Bak tawanan menanti hari eksekusi, setiap hari kecemasan memenuhi isi hati. Setiap Mas Danu terlambat pulang, aku dilanda insomnia. Padahal kamar kami berbeda. Namun jika tak kudengar langkah kaki, serasa sunyi tak terperi.Sudah dua hari ia tak pulang. Setiap mencoba meneleponnya, panggilanku dijawab operator ponsel. Apakah ia bersama Sekar? Sampai kapan ia baru bosan pada wanita itu? Konon katanya, pesona wanita simpanan lebih kuat dibanding istri sah. Tetapi, itu tidak akan lama. Prasangka itu terus kutanam agar bertumbuhan. Menghidupkan doktrin bahwa Sekar hanya gulma, dan aku adalah inangnya. Pada akhirnya, inanglah yang menang saat pemiliknya menyadari. Semoga Mas Danu bisa segera sadar dan kembali padaku. Kapan pun itu, ku ‘kan sabar menanti. Hal terberat adalah saat anak-anak bertanya ke mana ayahnya, tak urung jiwaku meronta. Kenapa mereka harus ikut menderita sepertinya ibunya? Kehilangan cinta dari pria yang seharusnya membuat kami utuh dan bahagia.***“Mister Mike, kala
“Datanglah ke peresmian perusahaan baru. Siapkan dirimu! Jangan terlambat!” perintah bapak mertuaku. Ini kali pertama aku diundang acara kantor di luar jam kerja. Mereka bilang, grand opening adalah pestanya orang berada. Semua bisa berdandan dengan aneka gaun mewah layaknya artis yang mendatangi festival film dan berjalan di atas red carpet.Penampilan harus maksimal, karena akan berkumpul banyak orang sukses di sana. Kesuksesan itu tercermin dari busana yang dikenakan. Apakah itu merek terkenal atau bukan? Apakah itu aksesoris mahal atau bukan? Apakah kamu bisa membawa diri dengan anggun atau malah norak? Semua itu dicerocoskan Caca tanpa henti sejak tahu bahwa aku termasuk yang diundang untuk datang.“Enggak semua bisa datang, Mbak. Umumnya karyawan rendah tidak diundang. Semua ditangani EO, jadi rapi. Acara semacam itu tidak melibatkan karyawan yang malah bisa bikin rese. Malah ada yang saking culunnya, sengaja bawa plastik keresek untuk mengantongi makanan. Ha
“Cinta pertama adalah pengalaman paling indah bagi semua manusia. Cinta pertama penuh keindahan, dunia baru yang memenuhi seluruh sisi-sisi kalbu, memenuhi dunia dengan pelangi warna-warni, sehingga ia akan melupakan segala derita rahasia kehidupan ini.” (Kahlil Gibran)***Cinta pertamaku adalah suamiku. Danu Wicaksono. Tak pernah ada yang lain yang menghuni hati ini. Meski ratusan anak panah ditembakkan untuk membunuhku, tak’kan mampu membunuh cintaku. Sementara bagi Mas Danul cinta pertamanya adalah Sekar Diandrakusuma. Ia tak pernah bisa berpaling dari wajah rupawan itu meskipun pernikahan telah menjadi penghalang.“Mbak, jangan nangis lagi. Nanti jelek kalau dirias,” nasihat Caca melihatku terisak di hadapannya.Sebenarnya, tangisku bisa lekas reda andai tidak kepergok olehnya. Entah mengapa, ketahuan Caca dalam kondisi seperti ini membuat luka kian menganga. Seperti orang yang berduka karena kematian orang tercinta, saat pelayat datang untuk menghibur, justru air mata kian deras
Detak menyihir, meramu gelisah yang pekat. Rasa sakit menggerogoti hingga lumpuh raga ini. Tak mampu bergeming. Bahkan sekedar mendongakkan mata, memandang sosok yang kurindukan tiap menit dan detiknya saja tak bisa.Seolah mampu membaca suasana hatiku yang memburuk, Mike berusaha berdehem tipis. “Are you nervous?” bisiknya.Mungkin Mike belum mengenal Mas Danu maupun Sekar. Tapi seperti semua pegawai lainnya tahu, aku adalah wanita miskin yang dinikahi putra pemilik perusahaan tempat kami bekerja. Malangnya, aku adalah istri yang tak diinginkan sehingga suami selingkuh dengan mantan. Rumor itu senter tersebar dengan bumbu-bumbunya. Nyaris semua dinding perusahaan ikut mendengar, karena berita itu merambat cepat bagai api membakar kertas.Beberapa pegawai dari divisi lain bahkan sengaja pura-pura ramah menyapaku hanya agar bisa menggali kehidupan rumah tanggaku. Terkadang, ada yang sengaja sok baik agar bisa dekat denganku dan mendapat kesempatan
