Wedding Drama Bab 5
Kiana berjalan gemulai mendekati begitu melihat kemunculan Zayn. Ia melangkah anggun layaknya putri keraton. Memasang mimik sepolos mungkin demi menarik perhatian. Gadis itu menempeli Zayn kesana kemari seperti benalu sementara si induk semang mengacuhkannya seolah tak melihat eksistensinya. Zayn hanya tersenyum tipis sekilas sebagai formalitas kemudian segera berkoordinasi dengan dosen lainya.“Semuanya segera masuk bus, lima belas menit lagi kita akan berangkat. Jika ada yang terlambat dan tertinggal maka hukuman menanti kalian minggu depan!” seru Zayn lantang memperingatkan.“Baik Pak ….” sahut mereka riuh. Semua berdesakan dan heboh ingin tahu di bus mana Zayn akan naik, tetapi kemudian terdengar percakapan bahwa si dosen idola akan mengendarai Range Rover miliknya.Riuh keluhan para gadis berisik bising. Harapan mereka berinteraksi lebih dekat dengan si dosen dambaan pupus sudah. “Yaaaa… kukira si ganteng bakal gabung naek bus juga sama kita. Lumayan kan bisa mepetin curi-curi kesempatan kalau tiba-tiba ada jalan berlubang,” keluh Reni yang sudah duduk di dalam bus. Sejak tadi matanya tak bisa melepaskan pandangannya dari sang dosen, bahkan kepalanya ikut bergerak melongok ke sana kemari mengikuti pergerakan kemana Zayn melangkah. Tak sadar dengan lehernya yang mulai pegal. “Eh … eh lihat. Kak Kiana kayaknya bakal ikut mobilnya Pak Zayn deh. Auww romantisnya… berangkat ke Puncak berduaan saja dengan si ganteng bener-bener bikin iri.” Rena menggigit ujung syalnya gemas sembari mengeluh dan menghentak-hentakkan kaki.“Kalau mau iri ngaca dulu. Minimal body aduhai dulu lah kayak Kak Kiana,” celetuk Althea malas yang disambut guncangan di punggungnya dari si kembar.“Hei… kenapa bicaramu jujur sekali Althea!” gerutu si kembar kesal saat diingatkan dengan kenyataan. Untuk sesaat tak dipungkiri, Althea sempat terbuai pesona Zayn tadi. Kekagumannya tak bertahan lama, musnah menguap begitu saja serupa gelembung sabun yang meletup pecah tak berjejak kala mengingat kembali ekspresi judes dan datar sang dosen saat memberinya hukuman.Althea memilih bangku paling belakang agar bisa duduk berjejer dengan teman-teman dekatnya. Di saat mata para gadis sibuk memperhatikan gerak gerik sang dosen, Althea justru tengah berseluncur di laman I*******m penuh semangat membara.Rupanya ia mencari akunnya Zayn. Setelah jempolnya hampir encok menari-nari di permukaan layar, akhirnya dia menemukan akun yang dicarinya.“Hahaha… ketemu kau!” gumamnya girang.“Ngapain sih?” Rena melongokkan kepalanya mengintip layar ponsel Althea. “Buat apa kamu bikin akun I*******m baru?” tanyanya kemudian.“Diamlah! Aku sedang dalam misi.” Althea menjawab tanpa memalingkan tatapannya dari layar.Rupanya Althea membuat akun fake demi merealisasikan keinginannya menuliskan komentar nyinyir di kiriman I*******m Zayn. Memang tak banyak foto di sana, sepertinya Zayn bukanlah lelaki narsis yang gemar berselfie ria.Dengan kobaran semangat meluap-luap, Althea mengetikkan komentar di sana. Kebanyakan netizen rata-rata berkomentar menggunakan emoji love dan kiss, maupun pujian betapa tampannya seorang Zayn. Berbeda dengan Althea yang justru ingin berkomentar jahat. Althea menemukan kiriman postingan yang menarik perhatiannya, saat Zayn berfoto dalam pose bersandar pada motor gede sejenis Harley. Akan lebih bagus kalau yang difoto cuma motornya saja. Kemudian di kiriman foto berikutnya yang menampakkan Zayn tengah berfoto di pantai dengan ikan besar di kedua tangannya tak luput dari jari gatal Althea. Kenapa ikannya lebih fotogenik?“Misi selesai, wohooo.”“Misi apaan sih, Al? Kayaknya seru banget?” cecar Rena yang sejak tadi penasaran.