Share

8. Girls Meet Time

Cuaca di pagi itu sangat dingin, angin berhembus kencang menyapu dedaunan di pinggir jalan, menambah khas musim gugur yang hanya ditemukan di negara-negara empat musim, salah satunya yaitu Italia. Di sebuah kamar apartemen yang terletak di lantai tiga puluh, seorang gadis cantik blasteran Asia-Eropa masih bergelung manja di bawah selimutnya, matanya bahkan belum terbuka. Padahal matahari sudah muncul dari ufuk timur menyinari jendela apartemennya yang tak di lapisi gorden.

Kriing... Kriing.

Entah sudah berapa kali suara alarm yang berasal dari jam beker itu berbunyi, membangunkan pemiliknya yang tertidur seperti orang mati, entah kapan ia akan terbangun dan menyadari kalau pagi sudah menjelang siang.

"Hemh, kenapa silau sekali?" gumam Davina yang perlahan mulai membuka mata bulatnya.

Tangan Davina berusaha menggapai ponselnya yang terletak di meja samping ranjang. Setelah berhasil meraih ponselnya, ia membuka lockscreen dan terkejut ketika melihat jam hampir menunjukkan pukul sembilan.

"Ya tuhan, pantas saja silau, rupanya hari sudah menjelang siang dan aku terlambat bangun!" pekik Davina yang kemudian turun dari peraduannya dan bergegas memasuki kamar mandi, membersihkan seluruh tubuhnya di dalam sana dengan terburu-buru.

Setelah mandi dan memakai body lotion, Davina segera berpakaian rapih, hari ini tepat di jam sembilan ia harus datang ke Universitas Edelweiss untuk mendaftarkan diri menjadi Mahasiswi di sana.

"Aduh, aku terlambat tidak ya? Miss Amber pasti sudah menungguku," gumam Davina cemas sambil mengikat tali sepatunya.

Tiba-tiba Davina menolehkan kepalanya ke arah jam beker yang tergeletak di atas kasurnya. "Aku terlambat bangun pasti karena kau tidak membangunkanku kan, jam berisik? Huh, awas saja kalau aku benar-benar terlambat, aku akan menggantimu dengan yang baru!"

Jika saja jam beker itu adalah manusia mungkin dia akan mengatakan kalau Davina sudah gila, menimpahkan kesalahannya sendiri yang sudah bergadang sampai jam tiga pagi kepada benda tak bernyawa seperti jam beker, she is crazy right?

Setelah mengomeli jam beker yang tak bersalah, Davina keluar dari apartemen lalu turun ke basement untuk mengambil mobil Harry yang dari kemarin sudah terparkir di sana. Kemudian ia memasuki mobilnya dan langsung melajukannya dengan kecepatan tinggi, untung saja jalanan kota Milan saat itu terbilang cukup sepi, hanya ada mobil-mobil besar seperti truk dan busway yang melintas, mungkin karena di jam-jam itu semua orang sudah berada di kantor atau kerja masing-masing. 

Davina memasuki halaman Universitas Edelweiss lalu memarkirkan mobil milik Harry yang masih bersamanya di tempat parkiran khusus, setelah itu ia masuk ke dalam Kampus berbasis art tersebut dengan langkah terburu-buru sambil mengingat-ingat denah lokasi kantor Miss Amber yang mulai tergambar di otak cerdasnya.

Di lorong Kampus Davina bertemu dengan Olivia, lantas mereka bercipika-cipiki sebelum akhirnya Olivia menawarkan diri untuk mengantar Davina ke ruangan Miss Amber yang terletak di ujung koridor. Olivia tak menyangka kalau Davina akan pindah ke Kampus yang sama dengannya, secara ia tidak tahu kalau ternyata Davina juga memiliki minat terhadap seni. Ia kira Davina hanya tertarik dengan dunia pemograman atau ilmu teknologi.

"Selamat datang di Kampus ini, Davina. Oh ya, mulai sekarang aku akan memanggilmu Vina, bolehkan?" kata Olivia dengan wajah berseri-seri. Davina tersenyum tanda bahwa ia menyukai panggilan yang Olivia sematkan padanya.