“Cinta pertama adalah pengalaman paling indah bagi semua manusia. Cinta pertama penuh keindahan, dunia baru yang memenuhi seluruh sisi-sisi kalbu, memenuhi dunia dengan pelangi warna-warni, sehingga ia akan melupakan segala derita rahasia kehidupan ini.” (Kahlil Gibran)***Cinta pertamaku adalah suamiku. Danu Wicaksono. Tak pernah ada yang lain yang menghuni hati ini. Meski ratusan anak panah ditembakkan untuk membunuhku, tak’kan mampu membunuh cintaku. Sementara bagi Mas Danul cinta pertamanya adalah Sekar Diandrakusuma. Ia tak pernah bisa berpaling dari wajah rupawan itu meskipun pernikahan telah menjadi penghalang.“Mbak, jangan nangis lagi. Nanti jelek kalau dirias,” nasihat Caca melihatku terisak di hadapannya.Sebenarnya, tangisku bisa lekas reda andai tidak kepergok olehnya. Entah mengapa, ketahuan Caca dalam kondisi seperti ini membuat luka kian menganga. Seperti orang yang berduka karena kematian orang tercinta, saat pelayat datang untuk menghibur, justru air mata kian deras
Tepat pukul tujuh malam, caca datang menjemput. Ia pun mengalami keterpukauan seperti yang kualami saat pertama kali bercermin.“Woah, amazing! Andai kamu bisa kayak gitu tiap hari Mbak, mungkin Mas Danu tak punya waktu untuk memperhatikan wanita lain.” Komentarnya merusak mood-ku seketika.Caca, dia tak tahu bahwa bagi orang sepertiku dan Mas Danu, fisik bukan segalanya. Perasaan kami terbentuk pada pandangan pertama dan tidak mudah beralih hanya karena rupa. Ah, untuk apa kujelaskan padanya. Orang lain pun sering berpendapat bahwa cinta pertama hanya bagus untuk dikenang, bukan untuk dimenangkan.Aku bersaing bukan dengan Sekar yang cantik jelita. Bukan dengan wanita cantik yang kaya raya. Aku bersaing dengan cinta pertama Mas Danu. Berlomba dengannya untuk memenangkan satu dari dua rasa yang sama kuatnya. Perasaan cintaku atau perasan cinta Mas Danu. Pada akhirnya, hanya satu di antara cinta kami yang akan mengukir prestasi.Caca terus memberi
Caca datang memotong percakapan kami. Ia memberikan kabar buruk bahwa anaknya jatuh dari ranjang dan terus menangis. Ia sangat cemas dan harus segera pulang untuk menyusul suaminya di rumah sakit untuk memastikan kondisi anaknya.“Kamu harus tetap di sini, Mbak. Acara bahkan belum dimulai. Kamu bisa pulang bersama Mister Mike atau dengan om. Jangan naik taksi online di jam malam. Kamu terlalu cantik dan mahal malam ini. Itu bisa memancing kejahatan. Ingat kejahatan bisa terjadi karena kesempatan terbuka. Jadi jangan beri kesempatan orang untuk berbuat jahat padamu.”“Tidak, Ca. Aku ikut kamu. Bagaimana jika bapak masih ada urusan lain dan tidak bisa pulang bersamaku?” Membayangkan harus semobil dengan bapak mertua membuat tegang. Kami belum pernah semobil karena beliau selalu terlihat serius sehingga membuatku tidak nyaman. Berbeda dengan ibu mertuaku yang memang merangkulku dengan hangat dan erat. Bapak mertuaku terlihat dingin dan sama tidak berperasaannya sepert
Detak menyihir, meramu gelisah yang pekat. Rasa sakit menggerogoti hingga lumpuh raga ini. Tak mampu bergeming. Bahkan sekedar mendongakkan mata, memandang sosok yang kurindukan tiap menit dan detiknya saja tak bisa.Seolah mampu membaca suasana hatiku yang memburuk, Mike berusaha berdehem tipis. “Are you nervous?” bisiknya.Mungkin Mike belum mengenal Mas Danu maupun Sekar. Tapi seperti semua pegawai lainnya tahu, aku adalah wanita miskin yang dinikahi putra pemilik perusahaan tempat kami bekerja. Malangnya, aku adalah istri yang tak diinginkan sehingga suami selingkuh dengan mantan. Rumor itu senter tersebar dengan bumbu-bumbunya. Nyaris semua dinding perusahaan ikut mendengar, karena berita itu merambat cepat bagai api membakar kertas.Beberapa pegawai dari divisi lain bahkan sengaja pura-pura ramah menyapaku hanya agar bisa menggali kehidupan rumah tanggaku. Terkadang, ada yang sengaja sok baik agar bisa dekat denganku dan mendapat kesempatan promosi jabatan. Padahal itu tidak mun