“Enggak penting, cuma misi nyinyir seperti yang sering dilakukan deterjen plus enam dua,” sahut Althea sekenanya sembari tergelak puas. Althea begitu sumringah penuh energi setelah melepaskan tegangan negatifnya. Seolah menjahili Zayn dapat menuntaskan segala dendam kesumat yang terus berdendang mengejek di benaknya.Semua yang berada di dalam bus mendadak ribut, rupanya si primadona pujaan para mahasiswa naik ke bus mereka. Kiana cemberut dengan muka masam, mirip asinan bogor setengah jadi.Para anak lelaki menggeser duduknya dan menawarkan kursi di samping mereka, tetapi Kiana hanya memasang raut angkuh. Dia memilih tempat duduk yang sejajar dengan Althea juga kawan-kawannya yang tinggal tersisa satu bangku di paling ujung. Gadis berambut sebahu itu mendaratkan bokong di sana kemudian memasang earphone dan memejamkan mata.Kiana tampak mengatur deru napasnya yang sepertinya baru saja tersulut emosi. Bagaimana tidak, saat dia dengan manisnya mencoba merayu ingin ikut menumpang di mobil Zayn, responsnya malah membuatnya kesal setengah mati.Aku tak terbiasa mengangkut orang lain ke dalam mobilku, aroma mereka akan tertinggal. Itu membuatku tak nyaman dan menyebabkan sakit kepala.“Memangnya aku bau apa! Padahal yang kupakai parfum mahal!” geram Kiana pelan penuh amarah dengan tangan terkepal.Reni yang melihatnya terheran-heran mengerutkan dahi, kemudian berbisik penuh aura gossip pada Althea juga Rena. "Ini berita besar. Gadis secantik Kak Kiana aja ternyata enggak diajak satu mobil sama Pak Zayn. Apalagi remahan amoeba kayak kita!”*****Rombongan tiba di lokasi pukul sebelas siang. Selepas makan, semua peserta beramai-ramai mendirikan tenda, saling bahu membahu supaya pekerjaan cepat selesai. Setelahnya, mereka dipersilakan beristirahat sebelum mengikuti rangkaian acara inti yang akan dimulai petang nanti.Para peserta beristirahat di tenda masing-masing. Semua tenda perkemahan kali ini sengaja disamakan warnanya dari pihak universitas, supaya tidak bercampur baur dengan kampus lain yang juga sedang mengadakan acara di lokasi yang sama. Setiap tenda diberikan nomor sebagai pembeda agar tidak tertukar. Althea dan teman-temannya menuju tenda yang telah ditentukan. Bercengkerama riang diselingi canda tawa sambil menggelar tikar begitu masuk ke dalam. Menggosipkan Zayn selalu menjadi topik utama si kembar begitu pula yang lainnya. Tak henti mengorek informasi kehidupan pribadi si dosen tampan lajang tersebut di setiap kesempatan."Tenda Pak Zayn kira-kira yang mana ya?" cicit Reni penasaran. "Memangnya kamu mau ngapain?" sengit kembarannya, memicing curiga. "Jangan-jangan kamu mau ngintip pas Pak Zayn ganti semvak! Awas bintitan tuh mata!" "Dih, sembarangan! Tapi kalau enggak sengaja lihat kan sah-sah aja. Anggap aja rezeki nomplok!" sergah Reni yang dihadiahi pelototan antagonis dari Rena. Selesai berbenah, mereka menandai teritorial tempat berbaring dengan tas masing-masing setelah sebelumnya sepakat dengan pembagian wilayah di dalam tenda dengan melakukan hompimpa ala gunting kertas batu.Sementara yang lain beristirahat dan memejamkan mata barang sejenak, Althea justru malah sibuk membaca novel online melalui aplikasi baca novel di ponselnya. Novel bergenre komedi romantis dengan tema cerita tentang anak juragan toko kelontong yang jatuh cinta pada karyawan toko ayahnya, hingga akhirnya cinta mereka bersemi di lapak penjual seblak seberang toko kelontong.Althea terkikik-kikik geli, sesekali menepuk-nepuk pipinya akibat dilanda virus baper dan tak terasa sore pun menjelang. Semua orang berwajah segar, segera bersiap untuk mengikuti acara, kecuali dirinya yang tampak loyo akibat tak mempergunakan waktu senggangnya untuk beristirahat ditambah efek kurang tidur semalam.Bersambung.Wedding Drama Bab 6“Semua peserta harap berkumpul di tanah lapang area kanan tenda, sekarang!” Terdengar instruksi dari pengeras suara, mereka segera berhamburan ke sana penuh antusias demi mendapat nilai memuaskan akhir semester nanti. Jangan lupa, mereka juga mengikuti perkemahan ini sebagai ajang cuci mata, terutama para gadis.