Share

Bab 7. Kejutan Istimewa

"Aku kirim lokasi, temui aku kalau kamu memang berani. Kalau tidak datang, artinya kamu membenarkan ucapan Mas Abyan."

"Ucapan apa?!"

"Mental pecundang!"

Jawaban Kamila di seberang sana membuat emosi Olivia memuncak. Dia mematikan sambungan telepon, lalu membuka lokasi yang baru saja dikirim oleh si Pelakor.

Lumayan dekat, Olivia menambah kecepatan kendaraannya. Untung saja tangki bensin full, jadi dia bisa menambah kecepatan sesuka hati.

Hal yang membuat Olivia berani pergi dari rumah adalah memiliki tabungan yang lebih dari cukup. Tentu saja karena sehari setelah menikah dengan Abyan, dia langsung diangkat jadi manager oleh Papa Zafir.

Pekerjaan itu ditekuni selama dua tahun sebelum akhirnya istri kedua Papa Zafir membuat masalah, hampir menjual seluruh aset perusahaan ketika suaminya diserang stroke.

"Sialan!" teriak Olivia hampir saja menabrak motor yang belok tanpa menyalakan sen.

Setibanya di lokasi tujuan, Olivia langsung turun dari mobil, kemudian melangkah begitu anggun memasuki cafe yang terbilang ramai pelanggannya. Perempuan itu merasa harus terlihat lebih berkelas walau penampilannya sederhana.

Melirik ke kanan, seseorang melambaikan tangan. Dia memakai dress merah dengan belahan dada sedikit terbuka. Olivia menduga, gadis itu sudah tidak lagi perawan.

Masih melangkah anggun, Olivia melangkah ke sana, lalu duduk tepat di depan gadis itu. Meja nomor delapan. Bukankah menarik? Itu berarti dia sengaja memberi kode kalau hubungannya dengan Abyan tidak mengenal kata putus.

"Jadi, betul kalau kamu menjadi selingkuhan Mas Abyan, suami aku?" Olivia bertanya dengan nada santai untuk mengecoh gadis sialan itu.

"Betul sekali."

Olivia mengulum senyum mengingat satu menit yang lalu dia merogoh tas selempangnya yang sedikit terbuka.

"Mas Abyan pergi terlalu pagi, pulang pun sering terlambat. Kalian bekerja di tempat yang sama, dugaanku kalian melakukan sesuatu. Katakan!"

"Aku selalu menggodanya, bahkan pernah mengajak untuk tidur bersama. Sayang sekali karena Mas Aby itu orang terhormat, jadi dia memutuskan untuk menikah dulu sebelum merenggut kesucianku."

"Kesucian?" tanya Olivia dengan nada mengejek. Bagaimana mungkin gadis yang terlihat genit itu masih suci? Dia bahkan mengaku sering menggoda Abyan.

Meski tersenyum sinis, Olivia tidak bisa mengelabui hati. Dia kecewa, marah dan cemburu dalam satu waktu. Namun, dia harus selalu bisa menjaga ekspresi agar tetap tenang.

Tidak harus menjadi api untuk mengalahkan api. Semua orang tahu, bahwa musuh terbesarnya adalah air. Ya, Olivia akan memadamkan kobaran itu dengan santai.

Food Runner datang mengantar minuman. Jus strowberry diberikan pada Kamila, sementara kopi hitam pekat atau yang dikenal sebagai espresso untuk Olivia.

"Kopi espresso memiliki rasa pahit yang lebih kuat jika dibanding kopi americano. Anda yakin memesan yang ini?" tanya Food Runner itu tidak bisa memendam rasa penasarannya karena saat mencicipi tadi, Kamila sampai mual menahan rasa pahitnya.

"Ini takdir. Tuhan sengaja mempertemukan kami dalam satu pekerjaan, lalu menumbuhkan perasaan itu. Lebih baik kamu pergi dari kehidupan Mas Abyan!" Kamila melanjutkan tanpa mengindahkan pertanyaan dari Food Runner tersebut.

"Takdir?" Olivia tertawa geli mendengarnya. "Aku terkejut sampai tidak bisa berkata-kata. Kamila, apa itu berarti kamu akan menjadi selingkuhan suamiku selamanya?"

Menyebut kata 'selingkuh' membuat perubahan di wajah Kamila. Gadis angkuh itu memberi isyarat pada Food Runner tadi untuk memintanya pergi saja tanpa harus menunggu jawaban.

