Rico pun mendamaikan hati dan menetralisir rasa agar kegugupan dalam dirinya segera terhempas. Dia pun melakukan peregangan, karena dia sudah lama tidak olahraga kenikmatan pada malam hari bersama istrinya.
"Huh," Rico mendadak merasa tidak percaya diri. Dia pun meniupkan udara dari dalam mulut dan menghirup aromanya.
“Tidak bau.” Namun, dia masih tidak percaya diri. Dia pun memutuskan menggosok giginya untuk yang kedua kali agar tercium aroma mint dari mulutnya.
"Sudah wangi, ayo kita lakukan Anggun!" Monolognya di depan cermin dengan kepercayaan diri yang sudah kembali.
Anggun pun sedang berdiri di depan jendela melihat ke arah luar. Ternyata, di luar hujan turun begitu deras. Momen yang sangat pas untuk bercinta, pikirnya sembari tersenyum sendiri.
Rico pun keluar dari kamar mandi dan mendapati sang istri sedang berdiri di depan jendela sembari tercenung. Dia pun menghampiri kemudian melingkarkan tangan di perut rata istrinya.<
Keesokan harinya, Nisa sudah berada di rumah Anggun dan Rico. Dia pun berkenalan dengan ketiga bayi kembar Anggun yaitu, Dayana, Davin, dan Devan. Belum apa-apa, dia merasakan ikatan batin dengan ketiga anak tersebut. Apakah karena ketiga anak itu adalah anak Rico? Entahlah, dia pun tidak tahu. Yang jelas, dia begitu bahagia karena bisa merasakan menjadi seorang ibu. Walaupun, bisa saja dia kelak mengangkat anak adopsi bersama Alresca. Namun, sekarang dia lebih baik menikmati dan belajar dulu menjadi seorang ibu."Kak," panggil Anggun dengan lembut kepada Nisa.Nisa menoleh dan kemudian tersenyum sembari menggendong Devan yang baru terbangun sembari menangis."Siapa yang bangun?" tanya Anggun ingin tahu apakah Nisa sudah b
Di dalam kamar, Alresca, Nisa dan Dayana tidur bertiga. Mereka tidur menghadap bayi cantik nan mungil yang tidur di antara mereka. Tak sengaja, kedua orang dewasa itu saling beradu pandang dan saling melontarkan senyuman.Deg! jantung keduanya tiba-tiba berdegup dengan kencang.Alresca pun semakin menatap Nisa dengan lekat. Entah mengapa? Baginya, Nisa terlihat tampak cantik malam ini. Dia pun tiba-tiba menginginkan sesuatu dari wanita itu.Alresca bangkit dari posisi tidurnya dan menurunkan kedua kaki di atas lantai. Kemudian, dia pun beranjak dari tempat tidur dan berputar ke tempat Nisa berada.Pria itu membungkukkan tubuh dan kemudian mendekatkan wajahnya ke wajah wanita yang sedang berbaring dan melihat ke arahnya."Kumohon kita jangan melakukan di sini! Di sini ada Dayana, tidak baik," ujar Nisa sembari mendorong dada Alresca yang bidang itu dengan lembut."Aku hanya ingin menciummu," jawab Alresca dan kemudian memegang ked
Dua minggu kemudian.Persyaratan untuk pernikahan telah rampung. Tiba saatnya Alresca dan Nisa menikah.Nisa menggunakan wali hukum dikarenakan dia sudah tidak memiliki siapa-siapa lagi di dunia ini. Sedangkan, Rico dan ayah dari mempelai pria menjadi saksi pernikahan mereka berdua.Akad pernikahan mereka diadakan di sebuah hotel milik Rico Adelard. Keluarga besar Adelard, Whisley, dan kedua sahabat Anggun yaitu Allina dan Vita hadir dengan pasangan masing-masing.Tidak ada siapapun lagi yang hadir. Nisa hanya ingin orang-orang terdekat yang bisa menjadi saksi pernikahannya dengan Alresca. Karena dia tahu, wajah yang dia gunakan sekarang adalah milik orang lain yang pastinya kelak akan mengundang masalah baru.Ketika Alresca mengucapkan ijab qobul. Rico mengernyitkan keningnya. Pasalnya binti yang digunakan Mahika adalah ayah dari Nisa. Namun, dia pun segera mungkin menepis kecur
