Share

BAB 3

Winter, 2010.

Masih mengingat masa tujuh tahun lalu, tepatnya ketika musim dingin tahun 2010 di Seoul. Shin Hasung, lelaki bertubuh tinggi dengan suara lembut dan sikap yang hangat itu berasal dari Incheon.[1] Ia adalah Mahasiswa Manajemen Bisnis tahun ke dua di Universitas Hanyang, sama seperti Adelian. Hanya saja, Lian mengambil Keperawatan. Mereka saling mengenal sejak dua tahun sebelum itu, ketika Lian datang dan menyewa rumah kosong di samping rumah Hasung. Dua tahun saling mengenal, mereka sudah sangat akrab, lantaran Hasung yang mudah bergaul dan Lian juga merupakan tipe wanita yang tidak sulit didekati.

Sementara itu, Adelian adalah wanita kelahiran Jakarta[2], Indonesia. Ayahnya adalah orang Korea asli, sedangkan ibunya adalah orang Indonesia. Saat remaja, tepatnya memasuki SMA, Adelian datang ke Korea bersama kedua orang tuanya dan melanjutkan sekolah di Kapyeong.[3]

Keseharian Adelian tak jauh berbeda dengan Hasung, ia akan menyesuaikan jadwal kuliahnya setiap hari dengan jadwal kerja paruh waktunya di Guardian Cafe. Hasunglah yang memperkenalkan pekerjaan itu pada Lian karena sebelumnya Hasung sedikit kasihan melihat Lian bekerja di Sauna[4] yang letaknya cukup jauh dari rumah. Bukan hanya itu saja, Lian akan selalu siap menerima tawaran kerja paruh waktu mendadak, dua sampai tiga shif per hari di tempat berbeda. Waktu libur untuk Lian hanyalah saat malam. Terkadang, meskipun akhir pekan, ia akan tetap bekerja.

***

            Lian dan Hasung melangkah beriringan menaiki tangga, mereka sama-sama gontai kelelahan setelah bekerja seharian di kafe karena ada acara ulang tahun seorang pelanggan yang dirayakan di sana. Hasung dan Lian harus bekerja ekstra mempersiapkan pesta sebelum dimulai sampai membereskan semuanya ketika pesta selesai.

Hasung menyandarkan tubuhnya di tembok. Ia merasa sudah tak kuat lagi untuk melangkah, meskipun tinggal beberapa anak tangga lagi yang harus ia tempuh. “Aku pasti lelah sekali. Tidak biasanya keringatku keluar saat salju turun.” Hasung mengusap pelipisnya yang dibanjiri keringat dingin.

“Bagaimana bisa kau berkeringat saat cuaca sedingin ini?” celetuk Lian ketika sudah tiba di koridor dan menyaksikan Hasung yang masih sempat menopang tubuhnya di tembok tangga.

“Itulah maksudku,” timpal Hasung dengan suara tertahan. “Adelian, sepertinya aku sakit.” Ia merengek.

“Ayolah, jangan bercanda.” Lian ikut merengek karena sudah sangat letih. “Kemarilah!” Tangannya mengisyaratkan agar Hasung segera menaiki tangga dan  menyusulnya.

“Aku serius.”

Lian mendesah, lalu buru-buru menuruni tangga kembali untuk menghampiri Hasung. Ia menempelkan telapak tangannya di dahi Hasung yang sudah kebanjiran keringat dan membuat bola mata bulatnya langsung membesar, “Hei, kau demam!” serunya.

Hasung mengangguk seadanya, “Sepertinya aku akan mati.”

Lian mendesah sekali lagi seiring dengan kepalanya yang menggeleng akibat kalimat konyol yang memasuki lubang telinganya itu. “Aku yang akan mati lebih dulu karena membeku kedinginan di sini,” timpal Lian sembari menyambar lengan Hasung dan menariknya dengan sekuat tenaga.

Kini, Hasung sudah berbaring di atas tempat tidurnya, sedangkan Lian sibuk mengompres Hasung bersama celoteh yang terus meluncur dari mulutnya. Menyadari Hasung yang selalu jatuh sakit di setiap musim dingin membuat Lian heran. Padahal, Hasung adalah tipe lelaki yang menomor satukan kesehatan, tapi tetap saja Hasung akan jatuh sakit setiap musim dingin datang.