“Cuma wangi parfumnya aja rasanya begitu memabukkan, akh… aku lemah,” cicit seorang mahasiswi berjaket merah dengan mata tak lepas memandangi Zayn yang tengah bercakap-cakap dengan dosen lainnya.“Kalian lihat, postur tubuhnya begitu sempurna. Aww… pelukable,” timpal gadis di sebelahnya.Para gadis terus bergosip. Di mana ada Zayn di situlah dunia perlambean bersemi. Mereka sebetulnya sama sekali tak peduli dengan acara yang terselenggara. Selain demi nilai, alasan utama keikutsertaan mereka berkemah adalah demi bisa berinteraksi lebih dekat dengan sang dosen yang menjadi incaran.“Para mahasiswi mulai menggosipkanmu. Aku yakin antusiasme mereka mengikuti
Wedding Drama Bab 7Sang surya mulai menyapa, bersolek bersiap menerangi dunia. Sinarnya serupa harapan baru bagi jiwa-jiwa yang dilanda gundah. Binarnya menuntun menapaki jagat raya yang kadang tak ramah. Burung-burung bernyanyi bersahutan, saling bersiul memberi salam. Tetesan embun pagi membawa kesejukkan, membuat raga ingin menyerahkan diri semakin dalam bergelung di peraduan.Althea merasakan kehangatan tak biasa yang melingkupinya, begitu nyaman dan menyenangkan. Kicau burung serupa alarm yang tercipta dari alam merayu netranya untuk membuka. Bulu mata lentiknya ikut berkibar menari indah kala kelopak matanya mengerjap perlahan, menyesuaikan cahaya yang mulai membias dari angkasa.Tertegun sejenak masih dalam sisa-sisa kantuk yang menghinggapi kala bola matanya yang berkilauan menangkap hal tak biasa di pagi harinya. Hanya berjarak sejengkal saja dari wajahnya, ia disajikan pemandangan rupawan nan seksi ciptaan Tuhan. Althea tersenyum seperti orang gila, terkikik sendiri, tersi
Wedding Drama Bab 8Para dosen memutuskan memulangkan Althea lebih dulu. Padahal, jadwal perkemahan masih berlangsung hingga esok. Mereka juga berencana melaporkan hal ini pada kedua orang tuanya. Gadis-gadis mulai bergosip. Saling berbisik mencela mencibir. Sedangkan mahasiswa laki-laki kebanyakan memilih tidak ikut campur, enggan membahas lebih jauh. Hampir tujuh puluh lima persen hujatan dilontarkan kepada Althea. Memojokkannya dan mencap si anak baru itu sebagai wanita murahan yang nekat menggoda dosen idola mereka dengan cara menjijikkan. Bukan tanpa sebab kenapa Althea menjadi yang lebih dicaci di sini. Berdasarkan temuan, memang Althea lah yang masuk ke tenda Zayn bukan sebaliknya. Kendati kenyataan sebenarnya bukanlah demikian. Althea tak sengaja berakhir di sana lantaran matanya buram efek dari kantuk hebatnya semalam dan kecerobohannya itu mengantarnya pada bencana di pagi hari yang indah ini, sungguh ironi.Gadis itu tak menyerah. Terus mencoba menjelaskan meski di bawah
Wedding Drama Bab 9Mobil melaju dengan kecepatan sedang. Jemari Zayn mengetuk-ngetuk kemudi, tampak sedang berpikir sembari mengendalikan setir. Kira-kira baru setengah jam perjalanan, kendaraan berbelok ke sebuah parkiran restoran yang letaknya masih di kawasan puncak, begitu juga dengan jeep hijau di belakangnya. Althea yang sejak tadi bungkam dan terdiam, menoleh pada pria yang duduk di jok kemudi saat menyadari mobil yang ditumpanginya berhenti.“Kenapa berhenti di sini?” tanyanya, mata beningnya mengedarkan pandangan ke luar kaca jendela.“Hey, anak baru. Sebaiknya sekarang kita mengisi perut sebelum melanjutkan perjalanan. Ini sudah jam sebelas dan kita belum sempat makan sedikit pun sejak pagi akibat keributan yang kamu timbulkan!” Zayn menekankan kalimatnya, membuka seat belt dan turun dari mobil.“Tunggu apa lagi? Cepat turun! Kamu bisa sekalian mengeringkan rambut juga mengganti jaketmu yang basah itu. Perjalanan kita ke Jakarta masih jauh, kecuali kamu berniat ingin masuk
