Ambulan yang membawa Keyra dari rumah baru saja sampai di rumah sakit. Ardy memilih rumah sakit tempat Satria bertugas. Tim medis juga sudah bersiaga di depan pintu saat Ardy menelpon beberapa menit yang lalu. Bahkan brankar pun sudah berada di sana.
Keyra segera dipindahkan dengan hati-hati dari ambulan ke atas brankar. Para suster segera mendorong brankar itu menuju ruang bersalin dengan terburu-buru.
Wajah Keyra memucat dan tidak sadarkan diri, sehingga membuat Ardy semakin cemas melihat kondisinya.
“Silahkan anda tunggu di luar. Kami akan memeriksa pasien dulu,” kata salah seorang suster.
“Tolong selamatkan istri dan bayi saya ya, Sus," mohon Ardy. Ia tidak menyangka kejadian seperti itu akan menimpa istrinya. Ia mencemaskan istri dan anaknya. Bagaimana jika mereka harus kehilangan anaknya? Ia tidak bisa membayangkan bagaimana depresinya Keyra nanti.
“Baik, Pak. Kami akan melakukan yang terbaik semampu kami. Jangan khawa
10 tahun kemudian.Waktu berjalan dengan sangat cepat. Dengan dukungan dari suaminya, akhirnya Keyra kembali melanjutkan pendidikan kedokterannya yang sempat tertunda karena waktu itu dirinya lebih memilih membesarkan si kembar yang sekarang sudah beranjak besar, daripada meneruskan cita-citanya. Beruntunglah ia mempunyai suami yang sangat mendukung cita-citanya itu.Keyra merentangkan kedua tangannya ke atas sambil bersandar di kursinya. Hari itu jadwal operasinya sangat padat. Ada beberapa operasicaesaryang ia lakukan bersama tim. Setelah selesai pendidikan kedokterannya, ia memang langsung mengambil pendidikan jurusan spesialis kandungan. Entah kenapa ia ingin terjun langsung untuk melihat perjuangan para ibu dalam melahirkan buah hatinya. Ia ingin selalu menyaksikanmomentbahagia itu--saat kelahiran seorang bayi ke dunia.Keyra merasakan seluruh tubuhnya terasa sangat pegal. Rasanya seperti habis kerja rodi seha
Hari ini adalah hari bahagia yang ditunggu-tunggu oleh Devan. Setelah menunggu Mesya menyelesaikan koasnya, akhirnya hari ini Devan melamar kekasih hatinya yang telah ia pacari selama 3 tahun. Sejak pagi hari, Keyra sudah berada di kediaman orang tuanya untuk membantu mempersiapkan apa saja yang dibutuhkan dalam acara lamaran nanti siang. “Sayang, aku tinggal dulu ke kantor gak papa ya? Arga tadi telpon ada sedikit masalah di kantor.” kata Ardy pada istrinya yang tengah memasukkan kue-kue ke dalam box. Ia lingkarkan tangannya pada pinggang istrinya yang tengah membelakanginya. Wajahnya ia tempelkan pada ceruk leher Keyra sambil membaui wangi yang menguar pada tubuhnya. “Iya gak papa, Pa.” sahut Keyra, “kalo udah selesai cepet ke sini lagi, ya.” lanjutnya lagi. Tangannya sangat cekatan menyusun kue-kue itu dengan rapih. “Oh iya, si kembar mana Ma?” tanya Ardy saat tidak mendapati keberadaan anak kembarnya di sana. “Lagi tidur di kamar ata
Ballroom di sebuah hotel bintang lima sudah dipesan untuk pernikahan Devan dan Mesya. Ruangannya sudah dihias sebegitu megah. Bunga anggrek putih—kesukaan sang calon mempelai wanita tersebar di seluruh pejuru ruangan. Karangan bunga berjejer di luar ballroom sebagai ucapan selamat dari rekan dan para kerabat. Terlihat Devan duduk dengan gelisah di dalam mobil menuju tempat acara. Keyra yang duduk di sebelahnya menggenggam tangan Devan erat. “Kakak nervous ya?” tanya Keyra. Devan melirik adiknya sambil sesekali mengelap keringat yang membanjiri wajahnya, “Iya, ‘kok deg-degan gini ya.” jawabnya. “Itu wajar, Kak. Tapi jangan terlalu nervous ya. Sebentar lagi hari ini akan jadi hari paling bersejarah dalam hidup kakak. Semua pasti akan berjalan dengan lancar.” kata Keyra menenangkan. Devan mengulas senyum, “Makasih ya. Key. Lo adik paling best!” “Iya lah, adik kakak ‘kan cuma aku.” Devan terkekeh sambil mengacak rambut adiknya yang sudah tertata rapih. “Kakak…” pekik Keyra sambil m