“Tunggu di sini, aku akan keluar mencarikanmu obat.” Lian mengangkat tubuhnya begitu mengatakan kalimat itu. Namun, saat baru hendak melangkah keluar, tiba-tiba saja wajah lesunya berbinar. Sepertinya ia menemukan solusi. “Kau pasti akan segera sembuh jika memakan sup kimchi[5] buatan ibumu, ‘kan!” seru Lian, tapi Hasung tak merespons. “Benar, ‘kan?” ulangnya sekali lagi, tapi Hasung tetap enggan untuk merespons.

Lian tak peduli Hasung mau menjawab atau tidak, ia lebih memilih untuk segera menghampiri kulkas dan memeriksa wadah plastik demi plastik yang ada di sana. “Ke mana sup kimchi buatan ibumu?” tanya Lian.

Hasung mengerang dan akhirnya ia terpaksa mengeluarkan suara dengan susah payah. “Sudah habis. Aku memakannya bersama teman-temanku. Kau juga mengambil sebagian dan memakannya bersama teman-temanmu,” jelanya lirih.

Lian membuka mulutnya, dan mengangguk paham, “Kalau begitu, akan aku buatkan untukmu,” pungkasnya sembari mengeluarkan seplastik kimchi dari dalam kulkas.

“Kau yakin?” tanya Hasung.

“Tentu saja!”

Meski Lian meyakinkannya dengan mantap, tetap saja Hasung mendesah ragu karena setahunya Lian tidak bisa memasak. Bahkan hanya untuk memasak ramen[6] saja, Hasung harus membantunya karena Lian sulit mengukur takaran air dengan benar.

Tangan Lian mulai mencincang kimchi sawi putih dengan bentuk tak beraturan. Wajahnya terlihat yakin, tapi tangannya bergerak ragu. Sesekali Lian memastikan Hasung yang masih terpejam di tempat tidur. Entah Hasung tertidur atau tidak, Lian tak tahu. Karena ia hanya bisa memastikannya dari kejauhan.

Setelah semua bahan, dan bumbu masuk ke dalam panci, Lian mencicipinya dengan hati-hati. Wajahnya sama sekali tak bereaksi, itu artinya masakannya terasa hambar. Lian menambahkan bumbu instan satu sendok, lalu mengaduknya dengan pelan. Kemudian, ia mencicipinya lagi begitu yakin bumbu sudah merata.

Namun, tubuh Lian tiba-tiba terperanjak seiring dengan matanya yang terpejam, lalu terbuka seketika. Ia tampak tak yakin dan memiringkan kepalanya untuk berpikir beberapa saat. Tangannya kembali meraih air putih dan menuangnya ke dalam sup. Entah apa yang ia rasakan kali ini, yang jelas rasa sup kimchi buatannya seratus persen berbeda dengan sup kimchi buatan ibu Hasung dan sup kimchi yang ia tahu pada umumnya.

“Supnya sudah jadi!” jelas Lian pada akhirnya. Ia menarik meja kecil dari bawah ranjang Hasung lalu meletakkan sepanci sup di sana. “Turunlah! Kau harus mencobanya. Aku yakin kau akan langsung sembuh setelah memakannya.” tutur Lian dengan penuh percaya diri. Tak ada yang bisa menebak apa yang ia lakukan pada sup kimchi itu sehingga ia tampak begitu antusias. “Ayolah!” Lian merengek sembari menarik turun Hasung dari atas tempat tidur.

“Bukankah seharusnya aku menyantapnya dengan tenang di atas tempat tidurku?” tanya Hasung sembari merangkak turun dengan malas.

“Eey!” Lian menggeleng. “Kau sudah bukan anak kecil lagi. Kau tidak boleh menyantap makanan di atas tempat tidur. Itu akan membuat selimutmu bau dan kau tidak akan menyukai selimutmu lagi.”

“Bahkan, meskipun sudah tua, orang sakit akan tetap makan di atas tempat tidurnya. Sekarang aku tidak yakin apa kau benar-benar belajar keperawatan dengan benar atau tidak,” gerutu Hasung.

“Berhentilah berceloteh dan coba ini.” Lian langsung menghidangkan satu mangkuk sup kimchi karyanya di hadapan Hasung.