"Boleh, aku suka panggilan itu," sahut Davina. "Panggilan itu mengingatkanku pada Daddy," imbuhnya cepat. 

"Oh, i'm sorry," ucap Olivia.

"It's okey, Liv."

"Aku malah senang ada orang yang memanggilku dengan nama itu lagi," ungkap Davina sambil tersenyum tipis.

"Syukurlah kalau begitu."

"Sebenarnya aku ingin menanyakan sesuatu pada mu," ungkap Olivia sambil melirik Davina.

"Apa itu? tanyakan saja."

"Mm, mobil yang kau pakai tadi apakah itu mobilmu?" tanya Olivia yang merasa aneh karena ia tahu mobil milik Davina tidak seperti yang dilihatnya di parkiran tadi.

"Sejujurnya itu bukan mobilku, aku meminjamnya dari... Ah, aku malas membahasnya. Nanti mood ku jadi jelek," jawab Davina yang kemudian menggandeng tangan Olivia, menyamakan langkah mereka menuju ruangan Miss Amber.

"Sepertinya aku tidak asing dengan mobil yang kau pinjam itu, tapi aku lupa pernah melihatnya di mana," ujar Olivia.

"Sudahlah, itu tidak penting. Lagi pula aku tidak berniat mengembalikan mobil itu pada pemiliknya," ucap Davina asal, tentu saja ia tak serius dengan ucapannya.

Namun Olivia malah mengira Davina serius. "Artinya kau ingin mencuri mobil itu?" Olivia tampak syok, mulutnya menganga lebar, untung saja tidak ada lalat yang masuk.

"Bisa-bisanya anak konglomerat seperti mu mencuri mobil milik orang lain yang bahkan kau bisa membelinya sendiri dengan uang mu," kata Olivia yang membuat Davina tertawa cekikikan.

"C'mon! Aku hanya bercanda, Liv!" sahut Davina di sela tawanya.

"Oh God, aku kira serius."

*****

"Terima kasih Miss Amber," ucap Davina seraya membungkukkan badannya sopan.

"Sama-sama, Davina. Mudah-mudahan kau betah berkuliah di Kampus ini," balas Miss Amber di sertai senyuman hangat.

Bibir Davina tertarik ke atas, membentuk senyuman manis. Setelah itu ia pamit pergi ke kelas bersama Olivia.

"Welcome Vina!" sambut Olivia yang kali ini diikuti oleh semua teman-teman satu grupnya.

"Girls, kenalkan, ini Davina. Mulai sekarang dia masuk ke dalam grup kita," ujar Olivia mengenalkan Davina kepada teman-temannya.

"Hai Vina, welcome to our group. Aku Mia Le De Torre," kata Mia, gadis yang penampilannya paling girly di grup mereka.

Davina tersenyum lebar. "Hai Mia, salam kenal," balasnya ramah.

"Ya, salam kenal, aku senang ada anggota baru di grup ini," ucap Mia tulus.

Olivia tersenyum lalu menunjuk temannya yang berambut kribo. "Moana, kau tidak mau memperkenalkan diri mu?" tanyanya.

"Tentu saja aku mau, tadi aku menunggu Mia menyelesaikan kalimatnya terlebih dahulu," jawab Moana.

"Hai Vina, aku Moana Kimberly, kau bisa memanggilku Ana. Aku senang kau bergabung di grup kami," ujar Moana ramah.

"Nice to meet you, Ana."

"Hai Vina, aku Sabiya. Aku sangat penasaran dengan mu sejak Olive menceritakan tentang mu padaku," timpal Sabiya, satu-satunya gadis yang berhijab di antara mereka.

"Salam kenal Sabiya, aku senang bertemu dengan mu," balas Davina seraya tersenyum ramah.

Setelah itu mereka berlima duduk di kursi yang jaraknya berdekatan. Tidak butuh waktu lama bagi Davina mengakrabkan diri dengan teman-teman Olivia, karena mereka semua adalah tipe-tipe orang yang friendly dan humble serta humoris.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status