Setelah itu, dia menggeram, menatap nyalang pada Kamila. "Aku tidak akan menjadi selingkuhan Mas Abyan selamanya. Tadi malam talak satu sudah jatuh untukmu dan aku senang, itu artinya sebentar lagi kami akan menikah. Beruntung Om Zafir dan istrinya datang lebih cepat sehingga Mas Aby memberimu kesempatan."

Olivia semakin melebarkan senyumannya mendengar jawaban dari Kamila. Gadis itu sangat percaya diri dengan menyebut dirinya akan menikah dengan Abyan. Kenapa harus merebut suami orang lain, seolah tidak ada bujang yang tertarik padanya.

"Kamila. Seorang gadis muda berusia 25 tahun, bekerja di pabrik yang sama dengan suamiku. Saat ini tinggal di kontrakan Bu Sintia. Seperti itu caramu memperkenalkan diri seolah kamu itu penting, tanpa menyadari kalau dirimu hanyalah sampah!"

"Apa katamu?!" Kamila memicingkan mata. Pertanyaan itu keluar di antara gigi yang mengatup sempurna.

Olivia berdecih, lalu memperbaiki posisi duduknya agar semakin tegak. Tatapan dingin yang diberikan begitu menusuk mata. Olivia berusaha terlihat baik-baik saja padahal hati semakin bergemuruh hebat.

"Sampah. Apa masih kurang jelas?!" balas Olivia mengeja kata 'sampah'.

Satu detik kemudian, Kamila berdiri hendak menampar Olivia. Sayang sekali tangannya harus menggantung di udara ketika Olivia bergerak cepat menyiram wajahnya dengan jus strowberry.

Sebenarnya dia bisa menyiram dengan espresso tadi, tetapi bagaimana jika wajah Kamila menjadi rusak? Sungguh, itu adalah keinginan Olivia, hanya saja sedikit takut mengambil resiko.

"Sialan!" teriak Kamila penuh emosi melihat baju yang baru saja dia beli kemarin dengan harga fantastis harus kotor oleh ulah musuhnya.

Namun sayang, ketika ingin membalas, Olivia justru sudah tidak ada di tempatnya. Menyisir sekitar, Kamila menggeram saat beberapa orang mencoba menahan tawa melihat pemandangan itu.

Segera dia mengirim pesan pada Abyan untuk menyusul ke sana dan memberi pelajaran pada mantan istrinya. Satu detik setelah mendapat balasan jempol dari Abyan, Kamila melotot dengan bibit menganga sempurna.

"Baiklah, karena ini permintaan tamu istimewa kita, aku akan menurutinya," kata seorang penyanyi cafe tersebut. Dia adalah adik kandung pemilik cafe.

"Setelah berpisah dari Mas Abyan, rupanya kamu ke sini sekaligus mau jadi penyanyi? Tadi bersikap angkuh seolah punya segalanya, ternyata ...." Kamila tersenyum miris, lalu melanjutkan langkahnya menuju toilet.

"Jadi, betul kalau kamu menjadi selingkuhan Mas Abyan, suami aku?" Langkah Kamila terhenti ketika mendengar suara itu. Tepatnya rekaman suara dari obrolannya dengan Olivia tadi. Kedua tangan mengepal sempurna, napasnya memburu saat beradu pandang dengan perempuan itu.

"Betul sekali."

"Mas Abyan pergi terlalu pagi, pulang pun sering terlambat. Kalian bekerja di tempat yang sama, dugaanku kalian melakukan sesuatu. Katakan!"

"Aku selalu menggodanya, bahkan pernah mengajak untuk tidur bersama. Sayang sekali karena Mas Aby itu orang terhormat, jadi dia memutuskan untuk menikah dulu sebelum merenggut kesucianku."

Rekaman itu didengarkan oleh semua orang sampai selesai, bahkan beberapa dari mereka mengabadikannya lewat siaran langsung di sosial media.

Olivia malu, dia langsung maju ke arah penyanyi kafe tersebut, merampas ponsel Olivia untuk kemudian dia banting kasar ke lantai.

Aman. Olivia sengaja memasang silikon paling tebal sebelum turun dari mobil. Silikon itu dia beli saat sedang dalam perjalanan tadi karena sudah berencana akan merekam pembicaraan mereka.

"Kenapa kamu semarah itu, Kamila? Bukankah menyenangkan merebut suami aku, huh?" tanya Olivia memakai microfon.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status