Wedding Drama Bab 10Althea diantar pulang oleh Adam. Zayn pergi sendiri karena Lydia langsung memanggilnya menghadap segera setelah membaca berita tak sedap di laman Instagram. Di sisi lain, orang tua Althea belum mengetahui apapun. Di akhir pekan begini, mereka belum membuka gawai masing-masing, sibuk berkebun di taman kecil halaman depan juga belakang rumah.“Lho, Al. Kok sudah pulang? Bukannya kempingnya sampai besok?” Ajeng yang sedang membongkar pot tanaman, tergesa bertanya dan menghampiri ketika melihat kemunculan si sulung yang menggeser pintu pagar. Dia juga cukup terkejut, lantaran anaknya pulang ditemani seorang pria.“Halo, selamat siang, Bu. Saya salah satu dosennya Althea, nama saya Adam.” Laki-laki berkacamata itu mengulurkan tangan dengan sopan mengajak Ajeng bersalaman.“Saya Ajeng, Mamanya Althea, silakan masuk, Pak.” Ajeng mempersilakan dengan sopan. “Tapi maaf, kenapa Althea pulang lebih awal? Bukankah perkemahan dilaksanakan hingga besok?” Wanita empat puluh li
BAB 11Beberapa jam lalu. “Menikahlah dengan saya.” Tanpa beban, kata-kata sakti itu meluncur lugas begitu saja dari mulut Zayn. Adam sampai menjatuhkan sendok yang dipegangnya dan Althea melongo seperti orang linglung.Adam menyeret kursinya mendekati Zayn, kemudian menaruh telapak tangannya di dahi temannya itu. “Kamu demam ya? Makanya otakmu geser?” ujarnya dengan tatapan horor.“Singkirkan tanganmu yang tidak steril itu!” Zayn menepis tangan Adam yang menempel di dahinya.“A-apa mak-maksud Anda, Pak? Ini pasti cuma lelucon kan?" Althea tergeragap. Tiba-tiba diajak menikah oleh lelaki yang tak mempunyai hubungan asmara dengannya seumpama diajak senam jantung dadakan. “Saya serius.” Zayn menegakkan punggung, menjalin kedua tangan dengan siku bertumpu di meja.“Solusi macam apa ini? Yang benar saja, saya tidak berniat menikah muda!” Althea melempar tatapan tercengang pada Zayn. Bahkan nyaris menggebrak meja jika tak ingat sedang berada di tempat umum. “Lantas, memangnya kamu pun
Bab 12Keluarga Althea juga Zayn memesan satu kamar khusus untuk dijadikan kamar pengantin di hotel bintang lima tempat acara resepsi pernikahan digelar. Kedua mempelai kini sudah berada di kamar tersebut setelah pesta usai. Kamar tipe suite room dengan segala fasilitas mewah terbaik di dalamnya.Di sana terdapat ranjang besar yang sudah dilapisi kain sprei putih terbuat dari sutera. Taburan kelopak mawar merah bertebaran di atasnya juga di lantai, dilengkapi hiasan dua ekor angsa yang sedang berciuman ditata di tengah-tengah tempat tidur. Lilin-lilin aromaterapi ikut disulut meramaikan setiap sudut ruangan. Memendarkan cahaya temaram juga menguarkan aroma menyenangkan di udara membuat suasana kamar begitu romantis nan manis. Bagi pasangan yang menikah atas dasar cinta, sudah pasti malam pertama merupakan momen yang paling mendebarkan dan dinanti. Akan tetapi, lain halnya dengan mereka, suasana romantis di dalamnya berpadu kontras dengan raut wajah dua insan berlainan jenis yang kin
Bab 13“Itu kamarmu.”Zayn mengarahkan telunjuk ke sebuah kamar yang terletak di seberang pintu kamarnya. Para orang tua baru saja undur diri setelah mampir sebentar di kediaman pribadinya ini. “K-kamar sa-saya?”Althea mengarahkan telunjuk ke wajahnya sendiri sembari menatap bergantian pada pintu juga Zayn. Sungguh, saat ini dirinya dilanda serangan canggung saat berduaan dalam satu atap dengan pria yang luar biasa tampan dalam balutan kemeja hitam. Begitu pas membungkus daksanya yang terpahat sempurna, membuat Althea tanpa sadar meneguk ludahnya sendiri.“Apa yang kamu lihat? Saya bukan kamarmu.” Pria jangkung itu menyeringai miring saat menyadari mata Althea memindainya dari kepala hingga kaki. “Hih, siapa juga yang ngelihatin. Jangan geer. Bisa-bisa mata saya nanti jereng!” Dengan cepat Althea memalingkan pandangan dan merutuki diri dalam hati. Sempat-sempatnya terpesona di saat yang tidak tepat, pasti reaksinya tadi akan membuat Zayn besar kepala. Zayn mengusap dagu sembari m