Selamat datang di novel pertamaku ini. Mudah-mudahan kalian suka sama ceritanya.. Silahkan tinggalkan komentar setelah membaca dan jangan lupa votenya ya... Tengkyu :)*****"Menikah?" Keyra yang ketika itu sedang meneguk jus jeruknya hampir saja menyemburkan cairan yang sudah masuk kedalam mulutnya karena kaget saat sang kakek mengutarakan maksud kedatangannya ke Jakarta. Ditatapnya lekat-lekat mata sang kakek yang tengah duduk dihadapannya, mencari kebohongan di dalam sana.Sang kakek mengangguk mantap.Seketika Keyra tertawa kencang, "Kakek pasti bercanda kan?" Keyra mengambil kembali gelas berisi jus jeruk yang sudah ia letakkan kembali di atas meja."Kakek serius, Key." jawab kakek Bowo dengan nada seriusnya.Keyra mengangkat alis, kali ini ia tidak bisa tertawa karena raut wajah kakeknya yang terlihat begitu serius seakan perkataannya tadi bukan lelucon."Kenapa harus secepat ini, kek?" tanya Keyra sambil menaruh jus jeruk yang
“Kita putus!” Keyra menunduk dalam, tanpa sanggup menatap layar ponselnya yang menampilkan wajah sang kekasih dalam sambungan video call.“A-apa? Putus?” tanya Randy--kekasih Keyra, dengan jantung berdebar. Dia berharap kalau telinganya itu salah mendengar. Kekasihnya itu tidak mungkin tiba-tiba minta putus tanpa alasan yang jelas.Keyra menganggukkan kepala mantap. Wajahnya tetap menunduk, tidak berani menatap wajah sang kekasih yang terpampang dalam layar ponselnya.“Iya, tapi kenapa Key? Memangnya aku salah apa sampai kamu minta putus kaya gini? Kalo aku salah, aku akan memperbaiki kesalahan aku.”Keyra menghela napasnya berat, “Kakekku udah menjodohkan aku dengan cucu sahabatnya. Satu bulan lagi kami akan melangsungkan pernikahan.” katanya lirih.“Menikah??? Kenapa, Key? Kenapa kamu gak tolak perjodohan itu?” tanya Randy, berharap bahwa sang kekasih akan berubah pikiran dan memperjuang
“Key..” Seseorang terdengar memanggil namanya. Keyra menengok ke belakang, matanya menangkap sosok yang sangat tidak ingin ia temui untuk saat ini. Keyra mempercepat langkahnya menyusuri lorong kampus saat tau siapa yang tengah memanggilnya. “Key… Tunggu, Key!” Randy berusaha mensejajari langkah Keyra yang tergesa-gesa saat melihat dirinya. “Ada apa, Ran?” “Aku mau bicara sama kamu sebentar, Key.” “Mau bicara apa? Tidak ada yang harus dibicarakan lagi.” “Please… sebentar saja!” “Tapi aku udah ditunggu sama Mesya di kantin.” Keyra semakin mempercepat langkahnya menuju kantin. Dia sudah menetapkan hati tidak akan luluh oleh pesona Randy lagi. Hatinya sudah ia mantapkan untuk menerima calon suami yang telah kakek pilihkan untuk dirinya. “Aku janji gak akan lama. Pasti Mesya juga gak keberatan nunggu kamu sebentar di kantin.” ujar Randy memohon sambil menelungkupkan kedua tangannya didada. Keyra menghembuska
Sepasang kaki berbalut sepatu fantovel yang hitam berkilat baru saja memasuki sebuah kafe. Keyra menunduk saat ia mengetahui sepasang kaki itu berjalan ke arahnya. Langkah kaki orang itu kini berdiri di hadapannya. Aroma tubuh maskulin dengan parfume Aqua Di Gio Pour Homme menggelitik indera penciumannya. Keyra beranjak berdiri, masih menunduk, dan membiarkan sebagian rambut hitam sepundaknya berhamburan membingkai wajahnya yang memucat. Kedua tangannya saling meremas satu sama lain untuk mengurangi kegugupan yang tiba-tiba menyergapnya. ‘Apa dia orangnya?’ gumam Keyra yang sama sekali tidak berani mengangkat wajahnya untuk melihat laki-laki yang ada di hadapannya itu. “Ehmm…” suara deheman membuat Keyra menengok ke arah laki-laki itu. Laki-laki yang ada di hadapannya itu terlihat sangat tampan dan gagah. Perawakannya yang tinggi setengah inci dari tubuhnya. Bulu-bulu tipis terlihat menghiasai dagunya yang putih dan bersih. T
Ardy masuk ke dalam mobil. Dia duduk bersandar, lalu terdengar helaan napas panjang. Hari ini begitu banyak meeting yang harus ia hadiri, padahal besok adalah hari pernikahannya.“Tuan, sepertinya anda lelah. Mengingat besok adalah hari pernikahan anda. Kenapa anda tidak beristirahat saja dirumah? Biarlah pekerjaan kantor saya yang menangani.” Arga sudah duduk di belakang kemudi dan memasukan kunci mobil.“Untuk apa aku memikirkan pernikahan itu. Bahkan pernikahan itu terjadi bukan karena keinginanku.” jawab Ardy datar.“Apa ada yang harus saya siapkan untuk besok, Tuan?” Arga menghidupkan mobil, kemudian keluar dari area parkir dan melajukan mobil membelah jalanan yang mulai ramai.“Tak perlu. Semuanya sudah disiapkan oleh kakek.” Ardy bicara dengan suara ringan.Arga melirik tuannya melalui kaca spion. Bisa dilihat kalau wajah tuannya itu sedikit muram.Ketika hendak melewati halte bis, terlihat seorang gadis yang ia kenali.“Arga,