"Ya sudahlah, mau bagaimana lagi." Ling Xia hanya bisa pasrah. "Kau mau kita pergi kemana setelah ini?" tanya Wang Shu kemudian. "Terserah. Aku mengikut saja." dia lalu menopang dagunya dengan tangan. "Oke, tapi kau jangan protes atau mengeluh jika ku ajak ke tempat mana pun." "Hmm, ya," jawabnya dengan suara lemah. Selesai makan, mereka berdua pergi ke sebuah tempat. Ntah kemana tujuannya, hanya Wang Shu yang tau. Perjalanan yang mereka tempuh menghabiskan waktu sekitar 30 menit lamanya. Di sinilah mereka sekarang, tepatnya di sebuah taman hiburan terbesar yang ada di kota itu. Ling Xia terlihat sedikit ragu melihat tempat yang mereka kunjungi. "Ayo kita turun!" Wang Shu membuka seltbelnya lalu kemudian beralih menatap Ling Xia. Wanita itu masih berdiam diri di tempat duduknya. "Kenapa diam saja?" Wang Shu membuyarkan lamunannya. "A-aku, agak sedikit takut menaiki wahana permainan. Aku senang bisa kemari, tapi kita cukup jalan-jalan saja yah." dia punya trauma di tempat itu
Di Apartemen Ling Xia_____"Hah, lelahnya!" Ling Xia merebahkan dirinya ke atas kasur.'Tapi, dia lumayan juga. Aku cukup nyaman dengannya. Aku akan berusaha membuka hati. Kali ini pilihan mama tidak terlalu buruk,' batinnya sambil tersenyum senang."Aku punya ide!" Ling Xia langsung terdiam."Aku akan menghasut mama untuk mencarikan Ling Yue seorang pacar! Dia enak sekali bisa hidup bebas, sedangkan aku terus-terusan dipaksa untuk berkembang!" gerutunya kesal.Dia merasa orang tua mereka tidak adil terhadapnya. Padahal jarak usia mereka juga tidak terlalu jauh, hanya selisih 2 tahun. Adiknya itu harusnya juga sudah serius memikirkan soal pernikahan."Hahaha! Lihat saja, kau akan sama menderitanya seperti ku adik kecil!" tawa jahatnya menggelegar sampai ke sudut ruangan.Ling Xia benar-benar seorang kakak yang menyebalkan!Sementara itu, di Apartemen Ling Yue.."Kenapa telingaku tiba-tiba berdenging? Apa ada seseorang yang membicarakan hal buruk tentang ku?" Ling Yue yang sedang foku
Mereka semua akhirnya pergi menuju kediaman sang Presdir. Se-sampainya di sana, mereka disambut oleh berbagai jenis hidangan makanan yang lezat. Mata mereka berbinar melihatnya. "Silahkan duduk semuanya!" ujar Ling Yue menginstrupsi. Ini adalah moment yang sangat langka. Kapan lagi mereka bisa makan satu meja dengan sang Presdir. "Baik, terimakasih Presdir." Mereka lalu mengambil posisi duduk masing-masing. Namun, tak ada satu orang pun yang berani mengambil tempat duduk di samping Ling Yue. Dengan terapksa Cia Li yang akhirnya duduk di sana. "Semua makanan sudah saya hidangkan, saya ke belakang dulu," pamit Cheng Suo setelah memastikan pekerjaannya selesai. "Makanlah bersama kami Paman Cheng Suo," sergah Ling Yue tiba-tiba. Cheng Suo yang hendak melangkah pergi, langsung membalikkan badannya tak percaya. Begitu pula dengan semua orang yang ada di sana. "Aah, tidak usah Presdir. Saya makan di belakang saja." dia cukup tau diri. Tidak mungkin baginya untuk makan satu meja denga
Ming Hao baru saja sampai di tempat penginapan-nya. Di sana ternyata sudah ada Gu Fan yang menunggu kedatangan-nya. Gu Fan adalah ketua tim mereka. "Ming Hao, apa kau sudah mendapatkan tanda tangannya?" tanya Gu Fan seraya berjalan menghampirinya. "Sudah Ketua. Kapan kita akan berangkat?" Ming Hao merasa antusias karena ini pertama kalinya ia pergi ke tempat itu. "Kata pak Feng Zao, kita bisa berangkat lusa. Kau bersiap-siap lah dan jaga kesehatan." "Baik Ketua." Ming Hao lalu menyerahkan berkas perizinan itu pada Gu Fan. Tugasnya sudah selesai untuk hari ini. Dia ingin istirahat sebentar ke kamarnya. _____ Hari ini Ling Xia sengaja datang ke kantor adiknya untuk menyampaikan sebuah berita gembira. Dia dan mamanya sudah mengatur rencana kencan buta untuk sang adik. 'Aku sudah tidak sabar melihat ekspresi wajahnya!' Ling Xia senyum-senyum sendiri seperti orang gila. Dia memang kakak yang jahat. Sepanjang perjalanan menuju ruangan Ling Yue, semua mata tertuju padanya. Nona bes
