Aku tidak bisa mundur begitu aku berada di kamar Albert.Meskipun aku mau tapi juga ragu-ragu - karena aku memang menginginkannya, itu sudah terlambat. Pintunya tidak berbunyi sedikitpun ketika aku menyelinap masuk. Jika aku mengenal diriku sendiri dengan baik, aku akan tersandung dan jatuh dengan teriakan dan penjaga di sekitar rumah - maksudku mansion - akan masuk ke dalam kamar dan menangkap ku yang hanya menggunakan gaun tidur yang tersertifikat sebagai pelacur seksi yang mencoba untuk mundur dari menggoda anak bos mereka. Mereka mungkin berpikir aku pembunuh bayaran yang akan membunuh Albert dalam tidurnya.Jangan jadi pengecut, Cass, aku berbicara dengan diriku sendiri. Mengedipkan mataku beberapa kali untuk menyesuaikan penglihatanku di tengah kegelapan. Kau menginginkannya, kau menginginkan ini.Mengambil napas yang dalam dan percaya diri. Aku melangkah ke salah satu sisi kasur king size nya. Di dala
Aku menghela napas lega begitu keluar dari mobil setelah sembilan jam penerbangan dari Washington ke Ełlona dimana Albert mengundang seluruh geng untuk menghabiskan libur musim panas. Mobil kami berhenti berhenti di depan rumah - setidaknya itu bagaimana Albert menyebutnya - yang bagiku terlihat seperti mansion dengan desain medieval dan dikelilingi lapangan hijau juga pepohonan.Aku, Sam, Sarah, dan Julian masuk ke dalam dengan mulut terbuka dan mata yang mengambil banyak sekali ornamen dan lukisan sejauh pandangan. Aku tidak terkejut jika Albert memiliki rumah seperti ini karena dia terlahir di keluarga terkaya di Eropa namun menjadi temannya dan melihat secara langsung terasa berbeda. Hal yang paling aku sukai di sini adalah chandelier nya. Aku seakan tidak bisa melepaskan pandanganku darinya."Ayo, ikut aku." Albert berkata pada kami untuk mengikutinya menaiki salah satu tangga kembar di depan kami.Setiap sudu
5 tahun kemudianTeleponku berbunyi ketika aku memasuki elevator. Aku memutuskan untuk mengabaikannya tapi sepertinya Sarah bukan tipe orang yang mudah menyerah."Hai, aku tidak tahu kalau Miss Makcomblang menelponku." Aku bersiul."Apa kau bercerita tentang ayahmu adalah anggota mafia pada James?" Sarah setengah berteriak padaku melalui telepon. "Pria malang itu mengancam akan membunuhku. Di tengah malam! Bagaimana kau bisa membuat pria baik dan ramah seperti James berubah jadi kejam?""Hei, bukan salahku dia langsung percaya. Semua pria yang kau comblangkan padaku hanya berpikir dengan satu sel otak.""Pria yang aku kirim untukmu itu cerdas, punya penghasilan yang bagus, dan tampang yang lumayan," Sarah membalas dengan helaan napas berat. "Apa kau tidak ingin bahagia, Cass?"Sekilas aku merasa marah dengan pertanyaannya tapi aku dengan cepat memendamnya. Sarah Hale adalah sahabat ku dan orang yang paling bisa aku percaya di dunia. Kita saling mengenal semenjak taman kanak-kanak tapi
Kota bagian timur laut Eropa bernama Ełlona terletak ditengah-tengah antara Rusia, Estonia dan Latvia. Bahasa umum yang digunakan antara lain : Russian, Latvian, dan English. Populasi di Ełlona cukup banyak untuk kota yang kecil dan setiap bulan kota ini menerima turis dengan total empat ratus orang baik dari luar kota maupun luar negeri untuk melihat keindahan alam dan taman bunga - plus Ełlona juga merupakan asal keluarga Amerika-Eropa terkaya di dunia yang terkenal karena gen ketampanannya. OK, bagian terakhir hanyalah pendapatku sendiri dan bukan dari Wikipedia. Setelah aku dan ayahku duduk di interior mewah limusin berwarna hitam yang mengantar kami dari landasan pribadi West. Aku menghabiskan sembilan jam di langit pagi dari JFK ke langit malam Rusia ke bandara Sheremetyevo, plus satu jam di pesawat pribadi menuju Ełlona, aku googling tentang apa saja yang tidak aku ketahui tentang kota ini - yang mana cukup banyak. Di setiap kesempatan ayahku mengintip teleponku dan menyuaraka