Rico pun menghadap ke arah Mahika. “Silakan!”Nisa membuka kimono satin yang dikenakannya.“Kak Mahika!” teriak Anggun ketika Nisa akan membuka pakaiannya.“Maafkan aku Anggun, hanya dengan cara ini dia tahu bahwa aku adalah Nisa.”Anggun pun membalikkan badannya. Anggun harus memberikan kesempatan kepada Nisa untuk membuktikan kepada suaminya. Dia sengaja tidak melihat apa yang akan Nisa atau Rico lakukan. Jika, melihat mungkin dia akan cemburu dan terluka.Nisa mendekat ke arah Rico. Dan meloloskan gaun piyama satin sutra yang dia kenakan. “Mas, kamu tahu bagaimana membuktikan bahwa aku adalah Nisa.Rico mengernyitkan keningnya, kemudian pandangannya beralih kepada Anggun yang sedang membelakanginya dan Nisa. Dengan ragu dia mulai mengangkat tangannya. Dia pun menyentuh puncak dada Nisa dan mengarahkan bulatan itu k
“Rico, kamu harus menerima perjodohan ini,” tutur Risa ibunda Rico.“Aku tidak bisa, Ma,” sahut Rico menolak keras.“Baiklah, jika kamu tidak mau menerima perjodohan ini, maka, kamu akan dicoret dari ahli waris keluarga Adelard. Kakek lebih baik menghibahkan harta kakek untuk para anak yatim di panti asuhan dari pada kepada cucu pembangkang sepertimu,” tutur Bara Adelard selaku kakek dari Rico.“Ta-tapi, Kek, sebenarnya aku sudah me—”Belum selesai Rico menjelaskan sesuatu kepada Bara. Bara menjeda perkataan si cucu. “Tidak ada tapi dan alasan apapun. Kamu boleh memilih, menjadi orang miskin selamanya atau menerima perjodohan ini,” ujar Bara dengan tegas.“Waktunya kamu membalas utang budimu kepada kakak Anggun. Berkat dia kamu masih bisa hidup hingga sekarang. Salah satu ginjalmu adalah milik dari Arsya. Dia
“Apa mencintaimu? Apa aku tidak salah mendengar? Jangan bermimpi kamu, Mas. Aku tidak akan pernah mencintaimu seumur hidupku,” sahut Anggun.“Bagus kalau begitu, lalu kenapa kamu ingin bercerai?” tanya Rico mengintimidasi.“Kenapa kamu ingin bercerai?” ucap Anggun sebal. “Halooo … aku tidak mau menjadi seorang pelakor yang menjadi orang ketiga di pernikahanmu dengan Nisa. Bahkan, aku adalah korban dari kebohongan kalian!” ketus Anggun dengan kesal.“Oke, kita akan bercerai setelah aku menerima seluruh harta warisanku. Keturunan bukan masalah bagiku, aku bisa mengadopsi seorang anak. Yang penting aku bisa bersama dengan wanita yang aku cintai.”“Hahaha, kamu memang memanfaatkanku untuk kepentinganmu sendiri. Enak saja, memangnya aku akan menerima begitu saja perkataanmu.”“Apa yang kamu inginkan?&
“Aku tidak akan menyesal kehilangan semua hartaku. Lagi pula, kita belum menandatangani surat perjanjian tersebut. Aku suamimu dan berkewajiban memberikan nafkah batin kepadamu. Aku mau meminta hakku malam ini kepadamu, Istriku!”***“Mas, Mas, woi Mas nyebut!” tutur Anggun dengan wajah tegang karena takut.“Nyebut apa, Sayang!” bisik Rico dicampur desahan di telinga Anggun.“Mama …,” teriak Anggun dengan mata berkaca-kaca. “Ampun Mas, cepatlah bangun dari tubuhku. Badanmu itu berat sekali,” racaunya sembari meronta-meronta agar terbebas dari kurungan tubuh Rico.Rico menahan kedua lengan Anggun dengan kencang, kemudian dia memajukan wajahnya untuk meraih bibir ranum wanita yang berada di bawahnya itu.Mata Anggun membulat dan tanpa aba-aba dia meniup mata Rico dengan kencang. “Pait, pai
Anggun menghampiri Rico, dan tak sengaja mata Rico membelalak melihat puncak dada Anggun yang tercetak dengan jelas di daster yang sedang dikenakan oleh istrinya itu.Plak! Tiba-tiba pipi Rico terasa perih oleh tamparan Anggun.“Kenapa kamu menaparku?” tanya Rico heran.***“Ups, ada nyamuk hinggap di pipimu, Suamiku,” tutur Anggun sembari mendelikkan matanya.Anggun pun pergi ke dapur untuk menyimpan dan mencuci piring kotor yang telah mereka gunakan. Namun, sembari membersihkan piring tersebut dia berkeluh kesah karena kesal.“Anggun, masakanmu bau busuk takut aku sakit perut jika memakannya, tahu-tahu satu piring penuh habis. Sudah gitu, matanya nakal harus di colok pakai koas. Berani sekali dia melihat aset kembar berharga milikku. Kenapa juga aku harus lupa tidak menggunakan bra? Rugi aku!” tutur Anggun bermonolog pada