Hasung mengangkat sendoknya ragu-ragu. Begitu matanya menyapu tampilan sup itu, ia langsung mendesah. Jika sup kimchi buatan ibunya ataupun sup kimchi yang biasa ia temukan di warung makan akan berwarna merah kecoklatan dengan aroma kimchi yang menyengat, maka lain halnya dengan sup kimchi di hadapannya ini. Tidak memiliki warna, dan terlihat bening seperti tanpa sentuhan bumbu, dan bahkan tidak ada aroma apapun yang bisa ia cium dari sup dengan kepulan asap panas itu, oke! Untuk yang satu ini Hasung bisa memakluminya karena saat ini hidungnya sedang tersumbat.

Akhirnya, dengan terpaksa Hasung menyendok sup sembari melirik Lian yang tampak penasaran sekilas. Satu detik kemudian, sesendok sup itu mendarat ke dalam tenggorokannya. Hasung terdiam tanpa ekspresi, sedangkan Lian sibuk menanti komentar darinya.

“Bagaimana?” tanya Lian dengan wajah semringah, tapi Hasung tak menjawab hingga ia kembali bertanya, “Tidak enak?”

Hasung mendesah sembari mengangkat wajahnya dan menemukan Adelian yang tengah menanti komentarnya sejak tadi. “Mulai sekarang, sebaiknya kau tak memasak apapun. Jika kau ingin makan sesuatu, aku bisa membuat apapun untukmu. Dan, aku hanya perlu minum obat saja untuk sembuh,” tutur Hasung pelan, takut Lian tersinggung karenanya.

Lian menghela napas tanpa mengatakan apapun.

Sebenarnya, Hasung merasa bersalah, mengingat Lian yang rela melupakan rasa lelahnya demi membuatkan sup kimchi untuknya. Untuk itu, Hasung segera menyantap dan menghabiskan semangkuk sup kimchi di hadapannya. “Kau sudah berusaha keras!” tukas Hasung sembari menatap Lian yang masih terdiam.

Semoga saja dengan ini Lian tidak akan merasa bahwa aku tak menghargainya, pikir Hasung.

“Bagaimana jika kau semakin sakit karena sup itu?” celetuk Lian tanpa ekspresi.

“Tentu saja kau harus bertanggung jawab.” timpal Hasung tanpa menyaksikan Lian yang mulai mengulum senyum.

Meskipun masakan pertamanya gagal dan Hasung dengan terpaksa menyantapnya,  Lian sama sekali tak kecewa. Ia tahu pada akhirnya Hasung akan selalu menghargainya lebih dari siapa pun.

“Ayo kita menonton drama,” tawar Lian yang mendadak antusias kembali.

“Di mana?”

“Di sini.” Lian meraih remote control dan langsung menyalakan TV.

Hasung melebarkan mata sipitnya, “Hei! Kau tidak berpikir untuk tidur di sini, ‘kan?”

Lian mengangguk. “Aku akan segera pulang saat episode ini berakhir,” ujarnya, kemudian sibuk mengambil posisi di depan TV, sedangkan Hasung langsung membuang tubuhnya ke ranjang dengan frustrasi.

Hasung membungkus tubuhnya dan menutup telinganya rapat-rapat. Ia benar-benar tak menyukai drama. Hasung yakin, besok pagi sakitnya akan semakin parah karena Lian menyiksa batinnya. Pertama, dengan sup hambar yang ia makan dengan terpaksa. Dan kedua, dengan suara celotehan drama yang mengacaukan kepalanya.

***

[1] Kota metropolitan dan pelabuhan utama di pesisir barat Korea Selatan.

[2] Ibu Kota sekaligus Kota terbesar di Negara Indonesia

[3] Sebuah Kabupaten di Provinsi Gyeonggi, Korea Selatan.

[4] Suatu ruangan kecil yang dirancang agar pengguna dapat menikmati mandi uap atau pemanasan tubuh, baik secara basah maupun kering.

[5] Makanan tradisional Korea yang berasal dari Tiongkok, salah satu jenis asinan sayur hasil fermentasi yang diberi bumbu.

[6] Semacam mie instan di Indonesia. Terkenal dengan nama ramen di berbagai Negara seperti Korea, Jepang, dan China.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status