” tanya Ryan serius. “Tidak usah. Kalian terlalu baik pada saya. Uang
Bab.11 Kamu Dimana, Nisa? Ryan menatap Agung penuh tanda tanya. Jika bukan Nisa, ibu dari anak perempuan ini. Lantas di mana Nisa saat ini? Bukankah seharusnya Nisa menikah dengan Agung?Apa itu artinya, Agung menelantarkan Nisa?“Di mana Nisa?”Agung tertawa. Tawa yang sulit dicerna oleh Ryan. Tawa kemenangan atau kepedihan? Entah, keduanya tak bisa dibedakan.9“Saya yang harusnya bertanya demikian. Di mana Nisa?” Agung berjalan mendekat. Dia mengeluarkan dompet dari dalam saku celana. Lalu mengambil sebuah kartu nama. Diberikan pada Ryan.“Hubungi saya besok,” bisik Agung seraya menepuk pundak Ryan. “Jangan ganggu quality time keluarga saya.”Terpaku Ryan di tempat. Menyaksikan Agung beserta anak dan istrinya menjauh. Dia membuka telapak tangan, di mana Agung menyelipkan sebuah kartu nama.“Agung Baskoro.” Ryan membaca nama beserta alamat kantor Agung. Jika ditelisik lebih, alamat itu tak terlalu ja
Bab.12 Keputusan yang Salah “Aku harus menemukan Nisa. Bagaimanapun caranya,” gumam Ryan memecah kebisuan.“Jangan. Saya takut istri kamu terluka, Yan.”Sungging yang terbit dari sudut bibir Ryan, membuat Yusuf menegakkan tubuh. Diamati lagi dengan penuh selidik wajah mantan adik iparnya. Banyak hal yang disembunyikan oleh pria itu, Yusuf sedikit mencerna dari gurat wajah letih itu.“Cukup Nisa saja. Jangan ada hati lain yang kamu lukai,” ulang Yusuf.“Saya cuma mencintai Nisa.”“Dan kamu menikah lagi tapi tanpa cinta?”“Saya tidak menikah lagi. Saya menikmati hari-hari bersama Zora,” sahut Ryan.Yusuf menggeleng. Dia kembali bersandar. Lalu menoleh pada Ryan yang duduk di sebarang meja. Bila ada dua insan manusia yang begitu tulus mencintai, mengapa suratan takdir tak lantas menyatukan mereka? Cinta terpendam yang tak pernah diungkapkan, membuat mereka berdua terpisah karena kesa
Bab.13 Terlambat Menyadari Cemberut, Zora menyerahkan helm pada Ryan. Pagi yang kurang bersahabat. Masa iya ke sekolah diantar pakai sepeda motor? Di mana harga diri Zora sebagai cewek populer, Papa?“Kenapa sih anak Papa ini?” Ryan memijat hidung Zora.Naik motor itu sama sekali tidak ada enak-enaknya. Zora heran sama mereka yang suka boncengan sama pacar atau gebetan. Padahal bikin punggung capek, belum lagi kalau panas kepanasan, kalau hujan jangan ditanya.“Udah rapi itu rambut,” kelakar Ryan kala melihat Zora berulang kali membenahi rambut panjangnya. Eh, Ryan malah makin gemas. Diacaknya kembali tatanan rambut berponi itu.Zora mengentak kaki. Dia berbalik badan lalu tanpa pamit pergi menjauh dari Ryan di depan pintu gerbang SMA Taruna Mulia.“Ra...,” panggil Ryan masih dari atas sepeda motor sport yang baru dibeli seminggu lalu.Zora berhenti lalu berjalan mundur. Begitu sampai di dekat Ryan dia berbalik badan.“Buka helm Papa,” sungut Zora.Ryan membuka helm full face yang di
Bab.14 Nisa, Aku Tahu Itu Kamu!“Siapa nama lengkap calon istri Anda?” tanya Ryan.“Nisa Salsabilla.”Cari masalah memang Ryan. Sesak menyerang ulu hati tatkala mendengar jawaban Salman. Sungguh, dia hanya cemburu. Pada seorang pria yang dengan bangga menyebut nama calon pendamping hidupnya. Sedangkan nama yang disebutkan sama dengan nama seseorang yang sangat istimewa di hati, jiwa dan hidup Ryan.“Banyak orang dengan nama yang sama, Yan.” Sari kembali menepuk paha Ryan. Kali ini amat pelan, seperti tengah menyalurkan energi positif pada putra kesayangannya.“Kebetulan sekali,” lirih Ryan. “Tapi kali ini pasti Nisa Salsabilla saya lebih cantik,” protes Salman.“Kita lihat saja nanti.” ♧♧♧Tak tahan lagi! Kali ini tak bisa ditahan-tahan lagi kemarahan Zora. Di sana, di teras kelas XI MIPA 1. Sekumpulan siswi tengah membicarakan Papanya. Zora baru saja balik dari kantin bersama Lani ketika tak sengaja mendengar itu. Dia masih mengintip di balik pintu ruang kelasnya.“Ya ampun melel
Bab.15 Jangan Pupus, Bungaku!“Sudah Ra, jangan nangis terus.” Lani mengelus punggung Zora. “Kalung Mama putus.”“Bisa disambung lagi.”Zora semakin kencang menangis. Bikin suasana kelas yang berisik semakin rungsing. “Itu satu-satunya kenangan Mama.” Di tengah isak Zora menjelaskan pada Lani. Kemudian gadis itu menelungkupkan sebagian tubuh di atas meja.Lani celingukan. Matanya memindai seluruh ruangan kelas. Dia kesal. Penghuni kelas XI MIPA 2 ada dua puluh siswa. Namun tengoklah mereka berdelapan belas, tak satupun yang peduli.Di bangku ujung belakang sebelah kiri dia melihat Eza. Pemuda itu rupanya tengah mengamati. Buktinya ketika terpergok, pemuda itu langsung buang muka.“Bantuin gue,” pinta Lani begitu sampai di bangku Eza. “Tolong Zora dong,” imbuhnya kemudian.“Kamu saja enggak bisa nolong, apalagi aku?”“Paling enggak lu punya tampang cakep.” Lani salah ucap, dia membungkam mulutnya sendiri. Malunya sampai ke ubun-ubun. Bak buah tomat matang, pipinya bersemu.“Apa hubun
Bab.16 Akhirnya Aku Menemukanmu“Nisa?” Ryan tercekat. Tak mungkin dia salah mengenali orang. “Itukah kamu?”Sesak dirasakan Ryan. Dia mundur, merapat pada dinding. Mencari penopang. Dia limbung dihantam kenyataan. Nisa Salsabilla yang dia temui adalah satu orang yang sama.“Akhirnya aku menemukanmu.”Nisa tak kalah terkejut. Sejak keluar dari dalam toilet dia sudah menyadari kehadiran seseorang di belakang. Parfum yang Ryan pakai tak pernah berubah. Bahkan indra penciuman Nisa telah mengabadikan aroma tubuh pria itu.Lebih-lebih kala Ryan memanggil. Suara itu, bagaimana Nisa bisa lupa jika tiap malam merasuk dalam mimpi?Saat pria itu menyebut Haura dengan sebutan ‘anak cantik'. Serta alasan yang aneh dan tak masuk akal, lupa jalan keluar. Nisa yakin seratus persen jika pria yang berjalan di belakang adalah Ryan. Tak berubah! Sang perayu dan pejuang tangguh.Saat Ryan memanggil namanya. Desir di dalam sana semakin nyata. Nisa menggenggam erat tangan Haura. Hanya itu yang bisa dilaku