Tempat api unggunnya bergerak. Jam di ponsel menunjukkan, ini baru saja lewat tengah malam dan aku berguling di sofa dengan selimutku membaca Shadow and Bone di Kindle. Aku berhak untuk ketakutan ... karena tempat apinya bergerak-gerak. Aku bahkan tidak menyadari ada semacam pahatan batu bodoh sampai aku melihat bagian kecil dari dinding perlahan terbuka, seperti pintu. Di mansion tua yang luasnya mengalahi kastil ini, ghoul atau demon bukanlah pengecualian, lihatlah diriku yang terbawa karakter yang aku mainkan di The Hunt, Samantha, berburu monster jahat sepanjang hidupnya, aku terlahir untuk menjadi hebat dalam yang aku lakukan. Apapun yang ada di balik dinding itu akan dengan mudah aku lawan. Namun mungkin setelah aku menyelesaikan chapter ini, pikirku, kembali membaca bagian yang aku tinggalkan yang baru saja memasuki bab yang bagus sebelum kembali melihat ke tempat api yang setengah terbuka. "Debu sialan," Setannya bergumam, merundukkan kepalanya dan keluar dari rak di ata
Dean mengambil waktunya untuk berjalan mundur dariku tapi aku tidak membantu untuk mendorongnya lebih jauh karena aku membeku di tempatku berdiri. Aku selalu berpikir itu hanya hiperbola konyol tapi saat ini, aku benar-benar merasa seperti patung es."Apa, Vanya?" Katanya sambil tersenyum puas, melarikan ibu jarinya di sepanjang bibir bawahku yang bengkak karena ciumannya."Aku tidak bermaksud mengganggu, paman." Suara Vanya yang tetap kasual membuatku sedikit lega.Aku berbalik, meringis melihat raut penasaran tergambar jelas di wajahnya. "Kau tidak mengganggu apapun, Vanya." Kataku, memaksakan nada kasual di suaraku. "Apa kau akan kembali ke dalam?" "Vanya, sudah berapa kali ku bilang jangan memanggilku paman," Dean mengeluh di samping ku. "Aku tidak setua itu." "Aku hanya mencoba menghormatimu," Vanya berkata dengan lembut. "dan ya, Cassandra, aku akan kembali ke mansion. Ada beberapa detail di pernikahan yang membutuhkan perhatian ku.""Bagus, aku akan, um, ikut denganmu.""Kau t
Ada ketukan di pintuku sekitar jam sepuluh, aku baru saja selesai memakai makeup ku. Orgasme semalam benar-benar menaruh keceriaan di wajahku. Memikirkannya aku jadi teringat Dean - bayangan tentangnya menyentuh dirinya sendiri tadi malam, membayangkan dia meledak dalam ekstasi. Semua itu - terutama miliknya itu akan terpatri selamanya di pikiranku dan aku menemukan diriku sendiri berliur ketika aku hendak membuka pintu ... berhadapan langsung dengan ayahku. Aku langsung menyingkirkan pemikiran kotorku dan mengeluarkan ekspresi polos dan senang pada ayahku. "Hi, Dad," Kataku, memberinya senyuman yang tidak dia balas. Aku merasakan wajahku memanas saat dia berjalan tanpa berkata-kata melewatiku, parfum cologne nya yang familiar tercium olehku. "Apa semua baik-baik saja?" Aku bertanya. Tidak bisa menghentikan nada ragu-ragu seperti anak lima tahun yang ketahuan mencuri di suaraku. Hanya Daniel Prince yang bisa membuatku s
Makan malam benar-benar mengerikan.Tentu saja, ada hal yang lebih buruk sedang terjadi di dunia daripada sahabatku yang memberikanku silent treatment tanpa alasan apapun, tunangan pujaan hatiku dulu memberiku tatapan diam-diam selama main course dan dewa Yunani duduk di sampingku dengan jemari paling ajaib.Aku kebetulan yang paling terlambat datang ke ruang makan dan kursi yang kosong tinggal satu, itulah kenapa aku duduk bersandingan dengan Dean, jemarinya merayap naik dari ujung gaunku di bawah meja saat dia dengan polosnya berbicara dengan Constantine yang ada di kanannya.Aku tidak bisa makan; aku bahkan tidak bisa berpikir. Tidak saat dia baru saja tahu kalau aku tidak menggunakan celana dalam.Membuka pahaku untuknya, aku merasakan jemarinya berhenti saat dia tidak menemukan penghalang apapun di antara dua kakiku. Kepalaku pusing karena rangsangannya, aku hampir saja menangis lega ketika d