Sontak pasangan tersebut menatap Mira kesal.
Nia tidak dapat menyembunyikan kekesalannya. Bukan urusan Mira mengetahui mobil jenis apa yang hendak mereka beli. Tapi, mengapa ucapannya seakan sangat merendahkan Danu dan dirinya?"Lah, kamu dan Denny, mau apa ke sini?" Nia kini mengalihkan pandangannya pada Denny yang sedang memijat pelipisnya.Denny sendiri masih bingung dengan semua kelakuan Mira. Pria itu gelisah, bagaimana kalau ternyata Mira sedang membuat lelucon dan mempermalukan dirinya?"Oh, begini, Mbak. Aku sedang menawarkan mobilku untuk dijual. Mbak tahu sendiri kan, kalau perusahaan hampir saja kolaps, sehingga butuh banyak suntikan dana."Wajah Danu sedikit cemas. Ia melirik ke arah Mira yang sedang membelai permukaan sebuah mobil mewah. Mereka baru saja menerima uang pinjaman dan Denny mengatakan membutuhkan uang untuk perusahaan?"Tapi, kenapa istrimu berlagak? Apa dia tahu berapa harga mobil yang dia pegang pegang itu? Makanya Denny, kalau mau ke tempat seperti ini sebaiknya tidak usah bawa-bawa istrimu yang udi
"Gampang, Mas! Itu soal gampang. Sekarang ini, yang aku pikirkan adalah mencari seorang investor yang akan menyelamatkan perusahaanmu. Apa menurutmu perusahaan itu masih layak untuk dipertahankan? Mengingat, bidang usaha di zaman sekarang yang terus berkembang, kau pasti membutuhkan pembaruan."Denny merenung. Perkataan Mira berhasil mengalihkan fokusnya. Perusahaannya saat ini memang mulai kalah bersaing. Di era teknologi sekarang ini, mereka masih saja memakai sistem konvensional dalam pemasaran yang telah digunakan sejak zaman ayahnya. Padahal, pesaing mereka sudah berlari melaju ke depan."Menurutmu, perombakan semacam apa yang harus kita lakukan?" tanya Denny akhirnya."Uhmm ... tenaga profesional, Mas. Kau harus mencari seorang tenaga profesional dan memiliki kemampuan membaca pasar sekarang ini.""Bukankah itu berarti pengeluaran buat perusahaan?"Mira menggelengkan kepalanya. Prinsip ekonomi semacam "dengan modal sekecil-kecilnya maka mendapatkan untung sebesar besarnya", hany
"Sekarang, selesaikan pembayaran mobil itu, Mas. Aku sudah tidak sabar untuk menaiki mobil mewah milikmu," kata Mira bersemangat, hingga menyadarkan Denny dari lamunannya.Sementara itu, Denny merasa semakin kesal. Ia tak mengerti mengapa sekarang ia merasa masalah keuangannya semakin menggunung?"Waah... ternyata mobil yang lebih bagus memang lebih enak rasanya, Mas! Jarang-jarang loh aku dibawa Mas Denny naik mobil, apalagi mobil sebagus ini," kata Mira dengan menunjukkan ekspresi kegirangan. Fakta bahwa Denny memang tidak pernah membawanya berkendara memang sangat jelas.Sejak menikah, Mira hanya berkutat di rumah saja. Kalau ia ingin bepergian ke pasar, Denny pasti menyuruhnya naik taksi atau ojek."Aku masih tak mengerti, aku butuh uang untuk perusahaan tapi kau malah meminjam uang untuk membeli mobil mewah. Sekarang, bagaimana cara mendapatkan investor dengan mobil ini? Coba tunjukkan padaku, apa gunanya mobil mewah ini?" tanya Denny pada akhirnya."Oooh, masalah itu? Tapi...aku
Sesampainya di perusahaan, Mira berjalan di sisi Denny masuk ke dalam gedung utama perusahaan."Haish, mundur sedikit, orang akan kaget kalau mereka tahu penampilan istriku seperti kamu. Lihatlah, bajumu seperti beli di kaki lima," cibir Denny sambil memberikan isyarat supaya Mira berjalan sedikit menjauh darinya.Lagi-lagi Mira dibuat seperti orang bodoh dan sangat rendah di mata suaminya sendiri.Memangnya dia merasa malu kalau istrinya memakai pakaian kali lima?"Mas, aku memang beli ini di kaki lima, bukannya itu atas kemauanmu?""Iya, itu karena kamu cuma orang rumahan, nggak perlu ke perusahaan kayak begini. Kenapa juga teman kamu itu mengutus orang sepertimu?" oceh Denny menyesal.Langkah Denny yang cepat membuat perbincangan itu tidak seimbang. Di belakang Denny, Mira hanya melotot kesal dengan apa yang Denny ucapkan, bahkan harus mengimbangi langkah kaki lebar pria itu. Akhirnya sampailah mereka di pintu lift. Mira mengira itu adalah pintu