"Tuan Sheng Li, silahkan diminum tehnya. Ini teh racikan terbaru yang dibuat oleh Cia Li sebelum dia pergi ke perusahaan." nyonya Li paham betul dengan minuman kesukaan kakek tua itu."Aah, terimakasih Nyonya Li." Sheng Li langsung mencicipi tehnya."Mmm, anak ini memang pintar sekali membuat racikan daun teh." pujinya merasa puas."Heheh, syukurlah kalau tehnya cocok dengan selera Tuan Sheng Li." nyonya Li tersenyum hangat.Siang ini Sheng Li kebetulan datang berkunjung ke kediaman orang tua Cia Li. Dia selalu diundang tiap pekan untuk makan siang atau makan malam bersama mereka. Sheng Li sudah mereka anggap seperti keluarga sendiri."Tuan Sheng Li, bagaimana dengan pekerjaan Cia Li di sana? Apa dia nyaman dengan pekerjaan-nya? Kalau kami yang bertanya, pasti dia selalu menjawab semuanya baik-baik saja dan kami tidak perlu mengkhawatirkan-nya. Dia lebih terbuka pada mu." kini giliran tuan Li yang berbicara."Kalian tenang saja. Pekerjaannya berjalan dengan baik. Lagi pula, Presdir ba
Ling Yue bergegas menghampiri Cia Li ke kamarnya. Dia menemukan gadis itu tengah berbaring sambil memejamkan mata."Apa kamu sudah minum obat?" tanya Ling Yue sembari berjalan mendekati tempat tidur gadis itu.Cia Li yang merasa ada suara pun sontak membuka matanya. Tatapan mata mereka saling bertemu."Kenapa Presdir bisa ada di sini?" Cia Li mengernyit heran. Padahal tadi dia sudah mewanti-wanti Li Wei agar tidak memberitahukan kondisinya pada yang lain.Namun tanpa sepengetahuan-nya, Li Wei dan Guan Lin ternyata bersekongkol dibelakangnya untuk memberitahukan perihal masalah tersebut pada sang presdir."Tadi Guan Lin bilang kalau kamu terserang demam. Karena itulah aku bergegas datang kemari." Ling Yue merasa bersalah pada gadis itu. "Oo, aku tidak apa-apa. Hanya sedikit panas dan lelah. Istirahat sebentar juga pasti sembuh." ucapnya berbohong."Benarkah?" Ling Yue spontan meletakkan telapak tangannya pada kening gadis itu. Dia tidak percaya kalau hanya demam ringan. Lihat saja wa
"Sialan!" umpat wanita itu."Maaf Nona, aku tidak sengaja. Apa kau baik-baik saja?" tanya Cia Li merasa bersalah. Padahal wanita itulah yang menabraknya lebih dulu."Matamu buta yah? Lihat, Gara-gara kau, isi tas ku jadi berserakan dimana-mana!" wanita itu memaki-maki Cia Li. Ia seperti orang yang sedang kesetanan.Sementara itu, Guan Lin dan yang lainnya membantu mengumpulkan barang-barang yang tercecer dan memasukkannya kembali ke dalam tas wanita itu."Nona, ini tas mu. Aku sudah mengeceknya dan tidak ada barang yang rusak. Kau tidak perlu sampai memakinya, tolong jaga sikap mu. Sekaya apapun kau, tidak sepantasnya memperlakukan orang lain seperti itu." Guan Lin menyerahkan kembali tas itu pada pemiliknya."Kau berani sekali berbicara seperti itu pada ku! Kau tidak tau siapa aku?!" wanita itu malah berbalik menantang Guan Lin."Aku tau, kau anak dari keluarga Fu. Nona Fu Lian, aku tidak menyangka kau norak sekali! Kalau kau mau, aku bisa mengganti tas mu itu dengan edisi keluaran t
Weekend kali ini Cia Li dan Jiao Ling punya janji untuk membantu sahabat mereka yang bernama Shen Junyo melamar kekasihnya. Mereka bertiga sudah bersahabat dekat sejak sekolah menengah atas. Dia adalah salah satu murid laki-laki populer di sekolah mereka. Dia pintar, tampan, dan kaya raya."Cia, malam ini kau mau pakai baju apa? Aku bingung mau mengenakan pakaian model apa. Mau pakai pakaian formal juga ini bukan acara yang begitu formal. Mau pakai pakaian santai juga tidak sopan. Mau tampil glamour juga sepertinya terlalu berlebihan!" Jiao Ling terduduk lemas di samping Cia Li yang tengah asyik menonton acara chartoon kesukaannya."Pakai pakaian yang sopan dan nyaman saja. Tidak perlu terlalu berlebihan." Cia Li menjawab seadanya. Ya, dia tau, Jiao Ling sahabatnya itu selalu heboh jika ingin pergi ke suatu acara. Dia ingin selalu jadi pusat perhatian semua orang."Hufft! jawabanmu tidak membantu sama sekali!" dia memberengut kesal."Ya lalu aku harus jawab seperti apa? Akukan sudah m