'Oh, keadaan telah mendidik ku, Mas, keadaan telah mengeluarkan aku dari lumpur menyedihkan. Sekarang, aku sedikit menggunakan kepalaku untuk menikmati kebebasan,' batin Mira."Aku tidak membantah, Mas. Aku cuma meluruskan sikap tidak manusiawi yang ada padamu. Aku ini istrimu, kau mengikat perjanjian denganku saat pernikahan. Aku juga punya hak untuk dihargai, bukan hanya seorang suami yang selalu menuntut minta dihormati, dihargai. Akan tetapi istri juga membutuhkan ketenangan hati seperti itu, ketika suaminya membuat istrinya berharga.""Ah, terserah. Setiap pembicaraan kita selalu saja jalan buntu. Lebih baik, lakukan saja tugasmu datang ke perusahaan ini.""Baik, aku akan melakukannya. Akan tetapi kau berjanji untuk tidak mengganggu istri orang, ya Mas. Kau harus memilih antara keluarga atau wanita tak bermoral itu."Denny menatap tajam pada Mira. Bagaimana mungkin ia bisa berjanji?"Baik, tapi jangan berharap lebih. Aku masih mencintainya, dan aku sebe
"Tidak ada, aku cuma bilang aku mau bersih bersih ruangan ini," katanya lalu segera membersihkan tumpukan kertas di atas meja tersebut.***"Melelahkan, uuhh."Mira meregangkan otot tubuhnya yang letih setelah memeriksa cash flow perusahaan.Tadi ia segera melakukan pekerjaannya setelah selesai membersihkan ruangan."Apa hasilnya?" tanya Denny penasaran, ia lalu mendekati meja Mira dan ingin tahu hasilnya."Free.""Apa?""Hasilnya masih bisa diselamatkan. Free cash flow, jadi masih ada harapan untuk investor bisa bergabung, itu analisa kira-kira, Mas. Tapi jangan kuatir, ini akurat, Kok."Dalam hati, Mira hanya membuat dugaan yang sebenarnya tidak terlalu detil. Akan tetapi setidaknya ia melakukan karena punya tujuan tertentu.Denny mengangguk angguk, iapun lalu tersenyum tipis, wajahnya berubah sedikit cerah. Nggak ada ruginya punya istri Mira, batinnya."Jadi, kita masih bisa punya investor, 'kan?"
"Tidak mungkin! Jangan melantur begitu, Mira."Senyuman Mira hambar. Rasa sakit masih menancap dan mengakar di hatinya. Ia tidak bisa mengelak bahwa ia masih mencintai Denny. Akan tetapi Denny selalu memandang dirinya sebelah mata."Baiklah, aku akan berpikir positif saja selama kamu tidak macam macam. Besok temanku akan datang dan membicarakan masalah penanaman modal. Sebaiknya kamu bersiap, Mas. Selain itu, utang kendaraan dan juga utang keluargamu akan dibahas juga di rapat besok.""Utang keluargaku?""Ya, Mas Danu meminjam uang atas namamu, Mas. Jadi besok akan diperjelas siapa sebenarnya yang akan mengembalikan utang tersebut."Denny terlihat memicingkan matanya. Ia tak pernah tahu soal utang piutang Mas Danu, bagaimana bisa dikaitkan dengannya?"Mira, aku tidak pernah tahu bahwa Mas Danu punya utang sama teman kamu, kenapa aku harus ikut memikirkan juga?"Mira bangkit dari duduknya dengan selembar kertas yang baru
"Masalah itu...Uhmm Imas bilang kalau dia bisa menjadi investor perusahaan kita, berapapun yang kita butuhkan.""Apa? Ibu serius?""Iya, Denny. Ibu serius tentang Imas yang akan menanam modal untuk kita. Dia bilang juga kalau sekarang dia sudah sendiri, bercerai dari suaminya."Denny tersenyum senang dan memeluk ibunya. Ia bahkan tidak sadar kalau Mira melihatnya dengan hati terluka. Wanita itu hanya bisa meremas jarinya kuat-kuat.Bagaimana tidak, ia bisa melihat wajah pria yang dicintainya itu sangat senang atas kehadiran wanita lain. Rasanya ingin menangis, akan tetapi bukankah itu terlalu memalukan dirinya sendiri?Tiba-tiba Denny berujar, "Ibu, siapkan jamuan untuk Imas besok malam. Kita akan membicarakan hal itu di rumah ibu. Oke?""Oh, iya iya. Sekarang ibu juga sudah mengantuk sehingga harus istirahat di rumah. Ayo antar ibu dulu pulang ke rumah.""Baik, Bu."Wanita itu melangkah setelah sebelumnya menyorotkan ketidak